S a t u

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Udah siap ketemu Rios sama Beby?

Happy Reading!<3

___________

1. Martabak

___________

Dengan baju futsal yang masih melekat di tubuhnya, Rios--Arios Maheswara, duduk di depan rumah kekasihnya dengan sebungkus martabak yang sengaja ia simpan di meja dekat kursi yang ia duduki.

Di kursi lain, kekasihnya kini menatap bungkusan itu dengan mata yang berbinar. "Kok cuman satu?" tanya gadis itu tidak tahu diri.

Rios mengipasi wajahnya menggunakan tangan. "Heh! Bukannya makasih kek, apa, kek. Malah gak tau diri, gue cape nih pulang futsal langsung bawa martabak buat lo. Mana ngantri banget lagi," ketus cowok itu.

Biarpun gadis di sampingnya itu pacarnya, Rios tetaplah Rios. Cowok ketus, tukang nge-gas, dan juga galak.

"Oh, lo gak ikhlas? Gue marah nih, gue mau ke dalem."

Gadis itu hendak pergi. Namun, tangan Rios terulur mencengkal pergelangan tangan gadis itu. "Yang, jangan marah-marah gitu. Cepet makan martabaknya. Gue mau pulang, gerah banget," kata Rios.

Gadis itu mengembangkan senyumnya, "Seneng banget dirayu Rios," ujarnya seraya tercengir.

"Beby, bacot bener sih. Makan cepetan, gue mau pulang."

"Ya udah sana pulang. Ngapain di sini? Ngemis?"

Rios memicingkan matanya. Mengapa bisa ia memiliki kekasih tidak tahu diri seperti Beby? Sudah dituruti permintaannya, malah mengusir.

Bukannya bawa air untuk Rios, malah mengajak bertengkar.

"Gak gue turutin lagi ya kalau minta apa-apa."

"Ih, Rios kok gitu?" tanya Beby kaget.

Rios mengangkat bahunya tidak acuh, "Bodo amat. Gak akan gue turutin lagi pokoknya."

"Ih, baperan lo," balas Beby.

Rios tersenyum dan mengangguk, "Beneran nih ya, jangan minta apa-apa lagi? Awas aja, gue---"

"Iya," cetus Beby.

Rios meraih ponselnya di tas. Memainkannya dengan ekspresi datar seperti biasanya.

Beby yang sibuk memakan martabak itu, sesekali melirik Rios. "Yang, serius gak mau nurutin gue lagi?" tanya Beby.

"Hm."

"Rios ganteng deh kalau beliin gue---"

"Gak denger."

Beby cemberut. Gadis itu beranjak kemudian berdiri dengan lututnya di depan Rios yang duduk di kursi. "Aaa--" Beby menyodorkan martabaknya pada Rios.

"Diem deh!" kesal Rios.

"Rios ih marah-marah terus, cepet tua tau rasa. Buka mulutnya cepetan," pinta Beby.

Rios menatap gadis itu yang saat ini berada di depannya. Rios meletakan ponselnya di meja kemudian mencubit pipi gadis itu dengan gemas. "Buat lo aja, makan di dalem sana. Gue udah gerah banget," kata Rios.

"Bau keringet ih."

"Udah tau bau keringet masih deket-deket," cibir Rios.

Rios beranjak, Beby ikut beranjak. Cowok itu menepuk puncak kepala Beby beberapa kali. "Sana ke dalem," titah Rios.

"Mau pulang sekarang?"

"Taun depan!" ketus Rios.

Beby mendengkus kesal. Mengapa Rios selalu berubah-ubah begitu? Kadang manis, kadang galak.

Beby mengambil bungkusan martabaknya, "Sana pulang! Jangan balik lagi kalau gak bawa makanan. Bye!" Beby masuk kemudian menutup pintu rumahnya.

Rios menghela nafasnya pelan. "Gue salah milih cewek kayanya."

***

Pagi hari di hari Selasa, Rios memasuki kawasan sekolah dengan motor yang ditungganginya.

Menghentikan motornya, kemudian merapikan rambutnya seraya berkaca pada spion. "Udah jangan ngaca terus, lo jelek. Kasian kacanya."

Rios melirik sekilas ke arah kekasihnya yang kini tengah berdiri di sampingnya.

Cowok itu berdiri kemudian merangkul Beby agar melihat ke arah kaca spion. "Liat deh," ujar Rios pada Beby.

"Gue cantik, ya?"

"Bukan."

"Ih, terus apaan?" tanya Beby kesal.

"Muka lo kaya monyet."

Beby mendengkus. Gadis itu menjambak rambut kekasihnya itu dengan kesal. "Muka lo tuh kaya monyet!"

"Beby! Rambut gue! Berantakan, lepasin!" kesal Rios.

"Jangan panggil gue Beby! Gue gak mau jadi pacar lo lagi!"

Rios mencengkal pergelangan tangan gadis itu. Kemudian, ia menatap Beby dengan mata yang memicing. "Bilang sekali lagi."

"Jangan panggil gue Beby, gue---"

"Kalau nama lo jengkol, gue pasti panggil lo jengkol. Ogah banget gue manggil lo Beby," jawab Rios.

Beby mencebikan bibirnya kesal, "Kirain lo mau marah waktu gue bilang gue gak mau jadi pacar lo lagi."

"Males. Buang-buang energi," jawab Rios cuek.

Gadis itu mencubit lengan Rios kesal. "Lo beneran mau putus? Jahat banget," kata Beby.

"Lo yang bilang, lo yang gak mau. Aneh lo."

"Kan bercanda biar dirayu-rayu pake makanan."

Rios menoyor kening gadis itu pelan, "Makanan mulu otak lo. Ayo ke kelas," ajak Rios.

Beby merentangkan satu tangannya pada Rios. Kemudian, gadis itu tercengir lebar, "Gandeng," katanya.

"Lo gak buta."

Rios berlalu pergi meninggalkan Beby. Beby berdecak kesal, akhirnya ia memilih berjalan mengikuti langkah besar kekasihnya itu.

Saat langkahnya sejajar, Beby mencuri pandang terus menerus ke arah Rios. "Gak usah liatin gue! Gak akan ilang kok. Jauhan, nyempitin jalan aja." Rios mendorong pundak gadis itu pelan.

"Rios jangan galak-galak, kek. Kan gue biar keliatan gak jomblo gitu, kok lo gitu banget sih sama pacar sendiri," kesal Beby.

"Bisa diem gak? Kuping gue panas nih, lo tuh ngomong terus, pusing kepala gue."

"Bodo amat, emang gue fikirin? Yang pusing kepala lo bukan kepala gue," jawab Beby.

Rios menghela napasnya pelan. Cowok itu menghentikan langkahnya. Kemudian, tangannya terulur mencubit hidung gadis itu dengan kesal. "Anak siapa sih lo? Berisik banget."

"Lo cubit-cubit gue gemes ya? Cie Rios gemes sama gue." Beby mencolek lengan cowok itu dengan cengiran lebarnya

Rios menepis tangan gadis itu, "Najis. Kepedean lo."

"Cie ... Rios najis sama gue."

"Eh, apaan? Heh! Yang bener aja!" lanjut Beby saat menyadari ucapan Rios.

Rios berdecak. Bisa-bisanya ia jatuh cinta pada manusia semacam Beby. Sudah manja, gila, merepotkan, pikirannya hanya soal makanan, lemot pula.

"By, ke rumah sakit jiwa, yuk."

"Ngapain?"

"Daftarin lo."

TBC

Hallo! Gimana sama part pertamanya?

Berhubung Bang Leo udah selesai, Rios gantiin mereka ya<3

Tadinya mau post bulan Januari. Tapi gak tau kenapa greget pengen post dong:(

Semoga suka teman-teman<3

Ada yang ingin disampaikan untuk Rios

Beby

See you!<3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro