June 17Th 2023

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sub-Genre : Fantasy

*****

Aku tidak peduli lagi. Pikiranku kosong. Kalau hari ini adalah hari terakhir aku hidup di bumi, maka aku tak boleh memarahi alam. Ini sudah takdirku. Setidaknya aku mati bahagia, telah menyampaikan perasaanku pada Masa dan dia juga menyukaiku. Kurasa itu sudah cukup.

Tapi... Aku berbinar-binar. Aku tak percaya Masa memendam rasa yang sama sepertiku. Dia sudah suka padaku jauh sebelum aku suka padanya? Andai takdir kita tak mengenaskan seperti ini, apa kita bisa jadi couple goals?

Kring! Kring! Kring!

Aku berhenti meratapi nasib, menatap kotak telepon di depanku. Dering tersebut berasal dari sana. Sepertinya seseorang menelepon untuk menanya kabar anggota keluarganya yang mungkin ada di wilayah ini atau siapalah.

Aku tak tertarik pergi untuk mengangkatnya. Aku ingin menghabisi detik-detik terakhirku dengan Masa sebelum air tsunami melindas halaman gedung museum tempat kami berada.

Aku tidak takut. Benar. Ada Masa bersamaku. Kami akan menuju dunia yang lebih indah. Atau Tuhan memberikan kami kesempatan kedua di kehidupan selanjutnya. Siapa tahu?

[Maafkan Lake ya, Aquatic.]

Telepon di kotak terangkat otomatis. Aku mendelik demi mendengar suara bocah itu. Benar! Suara bocah laknat yang membuatku terlena mengikutinya ke dalam sumur!

"NAMAKU CANAYA! BUKAN AQUATIC, BOCAH BRENGSEK! Bahkan di saat-saat terakhirku kau masih tetap menggangguku. Apa salahku, sialan? Kenapa suaramu terngiang-ngiang di kepalaku? Sebenarnya kesalahan apa yang kulakukan... hingga kau menghantuiku begini..."

Aku tidak bisa menahan emosiku dan aku menangis lagi. "Kenapa harus kami yang menderita? Biarkan aku dan Masa bahagia!" seruku ingin memecahkan kaca kotak telepon tersebut. Aku muak mendengar ocehannya!

[Tante Marybel dan Om Henriate mati karena aku. Bahkan dirimu. Ini semua salahku, Aqua. Seharusnya kita tak pernah bertemu.]

Aku mengangkat kepala. Dia tahu soal Bibi dan penyebab kematian pamannya Masa?

[Direktur Federer, Pemimpin Kultus Sesat Finnian, tenggelam sekalipun tidak cukup untuk menebus dosa-dosa mereka. Aku sedih, Aquatic. Aku sangat sedih. Tapi rasa marahku lebih besar daripada kesedihanku. Aku...! Akan menenggelamkan kota Whalexsa! Selamanya!]

Jadi, Bibi Mary dan Om Henri tewas dibunuh ketua kultus yang menyebarkan aliran sesat. Tsunami ini terjadi karena Lake marah akan kematian Bibi, Om, dan Aqua. Terlalu banyak informasi baru yang kuterima lima detik ini.

[Aku tahu, kau pasti takkan menyukai itu kan, Aquatic? Karena aku melihat jiwamu sama sedihnya denganku. Tapi aku sudah terlanjur melakukannya. Aku tak bisa berhenti di sini. Direktur Federer dan Finnian pantas mati.]

Telepon itu mati. Tidak terdengar suara Lake lagi. Jujur saja, jika situasinya baik, hal mistis ini membuatku merinding. Bagaimana bisa seorang anak dapat mendatangkan tsunami.

"Sekali lagi aku minta maaf atas keegoisanku, Aquatic. Aku tidak tahu ini akan terjadi."

Oke, aku merinding sekarang. Kenapa aku mendengar suara Masa? Aku menoleh dengan gemetar, seketika membeku. Tsunami telah datang, siap menyapu tempat ini. Tapi yang membuatku ngeri bukan itu, melainkan Masa berdiri dengan mata dan rambut bercahaya.

"Masa?" Saking sedihnya aku berhalusinasi?

Dia mendekatiku kemudian memelukku. "Tolong tahan napasmu sebentar," bisiknya halus.

Aku punya banyak pertanyaan, namun harus kutahan karena situasinya tak memungkinkan. Langsung saja kutarik napas dalam-dalam.

Air tsunami menghantam gedung museum, termasuk aku dan Masa. Tapi anehnya aku tidak terseret arus, aku tidak basah, bahkan sebenarnya aku malah merasakan angin.

Aku membuka mata, terperangah mendapati diriku ternyata terbang di langit menunggangi seekor paus... Astaga! Apa aku bermimpi?!





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro