Empat x Bulan x Empat (HxH)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Modern!AU

Tidak ada yang lebih menyenangkan dari menyendiri dan menjauhi keramaian. Berinteraksi dengan manusia itu melelahkan. Itulah yang muncul di benak Kurapika Kurta, pria muda yang baru berusia seperempat abad.

Pagar pembatas balkon ia duduki, dwimanik abu-abunya menonton pergerakan titik-titik cahaya kecil di jalanan. Tangan menarik dua benda dari dalam saku.

Rokok dan korek.

Sebatang gulungan tembakau itu ia isap, lalu asapnya perlahan melebur dengan angin malam yang dingin.

“Tak kusangka kau merokok, Kurta.”

Tanpa dilihat pun ia tahu siapa pemilik suara berintonasi menyindir itu. “Sesekali saja.”

“Kau tampaknya membenci pesta, ya. Pantas saja tidak ada wanita yang mau denganmu.”

“Bukankah kau juga tidak didekati wanita, Paradinight?”

“Oh ... tidak. Para wanita menyukai pria tampan dan ramah sepertiku.”

Kurapika tak menyambung percakapan.

Lagi.

Respons kosong dan ekspresi datar itu sudah biasa Leorio dapat selama bekerja bersama Kurapika. Hanya saja ... ada tersirat kesedihan di raut wajah maupun matanya.

Leorio tahu mengenai pembantaian klan Kurta. Selama bertahun-tahun Kurapika bertujuan mencari kelompok mafia yang membantai klannya, Genei Ryodan.

Tak hanya kesedihan, kini kemarahan ikut mewarnai mimik muka si pria pirang. Diikuti sebelah tangan yang terkepal dan menonjolkan urat-urat tangannya. Napasnya tidak lagi setenang tadi, bersama bahu yang naik turun dengan cepat.

Leorio ingat. Sekarang tanggal empat bulan empat.

Hari kelahiran Kurapika Kurta sekaligus pembantaian klannya.

Dendam Kurapika mengakar sangat dalam di hatinya, takkan pernah tercabut bahkan jika ia berhasil mendepak semua anggota Genei Ryodan ke neraka. Kurapika selalu tenang di situasi apapun, kecuali masalah Genei Ryodan.

Rokok yang masih menyala digenggam erat Kurapika hingga isinya hancur, tidak peduli tangannya yang sedikit terbakar. “Genei Ryodan ... tak kubiarkan satu pun yang tersisa.”

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro