Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Hari itu, hari dimana semuanya berubah bukan hanya bagi dia tapi juga bagi semua orang yang ikut merasakan. Sebagai manusia ciptaan Tuhan memiliki mimpi dan ingin mendapatkan kebahagiaan adalah hal manusiawi yang sangat di dambakan.

Meninggalkan keterpurukan dan kesedihan yang tak berujung adalah keputusan akhir yang terpaksa harus di ambil semua mahluk bumi tanpa terkecuali. Lelah, tangis derai air mata rasanya seakan-akan habis tak tersisa dan tak mau berhenti mengingat semua yan telah hilang dan tak bisa kembali.

Kehilangan yang berharga adalah hal yang begitu menyiksa dan tak bisa tergantikan oleh apapun. Bahkan rasa kehilangan itu tidak mudah di lupakan hingga pada akhirnya rasa ikhlas datang menghampiri dan menyadarkan diri.

Memang benar suka dan duka berdampingan, senang dan sedih tak dapat terhindari dari kehidupan seluruh mahluk ciptaan Tuhan. Semua kepala tertunduk dengan mata memerah mengeluarkan air mata, suasana hening tanpa suara sedikitpun.

Hanya terdengar isakan kecil dari setiap perempuan yang berdiri di sana.
Sesekali terdengar teriakan histeris dari salah seorang pelayat, sedangkan beberapa pria terlihat sibuk menurunkan sebuah peti berwarna putih ke dalam liang kubur. Dari sekian orang yang memenuhi pemakaman terlihat sesosok pria dengan raut wajah paling terpukul terlihat dari kedua mata bengkaknya membuktikkan bahwa kesedihannya lebih dalam dari yang lainnya.

Ia tidak malu memperlihatkan kesedihannya pada semua orang, walaupun ucapan "seorang pria harus mampu lebih tegar dari seorang wanita." ia tak peduli toh pria juga adalah manusia biasa ciptaan Tuhan yang memiliki emosi salah satunya menangis ketika sedih sama seperti lainnya.

Saat semua pelayat pergi satu persatu, ia masih berdiri di sana menunggu. Menunggu dirinya mampu mengucapkan kata perpisahan untuk terakhir kalinya. Ia mengembuskan napas berat.

Ia berjongkok tepat di samping batu nisan yang baru saja terpasang, di tangannya ia masih menggenggam sepucuk bunga lili putih kesukaan sang wanita. Ia memejamkan mata dan meraih batu nisan bertuliskan nama 'Ebrar Nuvera' pria itu mengelus nisan dan menciumnya penuh cinta.

"Kau tahu Ebrar, kau adalah orang paling terrkejam pdaku di dunia ini. Kau sendiri berjanji mencintaiku selamanya tetapi kau juga yang mengingkarinya," ucapnya sembari meletakkan bunga lili putih di atas gundukan tanah basah itu.

"Serkay, kau harus mampu merelakannya." seseorang menepuk bahunya dan meremasnya pelan kemudian ikut berjongkok di sebelah Serkay.

"Bagaimana aku bisa merelakannya Paman Harun? Beritahu aku bagaimana caraku merelakannnya?" Serkay bertanya tanpa menoleh dan masih mengelus batu nisan dengan sayang.

Harun kemudian kembali tertunduk tanpa menjawab ucapan Serkay dan ia tidka memiliki jawaban untuk pertanyaan Harun. Harun tahu yang ping hancur saat ini adlah ponakannya Serkay. Ia tahu bagaimana Serkay sangat mencintai Ebrar, bahkan impian Serkay menikahi Ebrarpun musnah saat ini dengan kepergian Ebrar.

Wanita itu meninggalkan Serkay untuk selamanya dan kini meninggalkan kehancuran begitu dalam pada diri Serkay. Tidak ada satupun kali ini yang bisa menyembuhkan luka Serkay, hanya waktu yang bisa berbaik hati menjadi penyembuh sejati dari seorang Serkay Aleksey.

"Aku akan membiarkanmu sendiri, jika kau butuh aku, kau bisa mencariku." Harun berdiri membiarkan Serkay di sana sendiri, ia tahu Serkay sedang butuh waktu saat ini. Ia maupun yang lainnya tidak akan bisa mengubah kehancuran Serkay, hanya waktu yang bisa bersahabat dengan Serkay saat ini. Itupun jika Serkay mau menerima sang waktu dengan lapang.

Love
💙
Primavera

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro