Epilog ✨

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setahun berlalu. Hari kelulusan angkatan Ares telah tiba, semua siswa dan siswi SMA Semenanjung bersorak-sorai karena kelulusan mereka. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada satupun murid di SMA Semenanjung yang tidak lulus. Seperti tahun-tahun sebelumnya juga, selalu ada seorang murid berprestasi yang diumumkan.

Murid berprestasi itu ialah Ares, yang berhasil mendapat nilai nyaris sempurna di setiap mata ujian yang diujiankan. Berbagai ucapan selamat memenuhi indra pendengaran Ares, hingga gadis itu tidak berhenti-berhentinya mengucap syukur atas semua pencapainnya.

“Selamat ya, Res. Lagi-lagi, kamu selalu berhasil membuat kami bangga punya sahabat kayak kamu,” ucap Rea memeluk Ares.

“Ih, pelukan kok gak ngajak-ngajak sih.”  Zilva menggerutu. Mendengar hal itu, Ares dan Rea lantas tertawa.

“Ululu, Zilva sayang. Sini pelukan bareng,” ujar Rea kemudian merangkul sahabatnya itu untuk berpelukan bersama.

Ngomong-ngomong soal Rea, gadis itu sudah keluar dari penjara setahun yang lalu. Tepatnya, pada saat Ares meminta papanya untuk membebaskan Rea setelah Rea menyesali perbuatannya.

Selepas dari penjara, Rea mulai mengklarifikasi perihal gosip tentang Ares yang sempat dibuatnya. Rea mengakui kesalahannya, dan mengatakan bahwa semua itu hanyalah kebohongan semata. Ares bukanlah cewek seperti itu, Ares ialah gadis baik-baik yang mulia hatinya. Sejak saat itu, banyak teman-teman Ares yang mulai meminta maaf karena menyesal pernah menghina Ares.

“Aaa, selamat ya Aresku sayang atas pencapaiannya. Kamu memang yang paling hebat sejagat raya. Mama kamu pasti merasa bangga karena udah namain kamu dengan nama Ratu Estetika Sejagad.”

“Makasih banyak ya buat kalian berdua. Ini juga berkat semangat dan dukungan kalian semua. Ares sayang kalian.”

Mereka bertiga saling berpelukan di tengah lapangan, dan sepertinya akan terus seperti itu jika saja tidak ada suara deheman yang membuat mereka melepas pelukan.

“Eh ada babang Anan, mau pelukan juga ya sama Ares?” ledek Rea.

“Jangan cemburu ya, Nan kalau kami peluk pacar tercintanya ini.” Zilva ikutan meledek.

Ares yang mendengar ledekan itu, ikut tertawa kecil. Gadis itu berjalan menuju Anan.

“Hai sayang,” sapa gadis itu dengan senyuman manisnya.

Anan yang mendengar sapaan itu, juga ikut tersenyum. “Hai juga sayang. Selamat ya atas pencapaian kamu, aku sebagai pacar kamu benar-benar bangga banget sama kamu.”

Anan mencium puncak kepala Ares sekilas. Hanya sekilas, namun sudah membuat Rea dan Zilva histeris.

“Aaa, jangan mesra-mesraan di sini dong. Ada dedek-dedek yang masih jomblo nih,” ucap Rea menutup kedua matanya.

“Kamu aja kali, Re. Aku sih enggak jomblo,” ujar Zilva dengan pedenya. Zilva memang tidak mengeles, karena nyatanya gadis itu sudah mempunyai Vino, sebagai pacarnya.

“Ya elah Zil. Si Vino juga lagi di luar kota, gak ada di sini. Memangnya kamu gak ngiri sama Anan dan Ares yang mesra-mesraan?”

“Enggak dong, wle,” ledek Zilva.

Perihal status Ares dan Anan, mereka sudah balikan sejak setahun yang lalu. Itu semua karena permintaan Surya yang sudah menitipkan Ares kepada Anan. Ia yakin, Anan adalah lelaki yang bisa menjaga Ares dengan baik.

“Sayang, nanti kita ke makam mama ya,” pinta Ares kepada Anan.

“Iya, sayang. Nanti kita akan ke makam mama kamu. Kita akan menghadiahkan mama kamu dengan pencapaian terhebat kamu.”

•••

“Ma, ini Ares datang sama Anan. Mama masih ingat kan dengan Anan? Iya, Anan yang dulu pernah jadi pacar Ares, Ma.” Ares meletakkan bunga yang tadi dibelinya di perjalanan, di samping makam mamanya.

“Ma, Ares ke sini mau kasi tahu, kalau Ares udah lulus. Ares lulus dengan predikat murid terbaik, Ma. Seandainya aja mama masih ada sekarang, Ares gak sabar pengen meluk mama.” Ares berusaha menahan agar air matanya tak jatuh.

“Ma, mama yang tenang ya di sana. Suatu saat nanti, kita akan bertemu. Kita akan kembali bersama. Ada papa, mama dan juga Ares. Ma, doain Ares ya selalu, supaya apapun yang Ares lakukan ke depannya dapat berjalan lancar. Ares sayang mama.”

Setelah selesai menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan, Ares memberikan ruang kepada Anan untuk berbicara dengan mamanya.

“Halo, Tante. Ini Anan, pacarnya Ares. Tante, Anan minta izin untuk menjaga dan menyayangi Ares dengan segenap hati Anan. Tante tenang aja, Anan gak akan pernah ngelukai Ares. Anan janji, Tan. Anan juga berjanji akan selalu membawa Ares untuk mengunjungi Tante di sini. Kalau begitu, Anan dan Ares pamit dulu ya, Tan. Tenang di sana ya, Tan. Anan sayang dengan Tante.”

Anan berdiri dari posisi berlututnya tadi, kemudian lelaki itu melihat ke arah Ares.

“Sayang, kita pulang yuk.”

“Iya, sayang. Ma, Ares pulang dulu ya.”

Anan  menggenggam jemari Ares, membuat Ares sontak menoleh melihat Anan.

“Terima kasih, untuk mencintai aku dengan ketulusan hati kamu.”

“Harusnya aku yang bilang begitu, Nan. Terima kasih untuk tetap mempertahankan cinta kamu untuk aku, meski aku tahu, aku udah berkali-kali buat kamu kecewa. Love you, my boy, Pramudya Sanantha.”

I love you more, my beautiful girl, Ratu Estetika Sejagad.”

TAMAT.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro