Chp 195. Keluarga dan Teman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Konten nostalgia sudah selesai. Maka selanjutnya pastilah event keluarga. Star Peak takkan membiarkan trainee berhenti menangis begitu saja. Festival air mata masih harus dilanjutkan.

Pintu ganda di sebelah kanan tiba-tiba terbuka, menampilkan siluet belasan orang yang familier. Trainee memicingkan mata, berusaha melihat dari kegelapan. Siapa orang-orang itu?

Maehwa melirik datar kumpulan siluet itu lewat ujung mata. Nah, ini dia. Sudah dimulai.

Lampu dinyalakan, menyenter wajah mereka. Trainee mengerjap silau sebelum berseru kencang melihat orangtuanya datang. Tuh kan, Star Peak takkan pernah melewatkan event kunjungan orangtua peserta pelatihan.

Trainee segera berdiri, berlarian kecil untuk memeluk keluarganya masing-masing. Ada yang datang dengan pasangan lengkap yaitu ayah dan ibu, ada yang memiliki kakek-nenek, ada juga yang didatangi oleh paman-tantenya.

Untuk Jinyoung, yang diundang adalah adiknya karena ibunya masih sakit. Anak itu bergegas mengunyel pipi adik perempuannya yang masih berseragam. Sepertinya dia habis pulang sekolah.

"Kau datang untuk menyemangati kakakmu yang tampan ini? Ah, Jini-ku memang manis~"

"Idih, siapa bilang? Ada banyak trainee tampan di acara ini. Aku hanya ingin melihat mereka. Nggak ada yang mau lihat kunyuk jelek sepertimu!"

Jinyoung terkekeh, mengusap-usap kepalanya.

Yang paling mencolok itu eksistensi Ayah Geonwoo. Bahkan kru produksi di belakang layar terkagum-kagum. Mereka sudah tahu latar belakang Geonwoo yang konglomerat.

Bagaimana perawakan CEO kaya? Itulah beliau. Jangkung, setelan jas kantoran, sepatu dan jam tangan bermerek. Siapa pun yang melihatnya pasti langsung sadar pria itu bukan pria biasa.

"Padahal aku punya meeting di Inggris."

Geonwoo menundukkan kepala. Berbinar-binar. Orangtuanya memang tidak melarangnya menjadi idola, membebaskannya memilih jalan apa pun karena terlalu sibuk dengan pekerjaan...

Aw! Dia mengaduh ketika merasakan jentilan pelan mengenai dahinya, mendongak.

"Papamu di sini. Bukan di bawah sana."

Jeda beberapa detik sebelum Geonwoo berlinang air mata, tersenyum rentan dan menghambur memeluk ayahnya. Beliau tersenyum tipis, mengusap-usap punggung putranya itu.

Sementara itu, Jun-oh masih canggung dengan ibunya. Dia hendak memeluk Joonha, namun tidak ingin membuat beliau tidak nyaman. Meski hubungan keduanya bisa dikatakan membaik, karena Jun-oh selama ini diabaikan, dia jadi bingung bagaimana cara manja ke orangtua.

"Kau tidak mau memelukku?" Joonha pertama yang membuka obrolan, bersedekap.

Jun-oh menggeleng cepat, mengusap lengannya. "Mau. Aku sangat mau. Hanya saja... aku tidak ingin melakukan hal yang Ibu benci."

"Padahal aku bangun lebih awal dan antusias untuk bertemu dengan anakku. Tapi dia malah tidak mau memelukku. Yah, itu juga SALAHKU telah jahat padanya. Oh, apakah ini karmaku?"

Jun-oh mengepalkan tangan, ragu-ragu memeluk Joonha. "Terima kasih sudah datang, Ibu."

Dan begitulah seterusnya. Mereka saling melepas rindu dengan keluarganya. Eugeum didatangi sang paman, mengadukan tingkah laku Ha-yoon yang hampir membunuhnya dengan permainan piano kematian. Mama Ha-yoon segera menepuk pantat putranya yang cengengesan, mengomel. Sudah dilarang main piano tetap saja dilakukan!

Pemandangan ini sudah pasti akan menyentuh hati Interstellar di episode duabelas nanti.

Maehwa menyaksikan teman-temannya yang harmonis dengan keluarganya, tersenyum kecut. Sesuai dugaan, Star Peak tidak tahu hendak mengundang siapa untuknya. Lagipula dia tidak punya orangtua ataupun kerabat jauh.

Dia iri dan sedih, namun teringat pesan barusan. Daripada menghabiskan waktu menonton adegan mengharukan, lebih baik dia ke pusat pelatihan untuk menyempurnakan tariannya...

"Hei kau bajingan! Kenapa kau memasukkan nomorku di dalam profil walimu, dasar sialan?!"

Sampai Maehwa mendengar suara familier itu. Dia menoleh ke pintu, menyaksikan Dain dan Dahlia datang paling terakhir. Ngos-ngosan.

"Kalian... kok ada di sini?" bingungnya.

"Seharusnya itu pertanyaan kami, sialan! Apa kau tidak tahu semalam aku punya operasi dan harus begadang memantau kondisi pasien—"

Dahlia menyiku perut Dain yang masih mengoceh, ngacir ke tempat Maehwa. "Aku sama sekali tidak menduga kru Star Peak mendatangi rumah sakit kemarin dan mengundang kami untuk pertemuan keluarga. Tentu saja aku sangat senang bisa mendukung cowok kesayanganku~♡"

Otak Maehwa mencerna, membiarkan Dahlia memberinya pelukan kecil. Star Peak mengira Dain adalah walinya hanya karena menulis nomornya? Kesalahpahaman ini sangat lucu.

Dain tersenyum miring. "Akui saja. Kau sudah menganggap kami keluargamu, kan? Yah kita memang akrab sih beberapa bulan ini. Tapi tidak sampai mengganggu jadwal istirahatku—"

"Dokter Cheon!" seru Dahlia, menginjak kakinya.

Dain mengedikkan bahu. Menyeringai.

Pufft! Maehwa akhirnya tertawa. "Kalau begitu kau bisa menolak undangannya, kan?" katanya mengerlingkan mata, menyodorkan tinju tos.

"Aku mau, tapi aku dokter setia pada pasiennya. Takkan kuberi izin pulang sampai sembuh." Dain membalas sodoran tinju Maehwa. Mereka saling mengacungkan jempol. Tersenyum bisnis.

Mereka pun pindah ke ruangan yang telah diisi oleh hidangan lezat. Ada banyak yang akan mereka ceritakan pada orang-orang tercinta.

*

Dimana ada Dahlia, di situ ada cupcake. Maehwa sampai curiga wanita itu adalah seorang koki profesional di kehidupan sebelumnya. Dia selalu membawakan bermacam-macam kue untuk Maehwa dan hari ini dia membuat kue sus.

"Apakah itu enak?" tanya Dahlia senyam-senyum.

Maehwa mengangguk, menyeka bibirnya yang kotor. "Krimnya lumer di mulutku. Nona Dahlia benar-benar pintar memasak kue."

"Semuanya untukmu, Bunga Maehwa~♡"

Dain mendengus geli. "Dia bisa diabetes jika memakan semuanya. Berikan aku beberapa—"

"Untuk Dokter Cheon akan kubuatkan nanti. Lagipula aku sudah menurunkan kadar gulanya. Jangan ganggu bungaku sedang makan!"

"Kenapa kau begitu pelit padaku sih?!"

Mereka masih saja bertengkar untuk hal sepele. Maehwa menyeringai. Tiba-tiba ide jahil terlintas di kepalanya. "Semakin dilihat, kalian sebenarnya sangat cocok untuk menjadi pasutri—"

"TIDAK!" bentak keduanya membuat Maehwa terlonjak kaget, menjatuhkan kue di tangannya. "Siapa juga yang demen dengannya?" lanjut mereka saling memencet hidung satu sama lain.

Nah kan, bahkan omongan mereka sama persis. Fiks nih mereka berjodoh di masa depan.

"Permisi..." Jun-oh dan Kyo Rim mendekati meja. Sebenarnya dari tadi teman-teman Maehwa penasaran dengan dua orang itu, jadi mereka inisiatif bertanya. "Apa kalian keluarganya—"

Kalimat Jun-oh menghilang oleh tatapan dingin Dain dan Dahlia seolah ingin bilang: Huh, siapa para brengsek ini? Ngapain sksd? Maehwa seperti anak itik yang dikelilingi buaya ganas.

"Mereka dokter dan perawat pribadiku," celetum Maehwa menyela atmosfer yang menegangkan. Sebenarnya itu tontonan menarik. Tapi dia kasihan melihat Geonwoo yang sembunyi di belakang Jun-oh gemetaran ketakutan.

"B-benarkah? Haha, bekinganmu ngeri juga ya..."

Sepertinya ini bukan waktu yang pas berbicara dengan Maehwa. Mereka mundur teratur kembali ke mejanya. Takut diterkam Dain dan Dahlia.

"Kalian membuat mereka takut, kalian tahu?"

Hmmph! Dahlia menyesap teh. "Wajah mereka lumayan. Kalau Rara menang undian menemani Dokter Cheon, dia pasti sudah ileran. Tapi bagiku tetap saja Bunga Maehwa yang paling tampan!"

"Jadi bagaimana?" Dain mengalihkan topik.

Maehwa mengernyit. "Bagaimana apanya?"

"Di mana finalnya diselenggarakan?"

"Ah, soal itu... Kurasa mereka tidak mengubah lokasinya. Mereka memakai tempat yang sama dengan final di musim-musim sebelumnya yaitu..."

Dreampeek Sky Dome.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro