3 |ENSURE

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tidak akan mungkin tertukar, atas apa yang sudah Allah takar

__________SAMBUNG RASA_________





"Lea, kalau saya ingin datang menemui orangtua kamu bagaimana?"

"Maksudnya Mas?"

"Saya ingin melamar kamu."

"M-Mas Saga, maaf, tapi aku belum siap buat nikah mudah. Aku masih mau fokus kuliah, setelah lulus nanti masih mau ngerasain kerja dulu. Apa itu enggak terlalu cepat Mas? Kita baru kenal selama 6 bulan."

"Justru karena sudah terlalu lama Lea. 6 bulan mengenal dan dekat dengan kamu lebih dari cukup buat saya meyakini jika ingin menjadikan Lea bagian dari hidup saya. Lea tahu prinsip Mas, kan? Saya tidak mau pacaran, dan dekat tapi tidak ada progres untuk menghalalkan."

".... Ma-Maaf Mas Saga, tapi aku belum siap. Aku enggak mau menikah muda, aku mau selesai dengan diriku sendiri dulu, Mas."

"Kalau begitu pilihannya hanya satu Lea, kita tidak bisa berdekatan kalau tidak ada hubungan yang halal. Saya sangat menghargai keputusan Lea, tapi saya lebih akan banyak dosa jika kita berdekatan tanpa ikatan yang Haq. Saya doakan soga cita-cita Lea tercapai, mulai besok dan seterusnya Mas tidak akan menemui Lea lagi. Kelak, suatu saat jika memang Lea ditakdirkan untuk Mas, Allah pasti mempertemukan kita lagi."

Azalea termenung dalam langkah gontai. Benaknya menampilkan kembali obrolannya bersama Sagara lima tahun lalu, saat Sagara menyampaikan niat ingin melamarnya, tapi dengan penuh kesadaran Lea tolak niat lelaki itu.

Lea masih sangat muda saat itu. Masih ingin fokus menuntaskan kuliah, dan masih banyak wacana yang ingin dijalankan tanpa embel-embel status sebagai istri. Egois? Rasanya tidak, karena Lea mengakui dia belum selesai dengan dirinya sendiri. Bisa dibayangkan rumah tangga yang dijalani tapi salah satu pasangan, terutama seorang istri yang belum selesai dengan dirinya sendiri, pasti akan berdampak bagi anak-anaknya kelak. Dan, Lea tidak mau sampai seperti itu.

Setelah pernyataannya waktu itu, Sagara benar-benar menepati janji untuk tidak menemui Lea lagi. Sedih memang awalnya bagi Lea, hari-harinya terasa ada yang kurang sejak Sagara memilih menjauh, tapi dia harus menghargai keputusan lelaki itu, sama halnya Sagara yang sangat menghargai keputusan Lea.

Lea berjalan memasuki rumah besar berlantai tiga dengan gaya Mediterania modern. Tangannya menenteng paper bag berukuran sangat besar dengan lambang ukiran huruf L super jumbo berwana perak dan timbul. Akronim brand butik Laksmi Galeri.

Lea merapal salam dengan suara pelan. Seorang Mbak asisten rumah tangga datang tergopoh-gopoh membuka pintu sembari menjawab salamnya.

"Kak Shila ada kan, Mbak?"

"Ada Mbak Lea, di kamar."

Mendapat informasi dari si Mbak ART, kaki Lea terayun menaiki anak tangga menuju lantai dua, tempat kamar kakak sepupunya berada.

Lea berhenti di depan pintu kamar berwarna putih. Mengetuknya sekilas sebelum masuk.

"Le, thank you so much, Sayang. Makasih Lo bantuin gue hari ini." Suara Shila langsung menyambutnya. Lea mematung menyaksikan Ashila. Katanya sedang tidak enak badan, tapi penampilan si kakak sepupu saat ini terlihat sehat-sehat saja.

Ashila bahkan terlihat santai dengan setelan hot pants jeans dipadu tanktop. Wajah cantiknya berlapis masker greentea.

"Kak, Lo enggak sakit gitu?" Cecar Lea.

Ashila tertawa sampai maskernya yang mengering sedikit retak. "Sorry Sayang, gue lagi capek banget tadi. Makanya males datang ke butik."

Lea menganga. "Kak Shila kok bohong sih?" Pandangannya mutlak tertuju pada si Kakak Sepupu yang tengah duduk santai meluruhkan punggungnya di sandaran sofa. Sedikit kesal mendapati Shila tega berbohong demi tidak datang untuk sesi fitting baju akad.

"Gue enggak niat bohong, Le. Serius deh. Tadi emang lagi enggak mood pergi."

Lea berdecak. Apapun alasan Ashila, itu tidak dibenarkan kalau ujungnya bohong demi menghindari datang ke butik. Bukan Lea tidak ikhlas menggantikan Ashila, tapi dia merasa ini tidak adil bagi Sagara.

"Udah sih, cuma gitu doang jangan dipermasalahkan Sayang. Lagian Mas Saga enggak keberatan, kan. Jadi gimana, udah dicoba tadi?" Ashila bertanya sembari matanya fokus menatap layar televisi.

"Udah, ini, Kakak coba aja sekarang, biar kalau ada yang kurang bisa diperbaiki lagi?" Lea menyerahkan paper bag jumbo di tangannya pada Ashila.

Kedua jempol Ashila mengacung ke udara. "Sip, thanks ya, Le. Lo emang selalu bisa gue andelin."

Lea bergabung duduk di sebelah Ashila. Badannya sedikit menyerong fokus pada si Kakak Sepupu. "Kak, buruan deh dicoba." Peringatnya lagi.

"Ntar sih, habis gue mandi, Le." Ashila menyahut santai.

Lea menggeleng samar atas polah Ashila. Ini kenapa kesannya Ashila jadi seperti tidak serius sih? Biasanya calon pengantin pasti akan antusias jika bersinggungan dengan persiapan pernikahannya, kan?

"Kak Shila, boleh tanya satu hal, enggak?"

"Apa, Le?"

"Kak Shila ketemu dan kenal sama Mas Saga di mana kalau boleh tahu?"

Ashila menatap sekilas pada Lea. "Dikenalin sama papa, Le. Jadi, Mas Saga itu pernah gantiin ustaz buat ngisi tausiyah di acara pengajian rutin gitu."

Lea tercenung beberapa saat. "Maksudnya, Mas Saga itu bukan cowok yang pernah Kak Shila ceritain dulu? Yang nolongin Kakak waktu nyasar di TP?"

Ashila memberi gelengan. "Bukan Le."

"Terus, Kak Shila mau dijodohin sama Mas Saga?"

"Ya, dia baik sih, ganteng juga. Yang penting sesuai lah, sama kemauan papa, rajin ibadahnya, jelas kerjaannya."

Kali ini ekspresi terkejut Lea tampilkan. "Kok sesuai sama kriteria Papa Deas sih, harusnya sesuai sama kriteria Kakak dong." Lea refleks menampar pelan lengan Ashila saat berujar.  "Itu artinya Kak Shila enggak ada perasaan sama Mas Saga?" Cecarnya lagi.

Ashila tertawa-tawa. "Le, pakai logika aja, gue kenal sama Mas Saga baru dua bulanan, wajar kan kalau belum sepenuhnya ada rasa. Seperti yang gue sering curhatin sama lo, dia itu aneh. Deketan aja enggak mau, kalau ketemu, ngobrolnya jarak satu meter. Aneh ya, jaman sekarang masih ada cowok kayak gitu."

Lea mendengkus pelan.
"Kak, itu enggak adil buat Mas Saga. Dia udah sangat serius sama Kakak." Lea tidak membenarkan kalimat Shila. Meski ada benarnya juga, kenal baru dua bulan, potensi jatuh cinta memang masih sangat awam.

"Tapi gue suka kok sama dia. Orangnya baik, perhatian, ganteng. Ya walau agak membosankan sih, terlalu kaku, Le. Gandengan tangan aja enggak mau."

Lea tidak akan kaget dengan cerita Shila tentang Sagara. Tanpa si Kakak Sepupu tahu, kalau Lea jauh lebih kenal dan dekat dengan laki-laki itu.

"Laki-laki yang baik ya memang harusnya seperti itu, Kak. Menjaga dan enggak merusak perempuan yang ada di dekatnya." Sanggah Lea.

"Tapi dia terlalu lebay, Le."

Terasa ironi, di saat Lea sendiri pernah berharap dipertemukan lagi dengan Sagara dalam keadaan masih seperti dulu, tapi Ashila yang jelas-jelas telah dipilih Sagara malah terkesan kurang sepenuh hati menerima lelaki itu.

Tangan Ashila mengibas udara. "Udah sih, jangan dibahas lagi. Yang penting gue serius mau nikah sama dia, Le. Gue mau mandi dulu ya." Dia beranjak dari sofa, menyambar handuk yang tergantung di sisi walk in closet.

"Eh, tapi gue mau minta tolong sekali lagi besok, Le." Shila berujar sebelum memasuki kamar mandi.

"Apa lagi, Kak?" Lea bertanya heran.

"Besok jadwal testing menu katering Le. Gue maunya Lo yang datang buat mewakili gue lagi, Le."

Lea mendelik. "Kak, jangan gila ya. Yang mau nikah Lo, bukan gue." Kepalanya menggeleng-geleng, tidak habis pikir dengan tindakan Ashila yang lagi-lagi menolak hadir untuk sesi persiapan pernikahannya sendiri.

"Gue lagi diet, Le. Males banget kalau harus test food sebanyak itu." Denial Ashila.

"Lo bisa datang aja kan, Kak. Biar Mas Saga yang nyobain. Yang penting Lo ada sama dia."

"Apa gue minta tolong mama aja ya, Le?" Telunjuk Shila bercagak di dagu saat berujar. Lea menggeleng keras Atas ide kakak sepupunya.

"Kak, lo benar-benar ya ...." Lea seakan kehabisan diksi untuk menjabarkan semua unek-uneknya pada Ashila. Menurutnya, kalau belum yakin dan sepenuh hati, kenapa harus memutuskan menerima pinangan Sagara? Harusnya Ashila memastikan dulu, bagaimana perasaannya ketika bersama Sagara. Memastikan jika dia benar-benar mau hidup bersama laki-laki itu. Rasanya Lea tidak rela jika laki-laki sebaik Sagara keseriusannya dipermainkan.


________










02-Ramadhan-23

24-03-23
1242

Tabik
Chan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro