26. Cinta Untukmu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alova terdiam, tak menyadari bahwa Arguby masih bersamanya. Cowok itu melempar senyum tepat di depan wajah Alova.

"Nggak perlu di pikirkan," ujarnya lalu mengusap tangan mungil milik Alova.

Alova menyambutnya dengan senyum. Ia mengangguk sebagai tanda bahwa ia baik-baik saja.

"Gue, bakal cari cara supaya nggak ada satu malaikat pun yang bawa lo pergi." Arguby bertekad.

Alova tersenyum. Arguby merentangkan tangannya agar Alova bisa bebas memeluknya. Gadis itu lantas menyambut pelukan dari Arguby.

"Nyaman banget," ujarnya tersenyum dalam dekapan Arguby.

[[]]

Hans tampak terkejut dengan kehadiran Alova di sanggar malaikat. Ia melihat wajah Alova yang tengah khawatir dan sedih.

"Ada apa?" Hans menatap Alova penuh kekhawatiran.

"Hans, aku mau ngomong." Alova mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat itu, setelah memastikan aman, ia kembali menatap Hans.

"Aku mohon, izinkan aku tetap tinggal di sini," pinta Alova.

"Alova! Hati-hati kalo bicara. Ini tempat para malaikat berkumpul." Hans sangat terkejut dengan permintaan Alova.

"Aku tau. Tapi, aku mohon, aku mencintai dia Hans."

"Kamu lupa? Kenapa kamu dihukum di sini?" Hans mengingatkan Alova. "Karena cinta, karena rasa cinta kamu terhadap lawan jenis," pekik Hans.

"Aku tahu," jawab Alova datar.

"Sekarang pergi. Dua bulan lagi, aku bakal bawa kamu kembali."

"Hans." Alova memohon.

Hans menggelengkan kepala. Ia membuang jauh pandangannya terhadap Alova.

"Kasih aku kesempatan, untuk bahagia." Pernyataan Alova membuat Hans memejamkan matanya.

"Sebelum ada yang mendengar, lebih baik kamu pergi. Aku nggak mau, hukuman kamu lebih berat dari sekarang."

Hans mengingat semua kejadian dahulu. Dimana dirinya membantu Alova dalam memisahkan cinta masa lalunya.

--
Hans tampak terlihat kesal melihat Andros bersama wanita yang dicintainya. Begitu juga Alova, wajahnya tersirat kesedihan. Membuat kedua malaikat itu nekat berbuat hal yang tak seharusnya dilakukan.

Hans membantu Alova dalam mengambil nyawa Andros. Alova berpikir, jika Andros meninggal, ia akan hidup bersamanya.

Kecelakaan terjadi, di saat Andros akan menuju rumah sang mempelai wanitanya. Dengan gampangnya Hans mengambil nyawa Andros.

Keduanya dihukum. Alova dihukum dalam tiga ratus tahun, sedangkan Hans abadi menjadi seorang mata-mata di bumi manusia.

--

Hans menyesal, setelah Alova pergi, ia terlihat marah dan kesal pada dirinya sendiri.

[[]]

Arguby mengulangi langkahnya di tempat yang sama, sesekali ia menggigit jarinya tak sadar. Dari balik pintu balkon sinar matahari tengah menyerangnya. Namun, dia sama sekali tak gentar akan sinarnya yang siang itu begitu menyengat.

"Gue harus cari cara!" gumamnya lirih. Otaknya tengah berpikir keras. "Gue harus bisa bawa dia pergi."

Tetapi, seketika ia mengingat ucapan Hans.

"Jika kamu mencintai dia, seharusnya kamu pergi. Itu yang akan membuat dia bahagia." Itulah perkataan Hans yang membuat Arguby galau setengah mati.

Arguby menggeleng cepat, ia yakin dirinya akan menemukan cara tanpa harus ada yang pergi.

"Nggak, gue akan tetap di sisi dia," ujarnya lagi. Tetapi tiba-tiba ia menjatuhkan tubuhnya ke sofa panjang yang ada di kamarnya. Menghela napas berat dan memejamkan matanya.

"Tapi dengan cara apa? Kalo gue egois, Alova akan lenyap." Arguby menatap langit-langit kamarnya.

"Kenapa harus pergi dulu, jika ingin bahagia, kenapa harus berpisah dulu jika ingin bahagia. Kita saling mencintai," ujar Arguby kesal. Kesal karena ia tak dapat menemukan cara apapun. Jika segala cara dia lakukan berhasil, tetap saja Alova akan meninggalkannya. Entah itu kehidupan yang bahagia ataupun lenyap dari dunia ini dan dunianya.

Seseorang mengejutkan Arguby dengan ketukan pintunya. Arguby segera menoleh. Menunggu si pengetuk membuka pintu. Attar muncul, cowok itu telah kembali dari rumahnya. Arguby terlihat bahagia.

"Kapan lo balik?" Arguby segera menghampiri Attar.

Kini Attar sudah terpampang jelas di depan Arguby.

"Kemarin, lo nggak ada di rumah."

Arguby menghela napas lirih. "Alova masuk rumah sakit. Jadi gue nungguin dia di sana."

"Dia sakit?"

Arguby mengangguk. "Gimana keadaan lo?"

Attar tersenyum tipis. "Sejak kapan lo perhatian sama gue?"

"Sialan lo, gue khawatir banget sama lo, nggak tau apa gue sampe nyari ke vila."

"Lo ke vila? Sama siapa?"

"Alova, lah."

"Hei, bohong. Mana berani lo ke sana," ujar Attar tak percaya.

"Serius."

Arguby kembali terdiam. Attar melihatnya seperti tengah dalam masalah.

"Ada apa? Ada masalah?" Attar mulai kepo.

"Kak, gue mau nanya." Arguby terlihat sangat serius.

"Apa?"

"Jika lo suka sama orang lo bakal terus sama dia, kan?"

"Tentu, gue bakalan tiap hari nemenin dia."

"Tapi jika orang itu nggak bahagia gimana?"

"Gak bahagia? Sama gue? Kan sama-sama mencintai."

Arguby mengangguk. "Tapi, jika lo terus bersama dia, hidup dia bakalan sengsara, dan dia nggak pernah dapat pengakuan."

"Wah, semacam perbedaan kasta?" tebak Attar.

Arguby terdiam.

"Alova?" tanya Attar penasaran.

Arguby mengangguk.

"Kalo lo mencintai dia, buat dia bahagia."

"Walaupun gue harus ninggalin dia?" tanya Arguby.

Attar mengangguk. "Cinta itu nggak selamanya harus memiliki. Karena hati lo tau, siapa pemiliknya."


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro