T i g a

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

_______

3. Banyak Setan

______

"Bang Rios, Abang bawa apa?"

Rios yang membawa beberapa makanan ringan di dalam kresek, langsung menatap ke arah pria kecil berumur 4 tahun yang kini tengah menatapnya.

Rios menggaruk pipinya sendiri, "Beby mana?" tanya Rios mengalihkan pertanyaan pria kecil itu.

"Teh Beby lagi dangdutan di kamar."

Rios berdecak. Tadi meminta Rios buru-buru membelikan makanan, sekarang malah dangdutan di kamar, maunya gadis itu sebenarnya apa?

"Panggilin sana, bilang ada Bang Rios," kata Rios.

"Boby dapet duit gak? Kan jalan itu pake energi, cape, kata Teh Beby kalau ada yang nyuruh harus minta imbalan."

Rios membelak. Bisa-bisanya Beby mengajarkan adiknya begitu. "Matre banget sih lo," desis Rios.

"Matre itu apa, Bang?" tanya Boby.

"Ganteng."

"Wah, bang Rios matre," celetuknya.

Rios mengusap dadanya pelan. Cowok itu berjongkok mensejajarkam tubuhnya dengan Boby, "Bilang sama Beby ada bang Rios, nanti kita jalan-jalan," kata Rios.

"Oke bang Rios matre." Boby mengacungkan jempolnya. Setelahnya, ia berlari masuk ke dalam rumah.

Rios memilih duduk di kursi yang berada di teras. Meraih ponselnya dan mengecek pesan masuk.

"Rios, gak ke dalem?"

Rios mendongak. "Nggak, buktinya di sini," jawab Rios cuek.

"Na, aku gak setuju dia pacaran sama Beby."

Rios beranjak cowok itu menatap sepasang suami isteri yang kini menatap ke arahnya. "Bang Daffa jangan gitu, kalau jodohnya Beby Rios tau rasa," ujar Rios.

Daffa adalah Papanya Beby. Mengapa Rios memanggilnya dengan sebutan Abang? Karna, dia adalah teman Kakaknya Rios, sejak kecil ia sudah terbiasa memanggilnya begitu.

Umur orang tua Beby juga masih terbilang muda, sekitar 31 tahunan.

Mereka menikah saat keduanya masih sekolah akibat kecelakaan yang mengakibatkan Ana--Mamanya Beby terpaksa dikeluarkan dari sekolah.

Mengapa Rios bisa tahu? Tentu saja ia tahu itu dari orang tuanya, dan juga Kakaknya. Tapi, Beby sama sekali tidak mengetahui soal ini.

"Tinggal gue jodohin aja," jawab Daffa.

Ana melotot. Wanita itu memukul lengan Daffa, "Kedengeran Beby marah loh dia," kata Ana.

"Wah Papa matre udah pulang."

Daffa, Ana, dan juga Rios mengalihkan pandangan mereka pada Boby yang berdiri di ambang pintu dengan Beby di belakangnya.

"Boby, diajarin siapa ngomong gitu?" tanya Beby galak.

Boby menunjuk Rios. Rios terlihat cuek dan memilih kembali duduk di tempatnya, "Finah itu," jawab Rios.

"Na, pokonya aku gak mau Beby sama dia."

"Beby juga gak mau sama dia, Pa," sahut Beby.

Daffa tersenyum senang, "Beby mau Papa jodohin?" tanya Daffa.

Beby merubah raut wajahnya. Gadis itu menggeleng cepat, "Enak aja. Mendingan sama Rios," jawab Beby.

"Gak ah sorry, gue gak mau sama lo," sahut Rios.

***

Rios, dan Beby berjalan memasuki rumah keluarga Rios yang napak sepi.

Mama dan Papanya tengah sibuk dengan bisnis mereka di luar kota, sedangkan Kakaknya sudah menikah dan ikut suaminya.

Beginilah keseharian Rios, diam di rumah besar sendirian. Tak ada pembantu, karna Rios memang Rios lebih suka memasak dan membereskan rumahnya sendiri.

"Mama lo ke mana?"

"Ngapain nanya? Berharap gue kenalin sama nyokap gue? Ngarep aja sana," jawab Rios.

Cowok itu berjalan masuk mendahului Beby dan juga Boby.

Beby mendengkus kesal. Ia akhirnya memilih mengikuti Rios dan duduk sofa yang terletak di ruang tengah.

"Rios, tadi makanan ringan gue lo kasihin ke Boby? Kan gue ...."

"Berisik, ambil sana di kulkas," sahut Rios.

Beby beranjak dan berlari ke arah dapur. Sedangkan Rios, cowok itu merebahkan tubuhnya dengan mata yang terpejam.

Sepuluh menit berlalu, namun Beby tak kunjung kembali. Rios membuka matanya dan berdecak, cowok itu beranjak kemudian berjalan menuju ke arah dapur.

Langkahnya terhenti, Rios menelan salivanya susah payah kala dilihatnya Beby yang tengah sibuk memasak.

Jaket yang tadinya gadis itu kenakan kini sudah tersimpan rapi di meja.

Dengan baju putih yang lumayan ketat, celana jeans hitam, dan juga rambut yang diikat ke atas, membuat gadis itu terlihat ... Rios menggelengkan kepalanya pelan.

"Setan lewat." Rios mengusap dadanya pelan.

Cowok itu meraih jaket Beby, kemudian, ia melemparnya pada punggung gadis itu.

"Bangsat!" pekik Beby.

Rios nampak cuek, cowok itu berjalan mendekati Beby. "Ya elah masak mie doang pake buka-buka jaket, buka baju sekalian," desis Rios kesal.

Rios mendorong pundak gadis itu, "Duduk sana, biar gue aja."

Beby mendesis pelan. Gadis itu membawa jaketnya yang jatuh ke lantai. Saat hendak menyimpannya ke meja, suara Rios membuat aktivitasnya terhenti. "Jaketnya pake, di sini banyak setan."

"Hah?" tanya Beby.

Ah, Rios hampir lupa kekasihnya ini lemot.

Rios mematikan kompornya, meniriskan mie, kemudian menaruhnya di piring yang sudah terisi bumbu.

Cowok itu menyimpannya di meja kemudian menatap Beby yang masih mematung.

Rios mendekat, meniup wajah gadis itu kemudian menatapnya. "Kenapa lo?" tanya Rios.

"Ih, aneh ah." Beby duduk. Wajahnya berbinar kala melihat mienya sudah jadi.

"Beby, jaketnya pake gue bilang."

"Gerah, Yos. Lebay deh," ujar Beby.

Beby menarik Rios agar duduk di sampingnya. Mengaduk bumbu dan mie menggunakan sendok dan garpu, gadis itu langsung menyantapnya. "Enak, Yos."

"Apanya yang enak?" Rios melotot.

Beby mengerjapkan matanya beberapa kali. Apa yang salah? Pikirnya.

"Apaan sih?" tanya Beby sewot.

Tatapan Rios turun pada leher putih gadis itu. Lagi dan lagi, Rios menelan salivanya susah payah.  "Asstagfirullah." Rios mengusap wajahnya pelan.

Rios beranjak, cowok itu melangkah pergi meninggalkan Beby sendirian. Beby menatap kepergian Rios aneh.

Namun, ia kembali fokus pada makanannya.

Tak lama, Rios kembali dengan kaus hitam miliknya. Cowok itu melemparnya pada wajah Beby. "Ganti baju sono," kata Rios.

"Apaan sih?! Bisa gak jangan lempar-lempar?!" pekik Beby.

"Ganti atau gue usir?"

Beby mencibir pelan, gadis itu lantas berjalan ke arah kamar mandi untuk mengganti bajunya.

Rios menutup wajahnya sendiri. "Gak boleh kegoda sama setan, Yos. Kalau lo sayang sama Beby gak boleh nurutin napsu," gumamnya.

Beby keluar dari kamar mandi. Rios semakin membelakan matanya. Sepertinya, ia salah mengambil keputusan ini.

Mengenakan baju milik Rios, Beby malah semakin ... Tidak! Rios kuat iman.

"By, habisin makanannya cepetan. Gue rasa rumah ini beneran banyak setan."

TBC

Buat yang tanya Rios sama Beby masih Smp atau Sma, jawabannya udah SMA, kan di cerita Leo udah 4 tahun kemudian T_T

Gimana tanggapannya untuk part ini?

Ada yang ingin di sampaikan untuk Rios

Beby

Boby

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro