4.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Minji bergelung di sofa ruang tengah apartmen Taehyung. Dia menonton televisi sambil mencoba untuk tertidur. Usahanya sia-sia, karena dia kembali mengingat masa depannya yang akan berakhir buruk.

Minji menangis dalam diam. Sebenarnya melawan orangtua bukanlah keinginan Minji. Ayolah, mana tega dia seperti itu? Sudah bagus kan kalau dia diurus dengan penuh cinta sampai sebesar ini? Untuk itu dia selalu mempunyai kerja paruh waktu—bahkan sejak SMA. Dia tidak mau merepotkan keadaan orangtua nya yang pas-pasan membiayai keluarga mereka.

Namun kali ini, Minji tidak bisa. Walaupun dia tidak mempunyai kekasih saat ini, tetap saja dia adalah seorang gadis yang mengiming-imingkan pernikahan penuh cinta dan kasih sayang. Kalau dipaksa menikah seperti ini, dia tidak yakin semua itu akan terwujud.

Apalagi pasangannya nanti adalah pria arogan yang sok serius bernama Kim Taehyung.

Omong-omong Taehyung, dia benar-bemar tidak memedulikan Minji sama sekali. Semenjak pulang tadi, dia hanya mendekam di dalam kamar. Dia tidak menjamu Minji, seperti menawarkan minum atau memberitahu letak kamar mandi dan apa saja yang harus dilakukan oleh Minji. Maksudnya—duh, ini pertama kalinya Minji masuk ke apartmen seorang pria.

Minji memegang perutnya sambil mengumpat pelan. Perutnya terasa lapar disela-sela gejolak emosinya yang membara. Dia menegakkan tubuhnya dan menatap pintu kamar Taehyung yang tidak terbuka sedikitpun.

"Masa aku harus mengetuk pintu kamarnya sih?" gumam Minji kesal. Dia gengsi—tentu saja. Namun, dia tidak bisa berpikir jernih lagi saat perutnya merongrong minta diisi seperti ini. Akhirnya rasa lapar mengalahkan egonya, dan betapa Minji kesal akan hal itu.

"Hoi kau, apa kau punya stok mi instan?" Minji mengetuk pintu kamar Taehyung.

"Hoi pria pemarah, kau mendengarku tidak sih?" Panggil Minji menjadi tidak sabar.

Tak ada jawaban sampai beberapa menit setelahnya. Oke, Minji menyimpulkan sendiri bahwa pria mengesalkan itu sudah terlelap.

Ini bukan gayanya sama sekali untuk mengacak-acak rumah orang lain—apalagi pria yang tak dikenalnya ini. Dia tidak menemukan bungkus mi instan di lemari dekat dapur. Tapi syukurlah Minji menemukan beberapa coklat gandum dan sekotak susu di dalam kulkas. Lumayan untuk mengganjal perutnya yang lapar, pikir Minji. Dia makan sambil menonton televisi. Sempat mengamati kemasan coklat gandum yang tak pernah dilihat sebelumnya.

"Aneh, rasanya bukan seperti cokelat gandum, tapi sudahlah," gerutu Minji. Tak berapa lama setelah perutnya diisi, matanya mengantuk dan Minji memutuskan untuk memejamkan matanya. 

~

Taehyung menghela napasnya. Matanya diserang kantuk secara mendadak setelah membaca beberapa artikel tentang bisnis. Sumpah, dia tidak berbakat sama sekali dalam hal ini. Perlu waktu yang lama hanya untuk memahami sebuah paragraf bagi Kim Taehyung.

Dia kemudian keluar dari kamar ketika jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia hampir berteriak histeris menemukan seonggok daging yang tertidur di sofa.

Kim Taehyung lupa kalau ada Choi Minji di apartmennya.

Dia kemudian melangkah untuk melihat gadis itu. Ah, dia lumayan cantik ketika tidur. Kalau dia sadar, wajahnya seringkali ditekuk dan alisnya selau mengkerut karena kesal—persis nenek lampir.

Taehyung baru saja ingin mengambil handuk ketika dia melihat bungkus-bungkus yang berserakan di karpet. Taehyung mengernyit untuk melihat bungkus itu kemudian matanya melotot sempurna.

Dia kemudian mengguncangkan tubuh gadis berandalan itu untuk membangunkannya, tapi tak bergerak sama sekali. Setelah Taehyung menyibakkan rambut Choi Minji yang menutupi tiga perempat wajahnya, barulah wajah pucat gadis itu terekspos.

"Sial!" guman Taehyung panik.

~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro