19

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Pak, bolehkah kami menyimpan rekaman cctv-nya? Ini flashdisknya. Terima kasih."

Buat apa Watson memintanya? Beberapa menit lalu mereka mendesah kecewa karena wajah 'tersangka' tidak terekam jelas alias buram karena gelap dan rintik salju yang mengganggu kebeningan lensa.

Watson membungkuk pada petugas itu sebelum keluar dari ruang sekuriti. "Aku tahu kamu kecewa, Bari. Hanya karena wajahnya tidak terlihat, bukan berarti kita menyerah begitu saja. Ayo semangat. Masih banyak yang harus kita lakukan."

"Hufft, baiklah. Ke mana kita sekarang?"

"Aku sudah mengirim pesan pada Stern agar menginvestigasi temannya Rona untuk mempersingkat waktu. Tugas kita yaitu mencari informasi di rumah Nilam."

Dan di sinilah mereka sekarang. Pukul dua siang, Watson dan Jeremy berada di wilayah kediaman korban ke-8, Alnilam.

"PENJAHAT ITU MASIH BELUM DITANGKAP? SEBENARNYA APA SAJA KERJA POLISI, HAH? KAMI YANG MEMBAYAR GAJI MEREKA, TAPI MEREKA MALAH BERLEHA-LEHA! TAK BECUS!"

Duh, temperamennya. Jeremy menelan ludah, hati-hati dalam memilih kosakata. "Maka dari itu kami, klub detektif Madoka, yang langsung turun ke kasus ini. Sekarang kami butuh kesaksian anda, Nyonya. Siapa tahu kami bisa mendapatkan petunjuk."

"Huh! Anak-anak seperti kalian tahu apa tentang dunia orang dewasa?"

"Nyonya..." Watson menceletuk, menatap beliau datar. "Kami dan kepolisian sedang berusaha keras menangkap pembunuh putri anda. Kami butuh kerja sama anda."

"Hmph! Apa yang kamu inginkan?"

"Kami penasaran mengapa kasus Alnilam dikatakan kasus bunuh diri pada awalnya. Pasti ada penyebab tertentu, alasan kepolisian sampai berpikir demikian."

"Karena anak dari tetangga kami yang melapor pada 119," jawabnya pendek.

Beliau pun mulai menjelaskan, bahwa putra tetangga melihat siluet Alnilam gantung diri di kamarnya. Anak itu berusaha menelepon polisi, memberitahu ada yang tergantung, namun polisi mengira itu panggilan iseng dan menutupnya.

Bocah tersebut mengulangi sampai enam kali, polisi bersikukuh tidak percaya. Sampai akhirnya dia minta tolong secara histeris sebab melihat lampu kamar Alnilam tiba-tiba padam dan jendela yang pecah. Baru lah polisi menanggapi serius dan segera meluncur ke TKP.

Polisi datang satu jam kemudian dan mereka terlambat. Anehnya, jasad Alnilam tidak tergantung melainkan terikat ke pohon natal. Mereka pun menyimpulkan korban telah bunuh diri dengan cara unik agar kematiannya berkesan. Itu terbukti dari handuk yang terlilit di lehernya. Polisi menyangka korban mencekik leher sendiri hingga kehabisan napas dan tewas.

"Apa-apaan itu?! Bukankah sudah jelas Alnilma dibunuh Hermesate?! Bunuh diri macam apa yang pakai pohon natal?! Bagaimana cara dia mengikat diri sendiri? Tidak masuk akal!" Jeremy mengomel.

"Alnilam, Bari. Mulutmu typo."

"Kenapa kamu malah menotis itu?!"

"Tidak ada sidik jari siapa pun di kamar putriku selain Alnilam seorang. Pantas saja para polisi munafik itu berpikir dia bunuh diri. Padahal putriku punya impian. Mana mungkin orang penakut sepertinya berani melakukan hal bahaya. Tak masuk akal."

Ini mungkin karena di tahun 2020 Hermesate tidak beraksi. Publik mengira dia sudah mati atau apalah. Dan merujuk Alnilam korban perdananya setelah berhenti membunuh setahun, polisi menyangka kematian Alnilam hanya untuk menakut-nakuti. Mereka putus asa hingga tak percaya bahwa Hermesate kembali.

Apalagi kita membicarakan cara membunuh Hermesate yang berubah dari 7 korban awal. Hal itu memperkuat teori mereka bahwa Alnilam memang bunuh diri dan meniru modus tindakan Hermesate.

"Kamu hebat, Hermesate." Dia memantau lingkungan dengan cermat. Memanfaatkan bocah tetangga dan mematikan lampu kamar, menggunakan waktu tersebut untuk mengikat tubuh Alnilam ke pohon natal, membuat para polisi kebingungan.

Watson mengakui si Santa Maut D-Day berpresisi luar biasa. Apa dia mau pamer di depan polisi makanya dia menjadikan si bocah tetangga sebagai pion? Brengsek.

Sherlock Pemurung itu membaca arsip Alnilam. Manik birunya menatap serius. Ditemukan dua lubang aneh di leher korban yang diduga penyebab kematian.

"Nyonya, apa kami boleh ke kamarnya?"

"Sejak putriku meninggal, aku mengunci kamar itu dan tak pernah menyentuh barang-barang Nilam. Kalau kalian ingin mencari petunjuk lainnya, silakan saja."

*

Setengah jam berlalu, Watson dan Jeremy masih bertahan di kamar Alnilam yang berdebu karena tak kunjung dibersihkan. Ibunya mungkin trauma atau tidak kuat masuk ke sana karena teringat putrinya.

"Handuk di leher. Gantung diri... Punya dugaan, Watson? Kamu kan biasanya ada."

"Kupikir Nilam habis mandi atau olahraga hingga memegang handuk. Di saat itulah pelaku menyerangnya dengan cara dicekik. Setelahnya Nilam pun digantung terlebih dahulu selagi dia menyiapkan pohon cemara dan perkakas hiasan natal."

Betulan ada dong. Jeremy jadi menyesal telah bertanya. Lagian, kenapa analisis Watson terdengar masuk akal banget?!

Penyebab kematian adalah pendarahan hebat di leher dan terpotongnya karotis. Titik cedera mencapai 7 cm. Benda yang menusuk leher korban pastilah panjang.

"Sebenarnya apa digunakan pelaku untuk membunuh Nilam...?" Lukanya berbentuk bekas gigitan ular. Jaraknya sangat rapi. Senjata macam apa yang meninggalkan jejak seperti ini? Duh, Watson buntu.

Tak sengaja Sherlock Pemurung itu menoleh ke jendela. Dia pun menurunkan bingkai jendela. Di tengah-tengah kaca, terdapat lubang berupa silinder. Apa nih?

Kalau tidak salah tadi, ibunya Alnilam bilang bocah tetangga mendengar suara kaca pecah yang membuatnya menjerit.

Watson mematung syok. Jangan-jangan?! Dia buru-buru membaca kembali dokumen, khususnya riwayat medis Alnilam. Dia punya gangguan pendengaran?!

Di sisi lain, Jeremy sibuk memainkan teropong. Setidaknya terdapat tiga teleskop di kamar itu. Dari kecil, sedang, sampai besar. Alnilam mengoleksinya. Tak hanya itu, di dinding tertempel biografi Galileo Galilei. Alnilam sangat menyukai astrologi sampai-sampai menyulap kamarnya bagai ruang angkasa.

Tuing! Sebuah benda padat menimpuk kepala Jeremy yang masih asyik bermain. Duh, sakitnya. Jeremy melotot pada besi yang barusan menimpa kepalanya. Alat sialan itu jatuh dari planet (mainan) mars.

"Jangan menyentuhnya, Bari!"

Jeremy cosplay jadi patung. "E-eh?"

Watson mengeluarkan tamper plastik barang bukti, memakai sarung tangan. Dia hati-hati memasukkan benda tersebut. Menatap biografi Galileo Galilei di dinding, tersenyum miring. Jadi begitu rupanya.

"Kenapa dengan garpu tala itu?"

"Sudah, diam saja. Ayo kita pergi."

Mau ke mana lagi si genius emo itu mengajaknya. Mereka keluar dari rumah Alnilam dan mengulangi ending chapter sebelumnya, berjalan memutar dan melewati lima bangunan sekaligus.

Agaknya mereka menjauhi rumah Alnilam sekitar 200 meter sebelum akhirnya Watson berhenti di gedung tua. Tanpa menjelaskan tujuan mereka pada Jeremy yang ngos-ngosan, Watson bergegas menaiki anak tangga, mencapai rooftop.

"Kita ngapain sih, Wat? Di sini dingin."

Bagaimana tidak? Mereka tepat di lantai teratas gedung, menantang ribuan salju yang turun dari langit gelap. Rambut duo cecunguk itu perlahan memutih.

Watson menunjuk lurus. "Kamu lihat?"

"Eh, gedung ini mengarah ke rumah Nilam!"

"Benar. Tempat ini titik yang strategis. Tidak hanya itu, apa kamu memperhatikan letak rumahnya? Setidaknya ada empat gang. Atas, kanan, kiri, dan bawah. Posisi rumah berada di gang atas. Layaknya tanda tambah." Watson menggeledah ke sekeliling, berdecak senang menemukan benda yang dia cari tersembunyi di pot pecah. "See, aku menemukannya."

"Crossbow yang patah? Ini..."

Watson menyodorkan rompi bantalan pelindung pada Jeremy. "Pakailah, Bari."

"Eh, apa nih tiba-tiba? Hadiah natal? Wow, wow, tak biasanya Watson baik begini. Pantas kamu bawa tas ke mana-mana. Muehehe, cocok di badanku."

Detektif Pemuram itu tersenyum.







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro