04

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Paginya, aku dan Haruka berjalan ke resto 24 jam di dekat pantai, sekedar sarapan. Kami berbincang-bincang tentang banyak hal.

Mulai dari cerita masa kecilku sampai perdebatan tentang baju yang akan kami pakai untuk pemotretan.

"Jadi kau akan pakai baju dengan warna dominan merah maroon dan kau dominan warna navy. Bagaimana?" Usul Haruka.

Aku mengangguk. "Boleh saja, kebetulan aku membawa baju yang bewarna navy."

"Oke, ayo kembali ke rumahku dan segera bersiap, sekarang sudah pukul sepuluh. Pantai ini tidak bagus untuk pemotretan. Lokasi pantai yang ku maksud itu sekitar 1 jam dari sini. "

Aku mengangguk paham dan kami segera beranjak dari resto 24 jam. Setelah sampai di rumah Haruka kami segera bersiap-siap dan pergi menggunakan mobil milik Haruka.

***

Setelah sampai, kami segera melaksanakan pemotretan yang berlangsung sekitar 1 jam.

Selain foto resmi, kami juga berfoto untuk kenang-kenangan.

Kami saling mengupdate twitter kami dengan beberapa foto kami. Ketika melihat beranda, aku dikejutkan dengan foto Mafu di hotel bersama Amatsuki, Urata, dan Sakata.

Diluar hotel Mafu dan teman-temannya menginap, terlihat pantai membentang.

Uni_mafumafu Ohayou, minna-san. Aku pagi ini aku berada di Pantai untuk acara minggu depan. Jangan lupa saksikan, ya!


Ehh? Mafu juga di pantai? Pantai mana? Jangan jangan...

Aku segera menggeleng, menghapus khayalan dari otakku. Tidak mungkin dia disini juga kan?

Haruka tiba-tiba menepuk pundakku. "[Name]-chan, baju pantai ku  tertinggal, jadi aku mau membeli baju pantai ke toko yang agak jauh dari sini. Mau kau tunggu di pantai? Kau bisa berenang duluan, lho."

Aku berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah! Aku duluan."

Haruka mengangguk dan kemudian pergi bersama mobilnya, meninggalkanku dan barang barang bawaanku.

Aku segera ke pasir pantai dan duduk disana, aku malas berenang.

"Hei. Sedang apa? Tadi kulihat kau sedang pemotretan, ya?" Ucap seseorang yang tiba-tiba berada di sampingku.

Aku hanya memandang kakinya yang putih. "Ah, sudah selesai, kok."

"Ah begitu rupanya. Omong-omong, itu pemotretan dalam rangka apa?" Tanyanya.

"Kau tau, aku dan temanku adalah utaite baru. Itu adalah pemotretan pertama kami." Jelas ku.

Aku belum melihat wajahnya, tapi aku tau ia terkejut. "Eh? Wah! Kalau boleh tau, apa kalian yang meng-cover lagu 'i sleep well'?"

Aku terkejut dan mengangguk sambil terus menatap air laut. "Wah? Kau tahu, ya? Bagaimana suaraku?" Tanyaku meminta mendapat.

"Suaramu pas, temanmu juga pas. Kalian cocok menjadi After The Rain versi perempuan!"

Aku terkekeh. "Haha, benarkah? Lalu bagaimana dengan highnote ku?"

Ia akhirnya duduk disebelahku sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku. "Highnote nya juga bagus, lho. Tingginya bisa menyamai highnote milikku."

Aku mengangguk. "Terima kasih."

Tunggu... Tadi dia bilang 'highnote milikku'?

Dengan cepat aku menoleh kearahnya dan mataku membulat tak percaya. "M... Mafumafu-san?!" Ucapku hampir berteriak.

"Iya, kenapa?" Jawab lelaki bersurai putih disampingku.

"Jadi sedari tadi... Aku berbicara denganmu?" Tanyaku tidak percaya.

Ia mengangguk. "Tentu, memangnya siapa lagi? Ama-chan? Urata-san? Sakatan?

Aku menggeleng. "Astaga, ini pasti mimpi. Aku bisa bertemu dengan idola ku sendiri. Haha, Mafumafu-san, katakan kalau aku bermimpi. Iya kan?"

Ia terkekeh lalu mencubit pipiku cukup keras.

"Itai!" Erang ku.

"Bukan mimpi, kan?" Mafu tersenyum kearah ku sambil mengusap pipiku yang sehabis ia cubit. "Gomen, sakit ya?"

Wajahku memerah. "Ah, benar-benar sebuah keberuntungan bagiku." Ucapku sambil menutup wajahku dengan tangan.

Mafu terkekeh. "Menurut ku ini takdir, bukan keberuntungan."

"Eh?"

Ia mengangguk. "Sebenarnya aku sedang mencari utaite perempuan yang bisa aku ajak berkolaborasi. Tapi sejauh ini aku belum menemukan utaite perempuan yang bisa mengimbangi highnote ku."

Otakku penuh tanda tanya. "Maksdunya? Apa hubungan kolaborasi dan takdir?"

Ia terkekeh. "Maksudku adalah, ini sebuah takdir karena aku bisa bertemu denganmu, orang yang ingin aku ajak berkolaborasi."

Aku terdiam. "Kau... Mengajakku berkolaborasi?"

Mafu mengangguk cepat. "Iya! Kau mau kan? Ada banyak keuntungannya, lho. Seperti, terkenalnya kau dan temanmu itu menjadi lebih cepat, lalu mungkin temanmu bisa diajak kolaborasi dengan Soraru-san. Soalnya Soraru-san bilang kalau ia tertarik dengan temanmu."

Aku berpikir sejenak. "Kau ada benarnya, sih. Tapi kau tahu, soal para fans mu yang tidak suka denganku dan... Kau tahu, kan, kami utaite baru."

Ia mengangguk paham. "Iya, aku mengerti maksudmu. Kalau masalah itu tenang saja, aku yang akan mengurusnya."

Aku tersenyum. "Baiklah, akan aku jawab ajakan mu setelah meminta izin kepada temanku."

"Baiklah, aku tunggu jawabanmu..." Ia terdiam.

"Namaku [name]. Dan temanku bernama Lunar."

Mafu mengangguk cepat. "Baiklah [name]-san, ini id line ku, jika kau sudah mendapat jawaban, hubungi aku lewat id line ini. Ingat, jangan bagikan ke siapapun."

"Tenang saja, aku akan menjaga privasi mu."

Tiba-tiba dari belakang ada yang berteriak. "Mafu! Ayo cepat kita mulai rekamannya."

Ternyata Amatsuki yang memanggil Mafu. Di sana ada Urata dan Sakata.

Mafu menjawab panggilan Amatsuki dengan mengangkat tangannya. "[Name]-san, aku pergi dulu, ya. Senang bisa bertemu denganmu."

Ucapnya sebelum akhirnya pergi bersama ketiga temannya.

"Keberuntungan tak akan terjadi jika memang bukan takdir."

Itulah yang aku percaya sekarang. Ucapan Mafu selalu terngiang-ngiang mulai sekarang.

Dan mimpiku bisa mengenal Mafu lebih dekat juga akan dimulai. Benar-benar hari terbaik.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro