Path-20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku menuruti perintah Putri Mia dengan syarat tidak melibatkan Roas dan Hunju. Yang pihak kerajaan butuhkan adalah aku. Mereka tidak ada hubungannya. Seperti di manhwa-manhwa itu. Kerajaan menyiapkan sandera agar aku tidak bisa menolak.

Dasar nasib. Aku pikir alur kehidupanku hanya berputar pada penangkapan Roh Jahat yang kabur ke Tora, nyatanya ada saja sesuatu yang tak kuinginkan terjadi.

Bangunan istana mulai terlihat.

Tapi aku tidak percaya, kerajaan masih menghormati kepercayaan mistis padahal sudah ditinggalkan oleh ibukota.

Untuk sekarang sebaiknya aku ikuti dulu alurnya. Lagian aku bisa menebak alasan Putri Mia membawaku ke istana.

Mobil berhenti melaju di depan gerbang.

"Selamat datang di Istana Kerajaan, Eir!"

Wah, lanskapnya luas sekali dan indah. Ada hutan buatan, kebun bunga cantik yang berwarna-warni, rumah kaca, dan air mancur. Belasan pelayan berbaris di balik gerbang seakan telah menunggu dari tadi.

Hmm. Kurasa Putri Mia mungkin sudah akrab dengan maid dan para pekerja yang ada di sini mengingat dia akan dijodohkan dengan Putra Mahkota Martin...

Panjang umur! Pangeran Martin juga ada di sana... memakai baju mewah norak.

Apa-apaan pakaian yang super heboh itu? Jangan katakan padaku dia memakai baju seperti itu setiap hari selama berada di istana. Ya ampun! Aku yang melihatnya saja sudah gerah, apalagi orangnya?!

"Eir! Kau di sini!"

Pangeran Martin langsung menghampiriku yang mati kutu dipandangi tajam oleh ksatria dan pelayan seolah ingin bilang 'beraninya kau membuat Putra Mahkota berlari mendekatimu?!'. Yaps, sejenis itu.

"Maafkan aku. Sejak awal aku tidak seharusnya mempercayai Risica. Aku tidak tahu dia akan nekat berbuat begini."

"T-tidak apa, Yang Mulia...! S-saya tidak layak menerima permintaan maaf anda!" Martin!!! Apa kau tidak peka terhadap tatapan maut semua bawahanmu?! Mereka sangat ingin menerkamku detik ini juga!

"Tetap saja ini salahku, Eir. Si Risica itu..., aku akan memberinya pelajaran nanti."

"Urusan Risica biar saya yang tangani, Yang Mulia," celetuk Putri Mia. Dia menyelamatkanku dari tatapan tajam para ksatria dan pelayan. "Bagaimanapun dia adalah teman saya. Sudah semestinya saya menghukumnya jika dia berbuat salah."

Pangeran Martin hanya berdeham.

"Tapi saya terkejut. Saya tidak menyangka anda sedekat itu dengan Tuan Eir. Apakah Yang Mulia sudah berteman dengannya?"

"Benar. Kami yang menyelesaikan masalah yang terjadi di pedalaman Itya."

Semua orang seketika berbisik-bisik.

"Apalah soal dukun yang digadang-gadang bisa menyembuhkan penyakit itu? Rupanya dia hanya Saintess palsu! Sudah kuduga, tidak ada yang namanya Saintess."

"Untunglah Yang Mulia Raja membatalkan proposal mengundang Saintess palsu itu ke istana! Entah kelancangan apa yang akan dukun hina itu perbuat di sini."

Aku mengernyit. Mereka bergosip ria di depan majikan mereka sendiri? Apakah attitude pelayan kerajaan sepayah ini?

"Eir," aku menatap Pangeran Martin, "ini mungkin merepotkanmu, tapi Baginda Raja dan Baginda Ratu sudah menunggumu."

Hiks! Aku ingin keluar dari situasi ini!!!!

.

.

Kuucapkan terima kasih pada diriku sendiri yang sempat membawa manhwa kerajaan di kala senggang. Aku jadi hapal gerakan macam apa yang harus kulakukan di depan seorang raja dan ratu negara.

"Sebuah kehormatan bisa bersua dengan kepala negara Tora yang saya cintai," kataku dengan ekspresi percaya diri.

"Suatu kehormatan juga bisa bertemu dengan seseorang yang diakui oleh Putra Mahkota." Raja Andreas berkata.

Mak oi. Beliau benar-benar seorang raja. Bahkan suaranya tegas dan menawan!

"Berdirilah, Nak."

Aku mengangguk patuh, namun jantungku tidak. Berdebar-debar tak karuan. Ukh! Perutku mual! Aku sangat tidak cocok dengan atmosfer yang tegang. Bisa-bisa aku pingsan dan itu sangat memalukan!

"Kudengar kau bisa menyembuhkan."

Bukan Raja Andreas yang berbicara, melainkan istrinya, Ratu Sybl. Apa-apaan sorot matanya? Tampak sedih sekali...

"Ratuku, bukankah sudah kukatakan jangan bersikap agresif? Kita tidak bisa langsung mempercayai orang asing."

"Maksud anda, anda tidak percaya pada penilaian Pangeran Pertama Martin?"

"Itu tuduhan yang serius, Ratuku."

Wahai, wahai, wahai! Kenapa mereka berdua jadi berargumen? Aku menoleh ke Pangeran Martin yang kebetulan sedang menatapku. Aku melempar kode. 'Lakukan sesuatu pada orangtuamu dong!'.

Dia mengangguk, menerima kodeku. "Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu, bagaimana jika kita jelaskan dulu situasinya pada Tuan Peaceful? Saya yakin dia bingung."

Mereka berdua berhenti bertengkar 'kecil'.

Ntaps! Itu baru Putra Mahkota!

"Apakah kau sudah tahu bahwa Pangeran Kedua yakninya Pangeran Andrew menderita penyakit misterius, Nak?"

Aku mengangguk. Risica dan Pangeran Martin pernah membahas soal itu saat kami memberantas si Saintess Palsu.

"Karena penyakit ini, Pangeran Andrew harus homeschooling dan keberadaannya disembunyikan oleh pihak kerajaan. Kami melarangnya bersosialisasi dan menjaganya dengan ketat di Paviliun Mawar. Tidak ada dokter yang berhasil mengobatinya."

Ah... Aku paham arah pembicaraan ini. Dugaanku akurat. Mereka pasti ingin...

"Jika kau benar-benar memiliki kekuatan penyembuhan dan mampu menyembuhkan penyakit Pangeran Kedua, kerajaan akan menghadiahi 10 juta utra secara tunai!"

Mataku melotot. "S-s-sepuluh... j-juta?!"

"Kenapa? Apa nominalnya masih kurang?"

"Tidak, tidak, Baginda Ratu! Itu sudah terlalu berlebihan bagi saya!" Apa sepuluh juta hanyalah angka kecil baginya?

"Tapi, sebelum itu..." Raja Andreas memanggil prajuritnya. Salah satu dari mereka memberiku pedang. "Aku ingin kau mendemonstrasikan kekuatanmu. Kau harus memberi kami bukti nyata bahwa kekuatanmu itu bukan kebohongan seperti yang dibualkan oleh Saintess Palsu. Aku sudah muak dengan orang-orang yang berbohong bisa menyembuhkan pangeran, tapi nyatanya hanya mengincar imbalan."

Deg!

Pangeran Martin bangkit dari kursinya. "Yang Mulia, perintah anda tidak bijak. Anda ingin Eir melukai dirinya sendiri? Saya menolak ide tidak masuk akal ini! Bukankah saya sudah bilang bahwa Eir—"

"Tidak apa, Putra Mahkota," seruku. Luka kecil untuk uang yang besar. Aku tidak keberatan sama sekali! Sesungguhnya aku sudah tergiur sejak Ratu Sybl mengatakan akan membayar jasa penyembuhanku.

Kelemahan terbesar seorang Eir: uang.

Tetapi, Pangeran Martin menggeleng.
"Tidak, Eir. Kami yang membutuhkan bantuanmu, bukan dirimu. Yang Mulia Raja, dengan segala hormat, saya meminta anda memikirkan kembali perintah anda."

"Apa kau bisa mempertanggung jawabkan apa yang akan terjadi pada Pangeran Kedua jika anak ini ternyata berbohong?"

"Saya berani menjamin kalau Eir tidak berbohong soal kemampuannya karena saya melihatnya dengan mata sendiri."

Aku menonton seru perdebatan ayah-anak di depanku. Andai anda pop corn di sini.

"Saya mempunyai usul."

Semua orang menoleh ke Putri Mia. Kasion, ksatrianya paling setia, menenteng pedang lainnya. "Saya dengar dari sahabat saya, Risica Selyse, Tuan Eir sangat kuat. Apa anda bisa menghancurkan pedang ini? Ini terbuat dari ore tungsten, logam paling kuat dan amat keras. Jika anda—"

Pedang itu peyot olehku bahkan sebelum Putri Mia menyelesaikan ucapannya.

Kassion melotot. "B-bagaimana bisa?!"

Aku cengengesan. "Tahu-tahu begitu."

Fuah! Rasanya seperti mengangkat ban raksasa. Sesuai yang diharapkan dari logam terkuat di bumi. Sangat keras. Pedang itu adalah benda paling keras pertama semenjak aku menjadi Keeper.

Pangeran Martin menatap ayahnya dengan senyuman penuh kemenangan.

"Anda sudah melihatnya kan, Yang Mulia?"

*

Aku pikir kenapa mereka menamai tempat tinggal Pangeran Andrew 'Paviliun Mawar', rupanya tempat ini dihiasi oleh mawar. Apakah dia amat menyukai bunga mawar?

Udara berubah dingin. Aku kenal sensasi ini. Aku mendongak. Pintu Langit tidak mengeluarkan aurora. Kalau begitu, ada hantu bersembunyi di sekitar sini.

"Kau mencari apa, Eir?"

Aku menggeleng. "Bukan apa-apa."

Kepala Pelayan yang mengurus Pangeran Andrew bernama Admon. Dia menuntun kami menuju kamar pangeran dengan hening. Baguslah. Aku suka ketenangan ini setelah melalui terjangan badai (raja-ratu).

Setibanya kami di depan kamar Pangeran Andrew, suhu di sana semakin terasa dingin. Apa ada sekelompok hantu bersembunyi di dalam kamar pangeran?

"Kau baik-baik saja, Eir? Kau terlihat kedinginan. Padahal cuaca sepanas ini."

"A-abaikan saja saya, Putra Mahkota."

Admon membungkuk takzim. "Pangeran kemungkinan sedang belajar dengan mentornya, jadi tolong jangan berisik."

Aku mengusap-usap kedua lengan. Dingin...

Dan ketika Admon membuka pintu, aku mematung. Ada delapan hantu melayang di atas kepala Pangeran Andrew yang super kurus. Kondisinya sungguh tidak baik!



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro