File 1.8.4 - Technically, They Have Two Witnesses

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Watson, sepertinya aku tidak bisa ikut dalam kasus ini. Ketua Apol akan mengadakan rapat tentang pertukaran ekskul selama dua hari. Semua anggota Dewan Siswa diwajibkan hadir."

Sherlock Pemurung itu menggeleng. Tidak apa. Toh, di kasus sebelumnya Saho banyak membantu. Lagian Saho mempunyai dua peran di Madoka. Pasti dia mulai merasa keteteran.

Rencana hari ini, bertemu dengan Castol sembari menunggu kabar dari Aleena. Watson memiliki firasat bahwa Gona juga merupakan saksi yang melihat aksi Butterfly Effect. Tapi, yang tidak dia mengerti, kenapa BE mengejar Gona sampai ke Moufrobi dan Castol tidak?

Bagaimana Watson bertemu dengan Castol?Tanggal 28 september 2022, dua bulan lalu, saat Watson dkk kabur dari kejaran mafia di Manhattan New York City, tepatnya di Central Park, detektif muram itu melihat seorang gadis kecil meringkuk di bangku taman.

Awalnya Aleena dan Lupin bilang hiraukan saja karena nyawa mereka juga lagi di ujung tanduk, namun Watson tak setega itu. Jadilah dia membawa Castol melarikan diri bersama.

Tidak jelas jika Castol benar-benar saksi yang melihat sosok BE. Secara, anak itu hanya mengatakan 'seseorang menyeret anjing dengan kasar'. Pernyataan yang sangat pendek untuk mengklaim BE berkeliaran di New York.

Tapi, merujuk BE juga beraksi di Moufrobi, apa dia berpindah-pindah mencari target buruan?

"Dan, selamat pagi! Aku sudah membawanya. Ayo masuk, Castol." Aiden masuk ke ruang klub dengan penampilan menyegarkan. Dia mencatok rambutnya dan memakai bando pink dengan hiasan tiga kelopak rose. Hm, cantik.

Gadis itu masuk dengan ekspresi tegang dan pucat. Mereka berdua saling tatap. Ada apa dengannya? Aiden yakin selama di perjalanan, Castol semangat bisa bertemu Watson lagi.

Watson menatap Aiden yang juga sedang menatapnya, mengedikkan bahu. Tadi dia baik-baik saja. Demikian mereka bertelepati.

Dengan kegeniusannya, tidak butuh waktu lama untuk Watson mengerti. Jika tadi Castol masih semangat, maka masalahnya adalah ketika dia memasuki gedung sekolah. Apa dia bertemu seseorang yang membuatnya takut?

"Aiden, apa ada orang di lorong tadi?"

"Ah, iya, barusan ada Saho yang lewat. Dia bilang mau ke ruang Dewan Siswa."

Alis Watson menukik bingung. Masa sih Saho yang membuatnya ketakutan? Kalau begitu mari kita pastikan. Watson memperlihatkan foto Saho. "Apa kamu kenal kakak ini, Castol?"

Tubuh Castol seketika menegang. Terbelalak.

Dua kali, Watson dan Aiden bersitatap. Tidak mungkin! Jadi benar Saho? Tetapi kenapa?

"Apa kamu kenal dia, Castol?" tanyanya lagi.

"D-dia ada di sana... Kakak berambut pink itu... ada di taman. D-dia sedang menelepon, lalu bertemu dengan wanita yang menganiaya kucing. A-aku takut dan bersembunyi. Tolong lindungi aku, Kak Holmes! Aku tidak tahu apa-apa! Aku tidak melihat apa pun!"

"Oke, oke. Aku paham. Kamu jangan khawatir. Kamu aman di sini." Bibirnya bilang begitu, namun otaknya sudah berkelana. Setengah tidak percaya, setengah lagi terkaget-kaget.

Saho komplotan Butterfly Effect? Apakah dia yang mengumbar data murid-murid ke BE agar BE membunuh binatang peliharaan mereka?

Tidak. Watson tak boleh menyimpulkan begitu saja. Dia butuh lebih banyak sudut pandang.

Hellen dan Jeremy masuk barengan ke klub—tengah membicarakan film. Watson berdiri. "Kebetulan kalian datang. Siap-siap lah," katanya menahan pintu agar tidak tertutup.

Mereka mengernyit. "Mau ke mana?"

"Kita akan pergi ke kantor polisi, meminta dokumen-dokumen kasus Butterfly Effect."

***

Ke mana Watson? Ke gedung kelas tiga, tepatnya menyamperi kelas Dantorone. Dia sudah mampir ke kelas Kapela tadi, namun anak itu tidak ada—setidaknya begitulah kata teman-teman sekelasnya. Maka Dantorone informan yang tersisa di sekolah ini.

"Semoga dia belum pergi ke Dewan Siswa... Astaga!" Detektif Pemuram itu mengusap dada terkejut. Tahu-tahu pintu kelas terbuka dan orang yang dia cari berada di balik pintu.

"Lho, kamu bukannya Watson Dan anak kelas dua? Apa yang membuatmu datang kemari?"

"Emm, itu..." Watson gelagapan.

"Sepertinya dia mencariku," ucap Dantorone peka gestur wajah. "Kalian pergilah dahulu. Aku akan susul nanti. Kamu mau bicara denganku, kan? Aku tahu tempat sepi. Ikut aku."

Watson mengangguk permisi pada kakak-kakak kelas tersebut, mengekori langkah Dantorone. Gadis itu membawanya ke rooftop sekolah.

"Aku yakin Nina sudah mengingatkanmu agar tidak berinteraksi denganku," katanya.

"Maaf... Tadinya aku ingin bertanya pada Kapela, namun dia tidak ada. Hanya kakak yang terpikirkan olehku." Watson menunduk resah.

"Jadi, apa maumu?"

"Maaf kalau ini oot, tapi aku sangat penasaran mengapa kakak tidak mau berkomunikasi denganku. Lantas, apa gunanya Inspektur Tuttle mengirim kalian berdua kemari jika kita pada akhirnya berpura-pura tidak saling kenal? Lebih baik kalian kembali ke New York saja daripada melakukan perbuatan sia-sia..."

Tep! Dantorone menyentuh bahu Watson, menghela napas pendek. "Dengarkan aku, Watson Dan. Aku juga terpaksa melakukan ini. Tidak mudah berakting tidak kenal apalagi orangtua kita bersahabat. Aku ingin kamu memaklumiku dan Kapela. Demi kebaikanmu—"

"Maka dari itu aku tidak mengerti! Kenapa harus berpura-pura? Apa ada yang mengejar kalian? Apa kakak setakut itu dengan Apol?"

"Kamu tidak mengerti bahayanya Apol. Dia punya banyak mata-mata di Madoka. Bisa gawat jika salah satu dari mereka melapor. Ayah mengingatkanku untuk menjagamu agar kamu tidak berakhir seperti ibumu."

"Bukan itu—" Watson mendadak diam. Muka kesalnya melunak mendengar kalimat asing yang Dantorone sampaikan. "Sebentar, apa? Kak Rone, kamu bilang apa barusan? Berakhir seperti ibuku? Kenapa dengan ibuku?"

Baru lah Dantorone ngeh kalau dia mengatakan hal yang tidak diperlukan. "I shouldn't have said that," gumamnya mendesah jengkel.

"Jawab! Memangnya ada apa dengan ibuku?!"

"Kuharap kamu selalu menjaga sikap di sekolah ini," tutupnya dan pergi begitu saja.

"Tunggu, Kak Rone! Beritahu aku—" Waktunya mepet dengan ponselnya yang berdering. "Kak Rone, tunggu dulu! Aish!" Ternyata panggilan masuk dari Aleena. Mau tak mau Watson pun menerimanya. "Apa yang kamu dapatkan?"

[Aku sudah mengirim memori rekaman yang ada di rumahmu di Drive. Nah, tugasku selesai.]

Aleena mematikan panggilan sepihak. Watson segera memeriksa drive-nya, merebahkan ponselnya untuk menonton rekaman cctv.

Persis seperti dugaannya. Tanggal 28 september 2022, sekitar pukul 7 malam, Gona terdeteksi mengunjungi rumah Watson (yang di New York). Hari yang sama saat dia menemukan Castol. Karena saat itu Watson sedang kabur-kaburan dari mafia, dia tidak sempat pulang dan menginap di rumah Aleena.

Tidak salah lagi. Gona adalah saksi kedua.

"Aku harus cepat—Ng?" Bergegas hendak kembali ke ruang klub, Watson melihat ada catatan kecil tergantung di pintu rooftop. Sepertinya Dantorone yang meninggalkannya.

Aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan. Ini tentang Saho, kan? Dia tidak hadir di tanggal 28 september. Ada urusan di kampungnya.

Watson terdiam panjang. Kalau tidak salah kampung halaman Saho adalah New York. []










Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro