Permintaan Maaf

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kenapa Bang?"

"Nggak tahu, temuin dulu aja," sahut Bang Yogi, berjalan menuju mejanya.

Nadhira sudah tahu, pasti akan dibahas. Dengan rasa kesedihannya ia berjalan menuju ruang HRD.

Sampai di depan ruangan Nadhira merasa tegang, ia akan membuat kekecewaan pada profesornya. Tapi bagaimanapun Nadhira harus menanggung konsekuensi dari kejadian yang ia alami.

Nadhira menarik napas dan menghembuskannya, perlahan mengetuk pintu dan membukanya.

"Masuk, Ra," ucap pak Dion yang sedang melihat-lihat berkas yang berada diatas mejanya.

"Ada apa pak panggil saya?" tanya Nadhira.

"Duduk, Ra," ajak Pak Dion.

Nadhira menurut langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan.

Dion membenarkan posisi duduknya ke arah Nadhira dengan kedua tangan di atas meja, telapk tangan menyatu membentuk segitiga serta perlahan menghela napas.

"Jadi Nadhira saya panggil kamu kesini untuk membicarakan kelangsungan kerja kamu di perusahaan ini," jelas Pak Dion.

Nadhira yang mendengarkan cukup khawatir, pasti Pak Dion akan membahas tentang kedisiplinannya.

"Nadhira, hari ini kamu telat lagi dan sudah SP 2 saya berikan. Untuk hari ini masih saya tolerin dan untuk kedepannya mohon dijaga kedisiplinannya. Dan saya akui selama kamu bekerja disini etika dan cara kerja kamu bagus jadi masih saya pertahankan," jelas Pa Dion. "Dan mungkin Liana akan masuk kembali setelah cuti. Kamu akan saya pindahkan ke bagian lain atau masa kerja kamu habis."

"Baik pak, mohon maaf atas ketidakdisiplinan saya," tutur Nadhira menunduk.

"Oke. Kamu bisa lanjutkan pekerjaanmu lagi," ucap Pak Dion.

"Baik, Pak." Nadhira langsung berdiri dari kurisnya dan berbalik menuju pintu keluar.

Pagi ini cukup membuat bad mood Nadhira, akhirnya sampai jam pulang kantor Nadhira hanya diam dan melakukan pekerjaan nya.

****

Selama di bus, perjalanan menuju rumah Nadhira terus berpikir, apa dia ajukan resign saja? Ia tidak ingin membuat kecewa dosen. Lagipula Nadhira sudah tidak bisa bekerja disana, sudah terlalu cape dan ujung-ujungnya akan membuat pekerjaannya menjadi berantakan.

Lagipula Ibu Liana sudah mulai masuk kembali, otomatis Nadhira akan di pindahkan tidak sesuai dengan keahliannya. Karena untuk digital marketing sudah tidak d tepat lagi untuk karyawan baru, apalagi status Nadhira sebgai karyawan pengganti.

Sesampainya di rumah, Nadhira segera melepakan sepatunya. Terlihat pintu rumah nya terbuka, terlihat mobil di samping halamannya. Siapa yang datang?

Nadhira segera melangkahkan kakinya memuju pintu masuk. Betapa terkejutnya ia melihat sepasang suami istri yang sedang duduk bersama neneknya.

Nadhira diam seribu bahasa, pikirannya kembali kemasa lalu saat ia tepuruk sedalam-dalamnya. Suami istri yang sedang berad di rumahnya adalah oranv tua dari laki-laki yang sudah membuat Nadhira jatuh cinta sekaligus membuat Nadhira terluka sedalam-dalamnya.

"Dhira duduk dulu, sayang," ajak Rima, menepuk-nepuk pelan kursi si sebelahnya. "Dengerin penjelasannya ya, katanya Nadhira mau tahu kejadiannya seperti apa. Duduk sini dulu ya, nenek mohon," mohon Rima, ia ingin Nadhira tidak salah paham.

Nadhira masih terpaku, ia sudahengepal keras kedua tangannya. Matanyapun sudah memerah dan menggenang air mata dengan wajah merah padam. Bagaimanapun ia ingin sekali mengetahui sejelas-jelasnya kejadian yang menimpa Ayahnya, akhirnya Nadhira menuruti kemauan Rima untuk duduk dan mendengarkan penjelasan dari Dani, Ayah Daniel.

"Nadhira... " ucap Dani. "Sebelumnya om minta maaf setulus-tulusnya dan secara resmi kepad Nadhira. Maafin om sudah membuat perusahaan ayah Nadhira mengalami kebangkrutan, " jelas Dani dengan wajah tertunduk dsn rasa bersalahnya.

Nadhira masih diam, air matanya sudah menetes entah dari kapan membasahi pipinya. Rima mencoba menyentuh tangan Nadhira yang sedari tadi dikepal perlahan melepaskan kepalannya sintak Nadhira menngok ke arah Rima dengan wajah yang tak busa di artukan, langsung memegang erat tangan Rima.

Rima tahu pasti ini sangat berat untuk Nadhira, tapi mungkin ini sudah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya.

"Sebelumnya mohon maaf, om sudah diam-diam membuka kasus lama papah kamu selama sebulan terakhir dengan bantuan ibu Rima, nenek kamu," ucap Dani hati-hati, ia tidak ingin Nadhira emosi semakin memuncak.

"Sebenarnya yang membuat Nino, papah kamu bangkrut adalah Fahri, sahabatnya sendiri."

Nadhira sangat kaget dengan pernyataan Dani, Hatimya seperti teriris. Bqgaimana bisa sahabat baik Ayahnya mengkhianatinya.

"Dilihat dari bukti-bukti yang saya kumpulkan bersama polisi serta tim investigasi." Dani mengeluarkan berkas yang telah usang. "Disini banyak transaksi dari perusahaan dari ke rekening pribadi Fahri dan saya sebagai saksi bahwa Fahri menjual ide yang sudah Papah kamu pikirkan matang-matang," lanjutnya.

"Mohon maaf, om baru bisa membuktikan kesalahpahaman ini. Walaupun terlambat semoga Nadhira mau memaafkan om," sesal Dani.

Nadhira yang mendengarkan perkataan Dani dari awal sampai akhir. Kenangan-kenangan memori kebahagiaan keluarga nya memutar diingatan Nadhira membuat luka kembali terbuka, rasa sesak kini mejalar di dadanya. Hanya air mata yang kini mengalir terus-menerus membasahi pipi serta celananya.

Dani serta Karina menunduk, ia tak kuat melihat Nadhira menangis sedaru tadi. Pasti gadis yang sedang ada dihadapannya saat ini merasa terluka berkali-kali lipat.

Rima langsung memeluk Nadhira yang sedang menangis tersedu-sedu, hatinya meraa teriris melihat cucu kesayangannya terluka. "Nenek yakin, Dhira kuat."

Karina mulai mendangak ke depan, ia merasa tak tega dengan Nadhira, Ibu Daniel merasakan hatinya sakit seperti melihat putrinya sendiri. Perlahan ia mendekati Nadhira dan duduk di sampingnya.

"Nadhira sayang." suara lembut Karina berhasil membuat Nadhira dan Rima mulai meregangkan pelukannya serta suaminya yang mulai medangak ke arah depan.

Karina mencoba meraih tangan Nadhira dan menggengamnya. "Tante tahu, pasti sangat berat sekali buat Nadhira menerima ini semua. Tapi tante yakin Nadhira bisa lewatin semuanya."

"Tante minta maaf atas semua yang sudah terjadi, Ra," lirih Karina tak terasa air matanya mengalir membasahi pipi.

Nadhira hanya terdiam, tatapan sendu membuat Karina ingin memeluknya. "Boleh tante meluk Nadhira?" tanya Karina hati-hati.

Nadhira mengangguk kecil.

Karina langsung memeluk Nadhura tanpa ragu-ragu, ia merasakan kepedihan yang di rasakan Nadhira serta kehangatan dari seorang anak perempuan yang tak peenah ia dapatkan sejak 19 tahun yang lalu.

Nadhirapun sangat nyaman dipeluk oleh Karina, Ibunda dari Daniel. Entah kenapa ia merasakan kenyamanan pelukan sang ibu.

"Maafin tante, Sayang. Maaf." Berkali-kali Karina membisik di telinga Nadhira.

Nadhira hanya menangis tanpa mengeluarkan satu katapun, ia sudah tak sanggup untuk menuntut, memaafkan ataupun memarahi keluarga Daniel. Dan ia masih tidak menyangka Om Fahri yang ia kenal sangat baik ternya tak lebih dari seorang pengkhianat yang sudah merusak kebahagiaan Nadhira.

"Om masih belum menemukan keberadaan Fahri, Dhira. Tapi pasti om akan cari kemanapun dia pergi," jelas Dani sebelum pembicaraan mereka selesai.

***

Setelah Karina dan Dani pulang, Nadhira masih saja melamun di dalam kamarnya. Rima tidak tega dengan Nadhira yang seperti kehilangan arah.

Sementara pintu kamar gadis itu tak di tutup, Rima berjalan mendekati Nadhira dengan pelan agar ia tak mengagetkannya. Perlahan menepuk pelan bahu Nadhira dan duduk disampingnya. "Maaf nenek nggak bilang dulu kalau keluarga Daniel ingin membuka kembali kasus ayah kamu."

Nadhira perlahan menngok ke arah Rima dan menatap wajahnya. "Sudah kejadian, Nek. Nggak perlu minta maaf lagi."

Rima memberikan sebuah ponsel berwarna putih terang, mungkin keluaran tahun 2007an. Di bagian layar sedikit retak tetapi masih bisa hidup. Mungkin ini saatnya Rima memberikan kenangan terakhir barang punya Dinda untuk Nadhira. "Ini ponsel Bunda kamu, Ra." Rima memberikan ditangan Nadhira. "Ini barang terakhir yang nenek punya dan kini nenek berikan untuk putri kesayangannya. Saat kecelakaan ponsel ini masih ada didalm tas Ibu kamu dan diambil oleh polisi,"  tambahnya.

Air mata Nadhira kembali berlinang, ia tidak menyangka bahwa masih ada barang yang tersisa untuknya, untuk mengingat kembali sang Ibunda.

Nadhira segera menyalahkan ponselnya, dan akhirya terbuka layar ponsel terdapat walpaper foto keluarga kecilnya Dinda, Nino dan Nadhira yang sedang berpose di sebuah taman sambil piknik. Nadhira mengingat kembali masa kecil bahagianya.

Nadhira men-scroll galeri dari ponsel Dinda terdapat bangak foto-foto Nadhira saat masih kecil serta foto mereka bertiga serta video-video kebersamaan mereka. Hati Nadhira semakin teriris, ia memutar kembali moment-moment bahagianya. Saat membuka video terakhir bertapa terkejutnya Nadhira melihat video yang di buat Dinda untuknya.

Rima yang penasaran dengan isi ponsel Dinda, karena semenjak ponsel ini di temukan ia tak pernah membuka karena ia ingin Nadhira yang membuka pertama kali.

"Ada video buat Dhira dari bunda Nek, untuk terakhir kalinya," lirih Nadhira.

"Boleh nenek lihat?"

****

Mohon maaf jika banyak typo bertebaran semoga masih bisa kalian ngerti, akan dilakukan revisi saat sudah tamat 🙏

Terima kasih sudah mau baca sampai akhir, semoga kalian suka.

Oiya jangan lupa baca cerita "Soerat Terakhir Raden Mas" juga ya. Ketemu dengan Mas Yata dan Mbak Henzie ❤

Selalu dukung aku ya 🖤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro