18. Attar Pergi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Arguby selalu menggunakan atap sebagai tempat untuk menenangkan diri. Alova berhasil mengikutinya, walaupun semua ucapannya benar-benar tak dihiraukan laki-laki yang hari itu mengenakan sepatu kets berwarna putih.

"Guby, dengerin penjelasan aku," ujar Alova memohon.

Alih-alih menjawab, cowok itu malah memejamkan matanya.

"Tinggalin gue sendiri." Suara Arguby tegas namun berbeda. Dia butuh Alova saat ini, butuh karena ingin mendengar semua penjelasan yang diucapkan oleh Hans.

"Guby." Alova memohon.

Arguby mengalah, membuka matanya lalu menatap Alova.

"Mau gue yang pergi atau lo?"

"Oke, oke. Tapi, kasih gue waktu buat ngejelasin semuanya," ujar Alova.

"Nanti, kalo Tuhan sudah benar-benar menghukum lo," jawab Arguby ketus.

"Arguby," ucap Alova lirih.

"Pergi! Pergi!" perintah Arguby dengan nada tinggi.

Alova pergi, meninggalkan atap dengan hasil nihil. Alova berjalan menuruni anak tangga, tiba-tiba kedatangan Daniel menghentikan langkah Alova.

"Dari atap?" tanya Daniel penasaran.

Alova mengangguk.

"Ada Arguby?" tanyanya lagi.

Alova kembali mengangguk sebagai jawaban.

"Oh ya, hari ini bakal ada pemeriksaan di kantor," bisik Daniel.

Lagi-lagi Alova mengangguk.

____
Gosip beredar dengan sangat cepat. Banyak siswa yang blak-blakan menanyakannya pada Attar dan Arguby. Menanyakan perihal kasus korupsi yang dilakukan ayahnya.

"Ternyata, orang kaya tapi hasil korupsi," cerca seorang siswa perempuan dengan sangat jelas dan sengaja di depan Arguby. Cowok itu tak menanggapinya.

"Pantas saja, sekolah ini jarang mengikuti kompetisi di luar, karena jagoan-jagoannya nyogok pake duit."

"Sekolahan orang kaya tuh bebas, otak sedengkul tapi dapet juara."

"Otak pas-pasan tapi duitnya banyak. Bisa lah, masuk universitas luar negri yang kece."

Attar dan Arguby hanya diam. Memang ayah mereka bersalah, namun mereka juga yang akan menyadarkan ayahnya.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Daniel ketika keduanya tengah berdiri di depan kelas. Menatap langsung lapangan basket yang sudah dipenuhi oleh siswa karena rasa keingintahuannya terhadap kasus suap yang dilakukan pemilik sekolah.

Tepat hari ini, Mentri pendidikan dan bawahannya mendatangi sekolah. Gosip yang sudah berhasil disebar luaskan oleh Bella berhasil menjadi trading topik di situs laman sekolah, menjadi buah bibir siswa dan dewan guru.

Alova mengambil posisi berdiri di samping Daniel.

"Hai, darimana?" tanya Daniel langsung menghadap Alova.

"Dari bawah tadi," jawab Alova.

"Oh ya, nanti sore jadi, kan? Gue pengen banget nyobain restoran Korea yang baru itu." Daniel antusias.

"Jadi dong, nanti gue yang traktir." Alova tersenyum.

"Nggak, gue yang traktir. Lo tinggal duduk manis di mobil gue dan duduk manis di depan gue."

Mendengar percakapan itu, Arguby lebih memilih pergi. Tinggallah Daniel dan Alova.

"Masih marah?" tanya Daniel, mereka memang sengaja dekat untuk memancing Arguby. Namun pemilik nama lengkap Ralion Arguby Permana acuh tak acuh.

Alova mengangguk.

[[]]

Sebuah tamparan mendarat manis di pipi Attar. Cowok itu hanya menunduk, menanggapi Hendri tengah marah besar. Hendri mengetahui bahwa kedua anaknya yang telah merencanakan semua ini.

"Kamu itu nggak mikir? Papa hidup seperti ini buat siapa? Hah!" Hendri sangat marah. Pasalnya,kasus ini sudah tercium oleh awak media. Hendri menghela napas kasar.

"Papa! Harusnya Papa sadar." Attar berani membuka suara. Hampir saja Hendri mendaratkan tangannya lagi, namun seseorang masuk ke ruang kerjanya.

"Sayang," suara istri Hendri berhasil menarik perhatian kedua laki-laki yang merupakan anggota keluarganya.

"Dia anak kamu," ujarnya lagi. Wanita itu segera mendekat ke arah Attar.

"Kamu, nggak becus ngurus anak-anak. Sampai mereka jadi seperti ini, mempermalukan orang tuanya sendiri!" bentak Hendri tegas.
"Seorang ibu itu harusnya mengurus anak-anaknya, bukan malah sibuk dengan karir!"

"Kenapa jadi nyalahin aku? Hah!" Istrinya tak terima.

"Kalian sama aja!" Hendri meninggalkan ruangan itu. Mengambil sebuah kunci mobil yang terletak di meja kerjanya.

Attar memilih pergi dan mengurung diri di kamar.

"Sampai kapan Papa bakal selingkuh?" Suara Attar menggema di ruangan besar rumahnya. Hendri menghentikan langkah, dan menoleh ke arah anak sulungnya. Arguby tentu saja mendengarnya. Karena ia tengah berada di lantai dua rumahnya dengan posisi tepat akan menuruni anak tangga.

"Papa selingkuh, kan?" tanya Attar memastikan.

"Bukan urusan kamu!" bentak Hendri.

"Sayang, sudah. Biarkan Papamu pergi, Nak." Sang mama memegangi lengan Attar.

Hendri tersenyum tipis. "Kalian sudah besar, wajar kalo kalian tahu hal ini." Hendri kembali melangkah.

"Aku bakal menghukum Papa!" teriak Attar.

Tak ada jawaban dari Hendri. Ia sudah menghilang dibalik pintu. Attar menghela napas lirih. Ia menoleh ke arah mamanya.

"Mama nggak apa-apa?" Attar memastikan kondisi hati ibunya.

Wanita cantik di depannya mengangguk sembari tersenyum.
Attar melanjutkan langkahnya, menaiki anak tangga menuju kamar pribadinya. Mendapati Arguby masih pada posisinya. Attar hanya melewatinya begitu saja.

💦💦💦

Sekitar pukul 09.00 WIB. Sekolah ramai, karena banyak mobil yang datang. Termasuk diantaranya adalah mobil polisi, KPK, dan mobil-mobil mewah yang lainnya.

Hendri terbukti bersalah. Ia melakukan tindakan suap dan korupsi di yayasan miliknya. Beberapa orang tua VIP siswa sudah panik akan namanya terseret. Namun, Hendri meminta agar menyembunyikan nama mereka, karena ia bersedia untuk dihukum.

Daniel, Arguby dan Alova tengah berdiri di lantai dua tepat di depan kelasnya.

"Lo nggak apa-apa?" Daniel memperhatikan Arguby. "Nama lo bakal jelek di sini."

"Gue nggak peduli." Arguby pergi meninggalkan kedua teman sekelasnya.

Alova hanya terdiam. Matanya mengikuti langkah Arguby yang semakin jauh dan menghilang dari balik tembok tangga yang menutupinya.

Alova melangkah, namun Daniel mencegahnya.

"Mau kemana?" tanyanya ragu.

"Gue harus bicara sama Arguby," jawab Alova datar.
Daniel langsung melepaskan tangan mungil itu. Membiarkan Alova menyusul Arguby ke atap.

Alova mendapati Arguby tengah berdiri di depan tembok yang tingginya sedadanya. Melihat pemandangan kota dari atas. Alova berjalan mendekat.

"Maafin gue." Alova bersuara, membuat Arguby menoleh dan menatapnya nanar.

"Gue bukan teman yang baik, gue bukan makhluk yang baik, gue juga bukan___" Ucapan Alova terhenti ketika tiba-tiba Arguby memeluknya erat.

"Diem, gue nggak butuh ocehan lo," ucapnya dalam pelukan erat itu. Alova mengeja napas lirih, menganggukkan kepala mengerti. Dia mengerti bahwa Arguby membutuhkan teman, setelah masalah yang datang di hidupnya. Ia butuh sandaran untuk bercerita.

Daniel melihat semuanya, ia mengurungkan niatnya untuk melangkah saat sudah membuka pintu atap.

___

"Tuan Attar nggak ada di kamarnya." Informasi Mbok Tum membuat gendang telinga Arguby terkejut. Bagaimana bisa, baru saja Arguby masuk ke dalam rumahnya, tapi disambut oleh kabar buruk seperti itu. Cowok itu berlari ke kamar Attar, walaupun tahu akan sia-sia, namun dia mencari sesuatu untuk menjadikannya petunjuk.

Arguby menghubungi nomor Attar, namun tak ada jawaban.

"Aish," gerutunya khawatir. Ia lantas kembali menuruni anak tangga dan mengambil kunci mobil yang berada di atas meja. Ponselnya masih bekerja menghubungi Attar, namun dengan hasil yang sama, nihil.

Arguby menghubungi Alova. Entah kenapa cowok itu menghubungi cewek yang sangat dibencinya.

"Ikut gue sekarang." Arguby berucap setelah panggilannya diterima oleh Alova.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro