Chapter 3 : The members' past memories

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

El sedang duduk di bangku taman sekolah saat jam istirahat makan siang berlangsung. Sesekali El melihat layar ponselnya mengecek data yang tadi pagi Gisela berikan.

“wah, kalo begini sih gampang caranya. Hehehehehe.” Tawa El jahat. Sudah dipastikan pasti El mempunyai ide jahat.

“Ah El ternyata kamu ada disini.” Kata salah seorang siswa.

“ngapain kau mencari ku? Kalo hal tidak penting sana pergi saja. Dasar Pohon lumut.” Usir El malas.

“jahat sekali kau El. Aku kemari kan ingin memberi mu ini. Aku disuruh kak Gisela kemarin. Dan juga aku bukan pohon lumut ya.” Kata siswa itu mengebu-ngebu. Lalu memberikan sebuah flashdisk ke El.

“Terserah kau Greendy.” Kata El lalu mengambil flashdisk itu dan mengeceknya lewat HPnya.

“nama ku Grady bukan Greendy El!” Kata Grady tak terima. El tidak menggubris nya dia terlalu fokus dengan file dihadapannya.

Grandy merupakan salah satu anak yang orang tuanya bekerja di Excess. Dan dia mengetahui siapa El tidaj sampai peringkat El di Excess hanya sekedar El mantan Excess dan mengundurkan diri.

Grandy pun salah satu teman laki-laki yang dekat El disekolah.

El menyelusuri setiap file hingga menemukan suatu keanehan. Dengan penasaran El membuka file tersebut. “wow” respon El saat melihat isi file tersebut membuat Grandy yang sedang mendumel itu pun mengalihkan perhatiannya ke layar HP El.

“El apa yang kamu lakukan!!” teriak Grandy histeris dan mencoba merebut HP El tetapi gagal El menghindari nya.

“Wah, tak kusangka anak baik seperti kamu mempunyai hobi mengoleksi film anime seperti ini. Bahan laporan baru nih buat tante.” Kata El sambil tersenyum jahat.

“Kumohon El jangan lakukan bisa habis aku di SmackDown ibu ku.” Kata Grandy memohon-mohon.

Bukan El namanya jika tidak menjahili temannya satu ini.

“aduh tangan aku tadi kepleset aku hapus folder itu. Gimana dong greendy?” kata El dengan muka so polosnya.

“EL!!!!!!!” Teriak lan frustasi Grandy. Dan El ketawa diatas penderitaan temannya itu.

._._._.

Setelah jam pulang El melihat seseorang didepan gerbang. Itu Mio.

“Hei El.” Sapa Mio dengan senyumnya.

“Oh hai kak Mio. Kenapa kak Mio ada disini?” tanya El.

Mio pun sedikit salah tingkah. “anu, aku ingin bercerita mungkin ini ada sangkut pautnya dengan excess juga.”

El tersenyum sedikit, “Baiklah aku tau kak. Gimana kita ke cafe dekat sini? Sekalian aku makan siang hehe.”

“Baiklah aku yang traktir deh.”

“Hore! Terimakasih kak Mio.”

Mereka pun berjalan ke cafe dekat sekolah El dan memesan makan disana.

“jadi kak mau bilang apa?” kata El memulai.

“Sebelum itu kamu pasti sudah baca riwayat para member kan?” kata Mio.

“Tuh sudah tau jawabannya kak.”

“apa aku bisa membangkitkan kekuatan excess itu? Aku tau aku pesimis soal ini. Bahkan aku tidak sebaik kakak ku.” Tanya Mio sambil tersenyum getir.

“Kak, kekuatan excess ini bukalah dari bakat. Tapi dari tekad si pemilik kekuatan. Coba liat sekarang dengan kemampuan dan tekad kakak bisa mencapai titik ini. Cobalah jangan terbayang-bayang dengan sosok abang kak Mio.” Kata El mulai serius.

“aku tak bisa El. Kakak ku itu bagai pahlawan bagi ku. Aku tanpanya aku bukanlah apa apa.” Kata Mio membuat El menghela nafas.

“aku tau kakak masih terbayang-bayang dengan abang kakak itu. Tapi jika seperti ini abang kakak itu pasti cemas adik tercintanya tidak rela dia pergi kesurga. Ingat kak pesan terakhir abang kakak itu.”

Mio sedikit tersentak dengan perkataan El.

‘Tolong hiduplah seperti yang kamu inginkan Mio. Jangan Bergantung dengan orang lain.'

Kata kata itu langsung dingat oleh Mio. Pesan terakhir kakaknya.

“kau benar El aku tidak boleh terus terikat dengan bayang-bayang kakak ku.” Kat Mio sedikit lebih percaya.

“ya soalnya kak Mio sudah sampai ke sini dengan kemampuan kak mio sendiri.” Kata El.

Tak lama pesanan mereka datang lalu mereka makan bersama sesekali mereka bercanda disela makan mereka karena ulah El. Seperti memasukkan saus kedalam makanan Mio dengan sengaja.

“Oke sekarang kita ke markas aku juga ingin menyakinkan mereka juga.” Kata El setelah selesai makan.

“Memangnya yang lain harus juga. Tapi aku telah membaca bio mereka dan seperti tidak se pesimis diriku.” Kata Mio.

“memang tidak seperti kak Mio tapi mereka masih belum percaya diri.” Ucap El tenang.

Lalu mereka pergi ke markas excess dan bertemu dengan yang lainnya.

“hello semuanya.” Ucap El setelah memasukin kedalam ruangan teamnya.

“hallo juga El. Bagaimana kabar mu setelah kemarin.” Kata Angie.

“Oh itu sudah tidak apa apa kok. Cuma mata ku terlihat seperti kucing bukan? Atau monster? Pokoknya seperti ini lah.” Kata El lalu melepaskan kacamatanya.

Matanya berbeda seperti manusia umumnya. Pupil matanya pipih seperti mata kucing dengan mata berwarna biru agak gelap.

“Tapi kenapa teman mu tidak menyadarinya disekolah?” Tanya Mio heran.

Pasalnya tidak ada satupun siswa disana yang menatap El aneh.

“Oh ini gara-gara kacamata yang aku pakai khusus jadi aman aman saja.” Jelas El singkat.

“Ehh memang ada ya? Bukannya itu sulit dibuat ya?” Tanya Mio. El menjawab sambil tersenyum tipis misterius.

“jadi apa kalian sudah menerima masa lalu kalian?” kata El to the poin lalu duduk diatas meja di sana.

“rata-rata masa lalu kalian adalah orang yang kalian sayangin mau orang tua ataupun saudara mati didalam perang kemarin kan?” kata El membuat mereka saling menatap satu sama lain.

“Contohnya Angie kamu takut menyerang jarak dekat makannya kamu ambil menjadi sniper kan? Itu gara gara Ibu mu meninggal saat perang kemarin.” Angie menatap El lalu menganggukkan kepada pelan.

“Lalu kak Dero itu kehilangan saingan karena rival sekaligus saudara mu meninggal karena kesalahan pihak pemerintah dalam pertandingan seleksi sekolah excess kan?.”

“Benar El.” Kata Dero sambil menganggukan kepala.

“Dan kak Regal kehilangan ayah ibunya karena kejadian bom markas selatan di lab waktu perang dulu.” Regal mengiyakan kata El.

“Hah, sebenarnya itu biasa saja. Cuma aku tidak ingin menghina masa lalu kalian.” El menghela nafas pelan.

El bangkit berdiri. “Sebenarnya soal terima masa lalu itu mudah saja. Jika kalian telah melepaskan kan dengan rela dan tulus. Asal kalian tau orang yang disayang kalian itu telah berjasa besar bagi negara bahkan di anggap sebagai pahlawan.”

“Aku sebenarnya iri kepada kalian masih mempunyai orang tersayang dan emosi seperti itu. Tidak seperti ku yang tidak ingat memori masa kecil ku.”

Semua orang disana terdiam menatap El.

“Bahkan dulu aku tidak tau siapa orang tua ku. Ya walaupun sekarang aku sudah tau siapa ibu ku dan sedikit memiliki emosi.”

“Jika dulu kalian melihat El, kalian akan melihat boneka berambut putih bertelinga kucing pembunuh monster. Hahaha.” Kata seseorang yang masuk kedalam. Itu Gisela.

“Ya ya, maafkan aku yang dulu bermuka polos anjing atasan.” Celetuk El sambil memutar matanya malas.

Gisela mengacak-acak rambut El gemas. “Jangan marah dong, itu kan fakta.”

El berdecih, Gisela menatap anak anak yang berdiam diri sejak tadi.

“Aku punya kabar baik hari ini. Kalian akan mendapatkan misi pertama kalian. Setelah misi ini selesai kalian akan dinyatakan lulus sebagai team Excess termuda.” Kata Gisela dengan senyuman bangganya

Wajah orang-orang disana terlihat senang. Akhirnya setelah berbulan-bulan berlatih mereka mendapatkan misi pertama mereka.

“Mio kamu akan menjadi ketua team ini seperti pada awalnya team ini terbentuk.” Ucap Gisela menatap Mio yang terlihat syok.

“Kukira El yang akan menjadi ketua?” tanya Mio.

“El terbiasa menjalankan misi sendiri. Jika didalam team dia jadi ketua bisa kacau semua.” Lirikan tajam Gisela membuat El melemparkan tatapannya kearah lain.

“Ya, maaf aku yang hobi menyendiri.” Kata El.

“Semangat Oryza Team!” Kata Gisela sambip mengangkat tangannya tinggi diikuti yang lain.

“Fighting!” teriak semuanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro