chapter 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bom telah dibius. Marmoris (5) - RedEyes (1).

Aku menyandarkan punggung, menghela napas lega. "Fuh! Menang juga. Enam ronde yang menyenangkan. Guild ini tangguh juga heh."

>Hebat sekali, Einsbi. Di timing krusial kau berani mengambil resiko.<

Aku cengengesan, mengatur volume suara. "Itu berkat Kapten memberiku jalan ke lokasi bom. Kurasa 20 detik sudah lebih dari cukup menjinakkannya."

>Kapten, kau tidak salah memilih EOD. Einsbi sangat brilian.<

Aku mengulum bibir, mengepal tangan. Duh, aku senang mendengarnya. Apalagi yang memuji si Wakil Marmoris alias Pak Mangto. Jadi inikah yang dirasakan Erol setiap waktu? Rasanya seperti terbang di langit!

"Hmm?" Clandestine mengirimku pesan pribadi.

Kerja bagus, Einsbi. Jangan lupa hari kamis Liga Guild diadakan. Itu adalah Guild War pertamamu sebagai member inti. Berjuanglah.

Singkat kata, aku akhirnya mengunduh Runic Chaser. Aku tarik semua ucapanku. Game ini benar-benar seru. Pantas saja semua orang candu dan ketagihan memainkannya.

Lima hari, aku tidak bisa lepas dari game ini. Sepulang sekolah aku langsung tancap gas ke warnet. Main berjam-jam menaikkan level. Ah, sialan. Aku menyukainya.

Lalu, bagaimana ceritanya aku bergabung ke Marmoris? Apa itu artinya aku berhasil melewati ujian syarat dari Clandestine?

Hehehe, aku menggaruk kepala. Sebenarnya aku kalah sih... Clandestine memukul jatuh karakterku lima menit pertandingan gladi dimulai. Entah kenapa Clandestine berubah pikiran dan menerimaku ke Marmoris.

Ini keajaiban! Ini kuasa Dewi Keberuntungan!

Notif item event masuk ke kotak pemberitahuan. Aku menyipitkan mata. "Kartu Change Name? Pasti item bagus nih. Kucoba ah."

_Masukkan Nickname baru_

Eh, apa ini? Apa aku tidak bisa memakai nick 'Einsbi'? Ya sudahlah, toh cuman namain item. Mungkin ini item peliharaan atau peri. Aku mengetik namaku 'Tobi' menekan tombol enter.

_Nickname telah diganti_

Brak! Aku melotot spontan menggebrak meja, bangkit dari kursi, melotot tak percaya. Astaga! Aku sudah melakukan kesalahan besar.

"Ekhem." Seseorang berdeham. Aku menelan ludah, lupa sedang main di warnet. "Jangan berisik."

Aku cengengesan. "Maaf, maaf."

Aku kembali duduk. Bagaimana ini? Kenapa tiba-tiba nama akunku berubah? Bodoh kau, Tobi. Harusnya aku perhatikan lagi kegunaan item barusan, bukan malah langsung pakai.

Bagaimana ini, bagaimana ini. Aku mencoba mengembalikan nickname-ku, namun nihil. Butuh 548 diamond menggantinya. Aku menelan ludah. Segitu berapa harganya?

Dua ratus ribu?! MAHAL! Aku tak mungkin menghabiskan uang untuk game! Apalah aku modal F2P. Sial, ini menyebalkan. Bahaya kalau pakai nama asli.

Aduh, 'gimana nih... Mati aku.

-

Malamnya, tidak ada film menarik di TV. Semuanya membahas berita tentang ekonomi negara, ledakan di mana lah itu atau sesuatu semacam pelestarian hewan membuatku bosan level akut.

Pikiranku terpecah. Sebagian tentang "Perjalanan ke Museum Feat", sebagian lagi tentang "Einsbi berubah jadi Tobi". Apa yang akan terjadi kalau ada yang melihat member baru Marmoris bernama Tobi?! Terutama anak-anak di kelasku.

Erol memberitahuku di grup chat kelas bahwa mereka mulai berkemas. Darmawisata ini akan diikuti kelasku serta kelas Sanju, dua mobil. Sanju pun sudah mendesak agar aku segera beres-beres.

Pemandu acara, wali kelasku, mengumumkan jadwal keberangkatan pukul sembilan pagi. Semua murid berpartisipasi.

Masalahnya sekarang, aku diberi klien oleh Bos. Klien penting yang upahnya diberi bonus. Mana mungkin aku sia-siakan kesempatan itu.

Lupakan soal Museum Feat. Kini mari kita pikirkan perihal Marmoris.

Aku duduk di kursi, menyalakan komputer. Tidak boleh ada yang tahu aku memainkan game ini. Untuk sementara aku minta izin sama Kapten.

>Kau mengganti nick-mu?<

Northa, heh? Kenapa dia tiba-tiba memberi pesan? Setahuku kami tidak seakrab itu. Aku mengangkat bahu, mengetik balasan. "Sebenarnya aku tidak berniat, hanya saja tidak sengaja tertukar."

>Kebodohan yang haqiqi. Bisa-bisanya ketukar.<

Aku mengernyit jengkel. "Kan 'gak sengaja."

Aku tak sadar, percakapan konyol ini adalah awal mula aku dan Northa menjadi akrab.

Ya ampun, ada banyak macam sifat anggota Marmoris. Si Mangto yang arif. Northa si pangeran angkuh. Castle si ahli program. Dien yang... Entahlah, baik mungkin sebutannya? Aku bukan penilai bagus. Terakhir ada Clandestine. Pemimpin yang misterius. Tampaknya dia menyimpan rahasia besar.

Tok, tok, tok!

Aku menoleh ke jam dinding. Pukul sepuluh malam. Astaga, ini sudah terlampau larut untuk anak gadis seperti Sanju mengunjungi rumahku. Akan kumarahi agar dia tidak asal lagi bertandang ke rumah orang.

Kejutan. Yang datang bukanlah Sanju.

Aku terkesiap. Ini kunjungan yang ganjil. "Bos? Apa yang Anda lakukan di sini?" []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro