Chp 181. Bermain Sepuasnya Sebelum Final

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Clandestine, dasar bajingan!"

Maehwa ingin melempar keyboard komputer ke lantai untuk melampiaskan amarahnya, namun kepikiran kalau itu aset milik motel. Dia bisa disuruh ganti rugi yang entah berapa harganya.

Di hari terakhir cuti, Maehwa ingin ngegame sebanyak yang dia mau. Dia mengincar kemenangan, tapi lagi dan lagi dia terus kalah tak berkesudahan sampai sudah lose streak enam kali. Untuk seorang progamer, hal itu sangat menyakiti harga dirinya.

Siapa sebenarnya Clandestine sialan ini? Strategi apa pun yang Maehwa lakukan, Clandestine seperti bisa membaca pikirannya. Dia bisa menebak pola serangan Maehwa yang bervariasi. Apakah dia gamer yang lebih pro daripada Im Rae?

Atau kemampuan Maehwa dalam game menumpul karena keasyikan menari dan bernyanyi? Tidak, dia masihlah Im Rae. Marah-marah karena kalah, itu jelas tabiat Im Rae. Yang salah adalah kerja sama timnya yang tidak solid dan kebanyakan buta map.

Terlebih, Maehwa satu tim dengan seorang player yang sempat dia isengin beberapa bulan lalu.

"Kafuusa sialan, bisa main nggak sih? Support aku!"

Maehwa mengetik tuts keyboard dengan kasar dan gregetan. Jangan-jangan anak itu sengaja bermain-main untuk menjatuhkan rank Maehwa mengingat apa yang telah dia lakukan waktu itu.

[Kau lah yang nggak becus jadi jungler, bego! Orang lagi war kau malah berkeliaran! Report nih manusia satu. Dia dark system. Nggak bisa main.]

"Kau pikir hanya kau yang bisa ngereport?!"

Begitulah Maehwa memulai harinya, dengan berdebat dan saling mengumpat ke teman partynya yang menyebalkan. Dia log out dari game, mengacak-acak rambut sebal. Jika diteruskan, bintang ranknya benar-benar akan anjlok.

Ada sesuatu aneh sedang terjadi.

Biasanya Maehwa tahan mengurung diri dan bermain game berjam-jam, tapi kok baru sejam dia sudah merasa bosan saja? Dia ingin mengunjungi Dain, mengganggu si dokter perhitungan itu. Atau bermain dengan Dahlia dan Jun-oh.

Apakah Maehwa telah beradaptasi sepenuhnya dengan kehidupan kedua ini? Seperti kata pepatah, sekali kau mencicipi sesuatu kau akan ketagihan dan takkan mudah menghentikannya begitu saja.

"Ini salah Jun-oh. Dia menyesatkan pikiranku."

"Kenapa? Bukankah bagus berteman? Mereka juga anak-anak yang baik." Danyi menceletuk. Dia asyik melongok ke jendela, cekikikan sendiri.

Ada beberapa wanita di jalan menoleh ke motel Banana dengan ekspresi senang dan gemas. Mereka sepertinya Wintermoon dan tahu Maehwa tinggal di sini. Tapi mereka tidak berniat mengganggu. Hanya numpang lewat dengan malu-malu.

Kalau dilihat-lihat... kenapa banyak sekali iklan Maehwa terpampang di sini?! Danyi memperhatikan dari tadi, mereka tidak serta-merta lewat di motel Banana. Mereka beramai-ramai datang ke sana hanya untuk selfie dengan iklan biasnya! Mereka tidak peduli bisa bertemu Maehwa atau tidak.

"Hah, aku bosan. Mau push rank tapi ketemu tim troll mulu. Hanya membuat badmood." Maehwa mengeluh di depan komputer, sembarang mengklik event di lobi game namun tidak berminat main.

"Nah! Bagaimana kalau kau jalan-jalan? Para penggemar bekerja keras mempromosikanmu. Kau juga harus menunjukkan ketulusanmu pada fans."

Maehwa mengerucutkan bibir. "Aku nggak ada uang buat naik bus. Semua uangku sudah habis membayar sewa kamar ini dan beli bahan makanan."

"Aigoo, miskin banget sih kau."

Pengen marah, namun itu fakta. Maehwa mendesah berat. Hidupnya melarat karena kehilangan buku tabungan serta kartu kredit Im Rae. Sekali lagi, dia takkan segembel ini jika masih membawa keuangan yang dihasilkan tubuh sebelumnya.

Danyi melirik Maehwa yang lesu. Kekuatan dari sistem juga berefek padanya. Danyi seakan melihat ekor dan telinga anjing melekat di tubuh pria itu. Tidak bersemangat karena dompet yang kosong.

"Baiklah, baiklah. Noona-mu ini akan mentraktirmu."

"Memangnya kau punya uang dunia ini?"

"Tentu saja. Kami bukan orang primitif. Jadi cepat ganti bajumu dan kita pergi ke luar."

*
Ternyata memang bukan pilihan baik meninggalkan rumah. Bahkan setelah menggunakan masker, topi, jaket dan segala macam, Maehwa masih saja dikenali. Dia tidak bisa menutupi postur tubuhnya yang sudah tercatat di ingatan Wintermoon.

"Bunga Maehwa mau jalan-jalan? Hati-hati ya! Jangan mengikuti orang berpakaian aneh! Nanti kamu diculik dan dijual. Soalnya kamu lucu."

"Maehwa, kamu sudah makan? Aku punya beberapa roti lapis dan sekotak susu stoberi. Ini buatmu!"

Setelah dikerubungi di sana-sini, Maehwa akhirnya bisa bernapas di halte bus yang kosong. Tadinya pria itu tidak membawa apa pun, tahu-tahu kini dia memegang banyak barang pemberian penggemar. Merchandise dan stiker yang dibuat Wintermoon.

Kenapa rasanya Maehwa dikelilingi babysitter? Dia itu 20 tahun! Eh, ralat, 32 tahun maksudnya. Lantas kenapa orang-orang itu memperlakukannya seperti anak kecil tak tahu apa-apa?!

Sesuai dugaan, hasil dari perfomance Tim Pray terlalu berefek. Bahkan di halte yang dia tumpangi sekarang ada iklannya dan Kyo Rim. Di mana-mana Maehwa melihat wajahnya. Mereka tidak sayang uang begitu? Mending sumbangin ke dia daripada menghamburkan uang untuk papan reklame.

Sebuah bus melintas di depan Maehwa.

Hah? Apa itu barusan? Maehwa menoleh horor ke arah bus yang melaju dengan lambat. Barusan, rasanya ada yang berkedip kepadanya.

Yang benar saja! Maehwa mengacak-acak rambut. Bahkan ada dia versi Tim Apona di wrapping bus?! Bukankah itu terlalu berlebihan? Seberapa banyak mereka mengeluarkan uang untuk membuatnya?

"Aku bersyukur sih, tapi ini sangat membebaniku!"

Danyi menatap malas Maehwa yang mengomel namun pemberian Wintermoon tetap dimakannya.

Ponsel Maehwa bergetar. Dia berhenti mengunyah roti lapis yang sialnya enak seperti dibuat dengan kasih sayang, memeriksa notifikasi pesan. Itu dari Dain. Maehwa lupa mengunjunginya—rutinitas biasa Maehwa saat cuti adalah bermain ke tempat Dain.

Hari ini cerah dan Danyi mau membayar ongkos. Baiklah, Maehwa akan ke Sungin-dong. Tapi anehnya Dain mengirim sebuah link. Untuk apa dia memberikan link stasiun Gangnam? Apa dia dan Dahlia mengajak Maehwa ketemuan di sana?

Karena Maehwa berpikiran lurus, jadilah dia meluncur ke Gangnam sembari mengikuti titik lokasi yang dikirim Dain tanpa meletak kecurigaan.

Setibanya, Maehwa seketika menyesal mengikuti pesan Dain. Dokter sialan itu mengirimnya ke lautan Wintermoon yang mengantri untuk selfie dengan iklan super besar seperti baliho presiden Maehwa versi seragam sekolah Star Peak.

"Dain..." gumamnya terharu.

INI TERLALU BERLEBIHAN DASAR BRENGSEK!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro