Chp 99. Dunia Tidak Mempercayaiku

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Stellar S-]

- Astaga, aku kehilangan kata-kata...

- Hahaha! Apa kubilang, kalian tidak pernah mau mendengarkan. Sedari awal, Maehwa itu ahlinya memasang gimik. Dia patut diberi oscar dengan akting lugunya. Semua akting polos yang dia lakukan hanya kepura-puraan untuk menyembunyikan kepribadian aslinya!

- Sudah berapa orang yang diam-diam dia buli di Star Peak? Kuharap biasku tidak menjadi target kekerasannya. Nanti aku ngamuk :(

Sejak lima jam lalu, Naven dan Twitwar semakin gencar membahas Maehwa. Video di TeenTok itu membawa petaka besar. Jika dilihat dari satu sudut pandang saja, Maehwa memang terlihat memberi pelajaran pada anak-anak sma kurang ajar itu. Akan tetapi...

... Netizen tidak benar-benar tahu apa yang terjadi di sana. Yang mereka pedulikan para pelaku terlihat seperti korban di video. Mereka hanya menilai dari apa yang tampak.

Sangat sedikit pihak pro terkait skandal kekerasan Maehwa, lebih dominan ke kontra. Mungkin karena Maehwa main tangan ke anak yang lebih muda darinya, mereka jadi super dramatis dan membesar-besarkannya.

Selagi ada pihak yang harus dijatuhkan dari takhta popularitas, kenapa mereka harus absen meninggalkan jejak?

- Aku menyesal. Aku sungguh menyesal tidak mendengarkan perkataan kalian. Seharusnya aku tidak mempercayai pria ini.

- Bagaimana mungkin dia memukul anak sma sampai babak belur? Apa dia tak punya hati?
-> Mana mungkin punya. Dia kan iblis, ups.

@MyFlowerMaehwa (Ini Yeosu): Kalian semua apa-apaan sih? Beberapa detik lalu kalian memuja Maehwa, sekarang, hanya karena dia membuat kesalahan yang belum dapat dipastikan alasannya, kalian bersama-sama menusuknya dari belakang. Menurutku kalian lah iblisnya. Iblis yang hanya mengerti bagaimana cara menghina seseorang. Ingat, karma tidak pernah berjalan sendiri. Ia selalu berjalan di belakangmu, menunggu waktu yang tepat untuk menyadarkanmu.

- Haha! Sepertinya anak ini terlanjur dipelet! Jangan-jangan Maehwa memakai guna-guna.

- Kasihan dia. Semoga dia cepat sadar karena tidak ada gunanya menggemari dan membela pria sampah seperti Maehwa.

[Stellar A+]

Ketika Maehwa kembali ke motel Banana, betapa kagetnya dia akan kehadiran pemilik motel berdiri menunggunya. Aduh, Maehwa menelan ludah. Ekspresi beliau tidak baik.

"Aku tahu kau tidak pernah menunggak dan selalu rajin memperpanjang sewa. Tapi aku juga kerepotan di sini." Beliau menunjuk kamar Maehwa yang dicat-cat. "Lihat? Aku tidak peduli kau siapa, tapi kalau kau terus di sini, motelku yang kena imbasnya."

Ulah para haters, ya? Maehwa membungkuk. "Maaf, akan segera saya bersihkan. Saya sudah anggap motel ini rumah saya. Tolong biarkan saya tetap tinggal di sini."

Beliau mengeluarkan suara puh pelan. "Ya sudah. Bersihkan catnya dengan benar!"

Maehwa menatap kata cacian di dinding.

{PADAHAL MISKIN, SOK-SOKAN MAU JADI IDOL. KAU PASTI DILAHIRKAN DI LINGKUNGAN RENDAHAN KAN MAKANYA SIKAPMU BEGITU.}

{KAU MENJIJIKKAN SEPERTI ANJING.}

{SI PALING SOK MENDERITA. ENYAH KAU.}

{BOCAH KAYAK KAU SIH MENDING MATI DEH.}

Menghela napas pendek, Maehwa mulai membersihkan tulisan cat tersebut. Dasar apes. Catnya permanen. Ya sudahlah. Bakal bisa dihapus kalau dikupas. Itu akan memakan waktu, namun Maehwa tidak punya rencana ke manapun hari ini. Dia mau istirahat.

Terserah mereka mau memandang rendah Maehwa, mencaci Maehwa, menghakiminya, pokoknya terserah. Tapi bisa tidak sih fokus ke dia saja? Jangan libatkan pihak ketiga? Para haters ternyata kekanak-kanakan.

[Stellar B-]

Akhirnya bisa Maehwa melepas penat. Dia menatap layar status. Kam masih setengah jalan menuju 100. Sebelum melakukannya, Kam menitip pesan supaya Maehwa menunggu dengan sabar sampai dia menyelesaikannya. Jangan pernah berpikir-pikir macam karena Kam sedang melakukan yang terbaik.

Maehwa menyalakan ponselnya, membuka Twitwar, tersentak melihat hastag 'trash' trending di real-time. Apa ini?

Menyesal Maehwa membukanya. Ternyata isinya banner-banner untuk mendukung 'Han Maehwa' dilepaskan secara serentak malam ini lalu dibuang ke tong sampah terdekat. Ada yang menjadikannya sebagai atap kandang babi, ada juga yang merobeknya.

Ini mengingatkan Maehwa perihal tadi siang jika Dasom telah menurunkan iklannya, bilang, "Maaf Maehwa, tapi tidak ada yang datang ke sini kalau aku masih memasang iklanmu."

Tidak hanya di warnet Dasom, satu per satu iklan Han Maehwa ditukar, diganti, dibuang, dan di-apalah untuk menegaskan jika Maehwa tidak pantas untuk sekadar dilihat.

Awalnya Maehwa ingin mengabaikannya. Itu hanya spanduk iklan tidak berguna. Tapi dia teringat sesuatu membuatnya terburu-buru ke Sungin-dong. Benar. Papan iklan terbesar miliknya masih terpasang, tapi... sudah dicoret-coret menggunakan spidol dan spray. Benda itu jadi tampak mengerikan.

- Apa kau tahu lokasi Sungai Han? Kalau tidak, nih aku kasih tahu. Pergilah ke sana dan terjun. Niscaya hidupmu akan membaik :)
-> Walau bayarannya mati dulu wkwkw.
-> Itu pun kalau dia beruntung terlahir di keluarga yang lebih beradab.

- Keluarlah dari Star Peak, Maehwa. Kumohon demi debut Hangang-ku. Oke? :(((

[Stellar D-]

Maehwa membuka tong sampah, menarik keluar banner-nya yang sudah kotor terkena kimchi busuk, sampah sisa dapur, tulang ikan, dan berbagai sampah lainnya.

Maehwa mengambil sapu tangannya, beralih membersihkan benda itu dengan telaten. "Aah, wajah anakku jadi kotor begini. Mereka kurang ajar sekali ya, Maehwa? Mereka pikir mendesain karaktermu itu gampang.

Bulir air mata menetes ke tangan Maehwa yang terus menggosok banner tersebut.

"Maaf ya, Maehwa, aku membuat wajah tampanmu jadi cacian orang-orang. Aku tidak seharusnya membuat kesalahan karena aku sedang memakai wajahmu."

Maehwa memeluk benda itu. "Maafkan aku. Seandainya waktu bisa diputar, aku takkan pernah membuatmu merasakan penderitaan ini. Kalau aku tahu masa depan sepahit ini, aku takkan pernah menggambarmu."

[Stellar E-]

Pukul sembilan malam, Maehwa jalan-jalan ke Jembatan Mapo untuk menikmati langit berbintang. Dia mengabaikan suara bising kendaraan, menikmati sapuan angin malam.

- Semoga aku tidak melihatnya lagi di episode sembilan. Internetku bisa sia-sia.

- Duh, kapan Star Peak mengeluarkan pengumuman pengusiran Maehwa sih? Aku gregetan menunggu postingannya keluar.

Padahal sudah malam, netizen masih belum kehabisan semangat mencecar Maehwa. Dari mana mereka mendapatkan sumber stamina memelototi layar ponsel dalam waktu lama?

"Apa kau baik-baik saja, Nak?" tanya seorang nenek-nenek yang lagi memungut botol.

Maehwa menyembunyikan ponselnya. "Aku tidak apa-apa, Nek," katanya berinisiatif membantu nenek-nenek tersebut.

"Kalau begitu kenapa kau menangis?"

"Eh? Ahahaha, benarkah? Aku bahkan tidak menyadarinya." Maehwa tertawa sumbang, segera menghapus air matanya.

[Stellar F-]

Ternyata prediksi Hangang. Dia berhasil menghancurkan Maehwa, menjatuhkannya ke daratan sampai sayapnya tak terbentuk lagi. Lalu kumpulan hyena mengerubungi burung malang yang sudah tidak bisa terbang.

Maehwa melongok ke sungai, menatap pantulan dirinya di permukaan air.

Takjub rasanya melihat mereka seenaknya menyuruh orang untuk mati seakan kata itu hanya satu kata murahan yang tidak ada ngeri-ngerinya. Lalu setelah korban mereka melakukan apa yang mereka inginkan, mereka cuci tangan. Bersikap tidak ada yang terjadi.

Mereka tidak mau tahu seseorang bertemu maut oleh ketikan jari mereka.

"Lelah sekali. Apa aku sudah mencapai batas? Tidak, sebenarnya sudah dari dulu. Aku hanya bertahan dengan modal keinginan mencari tahu misteri kematianku. Aku tidak tahu sudah menangis berapa kali hari ini, bahkan tidak sadar air mataku sudah mengalir.

"Aku ingin bertahan sebentar lagi, tapi dunia terus berbisik agar aku mati. Kau mungkin capek mendengarnya, tapi maaf yah, Maehwa. Aku tak bisa membuatmu menjadi idol di dunia nyata. Maafkan aku dan terima kasih sudah meminjamkan identitasmu.

"Jika dunia tidak mempercayaiku, sekalian saja buat mereka melupakan aku seutuhnya."

Byurrr!!!

[Kam telah menyelesaikannya tugasnya.]

[Sedang mengirim...]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro