File 1.8.7 - Happened Simultaneously

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aduh, masalah ini jadi rumit. Harusnya Watson hati-hati dalam menyuruh Martin, lupa pamannya takkan masuk kerja seminggu. Yang berarti dia akan selalu berada di rumah.

"K-kenapa... KENAPA CECUNGUK INI ADA DI SINI?!" gerung Beaufort kedapatan melihat Martin dan gengnya menyelinap di halaman. Beliau pun mencengkeram lehernya. "Bedebah sialan! Apa kamu ingin menculik keponakanku lagi?! Sayang sekali, kamu tidak beruntung karena kamu akan mati hari ini olehku!"

"Tenanglah dulu, Paman! Semuanya hanya kesalahpahaman!" Watson tidak punya waktu untuk menjelaskan hal ini. Dia harus pergi ke rumah Aiden secepatnya. Tapi, dia tak bisa membiarkan Beaufort menjegal Martin.

Castolhilang? Apa yang terjadi? Bukankah Aiden sudah menempatkan banyak pengawal di vila tempat tinggalnya? Ditambah posisi Martin yang ketahuan. Belum lagi keberadaan Sanoo. Semuanya terjadi secara bersamaan.

"Salah paham, huh? Orang ini melukai sepupu dan tantemu. Aku tak percaya kamu malah membelanya." Beaufort siap-siap melapor.

"Dengarkan aku, Paman! Mereka ini dikejar oleh kelompok misterius. Nyawa mereka sedang dipertaruhkan. Aku ingin Paman bekerja sama dengan Martin. Biarkan mereka sembunyi di kamarku (maksudnya bilik rahasia), setidaknya sampai aku kembali. Aku punya urusan penting. Mendesak, tak bisa ditunda. Aku harus pergi!"

"Hei! Kamu pikir kamu mau ke mana?! Tunggu, Watson! Aku butuh penjelasanmu!"

Percuma, detektif muram itu tak menggubris seruannya. Dia buru-buru memanggil taksi dan melesat pergi menuju kediaman Eldwers.

Beaufort dan Martin saling tatap.

Bugh! Satu pukulan mendarat.

"Itu untuk istriku dan sudah membuatku pingsan," kata Beaufort mendengus masam.

"P-padahal bukan aku yang melakukannya..."

"Maafkan kami, Bos Martin!"

-

Sesampainya, Watson langsung turun dan berlari ke dalam perkarangan. Butuh sepuluh menit untuk melewati halaman yang luasnya bikin dia ingin mengabsen kebun binatang.

Aiden, Hellen, Jeremy, dan Kapela sudah ada di sana. Menunggu kedatangannya sejak tadi.

Tunggu, Kapela? Sedang apa dia di sini?

Watson pelan-pelan beringsut ke sebelah gadis itu, menyikut lengannya. "Kamu, ngapain kamu kemari? Kemarin-kemarin kamu tak masuk sekolah, sok sibuk. Kamu itu bukan member klub, jadi tak usah pencitraan deh."

"Siapa bilang bukan? Kak Aiden dan Kak Hellen menyetujui formulir pendaftaranku."

"Aku ketuanya. Aku bisa mengubah aturan."

"Jangan dingin, Kak. Kamu akan menyesal jika mengusirku sekarang. Aku punya informasi spesial lho. Karena ini super penting, aku harus mengatakannya secara binokular denganmu."

"Kalau begitu katakan sekarang. Ingatanku masih segar seolah baru terjadi kemarin, kamu mengacaukan TKP membuat Inspektur Tuttle dan Ayahku kerepotan. Membiarkanmu ada di sini hanya mengganggu investigasi kami!"

Hah? Kenapa mereka bisik-bisik begitu? Sekiranya begitulah maksud ekspresi Aiden.

"Cih! Baiklah kalau itu maumu." Kapela menyerahkan sebuah pin. "Kamu pikir aku bolos buat main-main? Aku melakukan penyelidikan tunggal tahu dan menemukan benda itu."

"Ini... Lencana ASHYA. Di mana kamu—"

"Itulah yang kucari tahu. Aku tidak sengaja menemukannya di tempat yang tidak masuk akal." Kapela melambaikan tangan, tersenyum pada Aiden dan yang lain. "Aku pamit dulu ya, Kak! Sepertinya Kak Watson tak suka aku ada di sini. Semangat pecahin kasusnya!"

"Tunggu!" Sia-sia, Kapela sudah kabur. Itulah, karma mengabaikan sahutan Beaufort.

"Kalian ada hubungan apa? Kalian tampak mencurigakan," celetuk Jeremy memicing.

"Ayahku dan ayahnya berteman. Kuharap kalian bisa tutup mulut." Secara tidak sadar, Watson mengungkapnya begitu saja. "Bukan waktunya membahas tentang itu. Bagaimana ceritanya Castol bisa menghilang? Kamu yang bilang Aiden, dia baik-baik saja berbulan-bulan di vilamu. Kenapa mendadak dia menghilang?"

Aiden menoleh ke Dolok yang menundukkan kepala, merasa bersalah. "Tadinya saya ingin mengantarkan makan siang untuk nona Castol Meirytn seperti biasa, namun beliau melihat sesuatu di luar rumah lantas mengejarnya. Saat saya menyusul, beliau sudah menghilang. Maaf atas kelalaian saya, Nona Muda Aiden. Seharusnya saya tak melepas perhatian."

Mereka bersitatap, mengangguk. "Kalau begitu kita harus periksa tempat Castol terakhir terlihat. Siapa tahu ada petunjuk di sana."

Aiden, Hellen, dan Jeremy segera melesat.

Sebenarnya Watson sama ngebutnya dengan mereka bertiga, namun langkahnya terhenti, membiarkan mereka pergi terlebih dahulu. Sherlock Pemurung itu menyadari sesuatu.

Watson menoleh, menatap Dolok horor.

"Kenapa... anda tahu nama lengkap Castol?"

-

"Di sini kan tempatnya?" kata Jeremy memastikan. Mereka tiba di teras samping rumah Aiden yang mewah. Manik abu-abunya bermain ke sekeliling, memonitor taman.

"Di sana!" Hellen menunjuk.

Sepasang sepatu pantofel tergeletak di rerumputan yang terpangkas rapi. Melihat ukurannya, tidak salah lagi, itu sepatu milik Castol. Jadi benar ada yang dilihat olehnya?!

"Dan, apa yang harus kita... Lho?" Kosong. Aiden baru ngeh Watson tidak bersama mereka. "D-di mana Dan? Bukannya tadi kita barengan larinya? Dia tertinggal di dalam?!"

"Astaga! Si Genius Monster itu! Jangan-jangan dia tersesat? Makanya kubilang padamu Aiden, rumahmu itu keterlaluan luasnya."

Maka kembalilah mereka bertiga ke dalam rumah. Tetapi, yang mereka lihat adalah Watson yang tertidur pulas di sofa.

"Apa ini? Dia tidur? Narkolepsinya kambuh?!"

"Dan, hei, Dan." Aiden menoel-noel pipi Watson (mengambil kesempatan), mendesah pelan. "Percuma saja. Dia benar-benar terlelap."

Bagus, sekarang mereka harus apa? Watson tidur. Tidak ada yang memberi pengarahan. Apakah mesti menunggu Watson bangun...

Drrt! Drrt!

Hellen menatap ponsel (pemberiannya) Watson di atas meja. "Oh! Ini dari pamannya!" Mau tak mau dia pun mengangkat panggilan tersebut. Bahkan Hellen belum sempat menyapa, namun terdengar suara teriakan di seberang sana.

[KENAPA KAMU MEMATIKAN PELACAK DI HPMU, ANAK NAKAL? PULANG SEKARANG JUGA!]

Dan panggilan itu pun ditutup sepihak, menyisakan Hellen yang syok. Helai rambutnya pada berdiri tegak. Hah? Apa itu barusan?

"S-sepertinya Om Beaufort sangat marah. Kita harus memulangkan Dan. Tugasmu, Jer."

"Apanya?" Jeremy mengernyit.

"Gendong Dan. Kita ke rumahnya."

"Hah?! Kan kita bisa pergi diantar Pak Dolok!"

Aiden menggeleng. Tidak bisa. Dia akan menyuruh Dolok mulai mencari Castol. Watson bisa mengomel mereka diam tak bertindak.

Tidak mau diterjang oleh Aiden, Jeremy pun pasrah jadi 'mobil' dadakan. Dia terkejut saat mengangkat tubuh Watson. Alamak?! Jeremy menelan ludah. Ringan banget! D-dia sekarang sedang mengangkut manusia atau boneka dah.

"Kira-kira Castol ada di mana, ya?"

"Menurutku, ada yang aneh. Kenapa sepatu Castol bisa lepas hanya karena mengejar 'sesuatu' yang dia lihat. Mungkin saja..."

Aiden dan Jeremy saling tatap. "Dia diculik?"

Di sisi lain, Hellen juga sedang sibuk dengan biodata korban BE tim cermin. "Ini aneh sekali. Apa cuman kebetulan atau disengaja?"

Dalisay Ramelin, lahir pada tanggal 14 mei 2001 jam 18.00. Di hari itu juga, salah seorang keluarga ayahnya meninggal pada pukul 17.34. Beda enam menit dari kelahirannya.

Agape Libradida, lahir pada tanggal 23 januari 2003 jam 03.03 pagi. Satu jam sebelumnya, anak pertama ibunya alias kakaknya, tewas karena demam tinggi tak berkesudahan.

Mangata Duenden, lahir pada tanggal 8 januari 2001 jam 14.29 siang. Diduga ketuban ibunya pecah ketika menghadiri pemakaman kakeknya di hari yang sama dengan kelahirannya.

Ruatari kirei, lahir pada tanggal 19 maret 2004 jam 09.36 pagi. Pada pukul 09.15, saudara ibunya dikabarkan kecelakaan dan meninggal di tempat. Dia pun terlahir secara prematur karena mengalami syok kandungan.

Hellen seketika pucat. Apa-apaan semua ini? Kenapa... Kenapa mereka semua terlahir saat ada seseorang dari keluarganya tewas?

"Kenapa kamu menggendongku, Bari?" Watson menoleh kiri-kanan. Lho, mereka di luar?

"Ah! Dan! Kamu sudah bangun."

"Narkolepsimu kambuh," kata Jeremy malas. "Lalu pamanmu marah-marah kenapa kamu mematikan pelacak pada ponselmu. Makanya aku jadi babu Aiden dan mengantarmu pulang." Suaranya ketika kata 'babu' memelan alami.

"Apa? Aku tidak pernah melakukannya..."

Terakhir yang Watson ingat adalah, dia sedang bicara dengan Dolok tentang nama Castol. Lalu tiba-tiba kepala dan matanya terasa berat.

Apa yang sudah terjadi?





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro