Bab 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sikap keras kepala Raga membuat Yura terpaksa mau diantar pria setengah waras ini. Dia sendiri sebenarnya tidak mau diantar Raga, takutnya dianggap pamer punya suami kaya. Wanita ini kan hanya guru di sekolah yang bukan menengah atas. Apalagi mobil yang digunakn Raga salah satu mobil BMW Z4.

"Mukanya jangan cembrut gitu, nanti cantiknya hilang," ucap Raga bermaksud menggoda. Eh yang digoda, sama sekali tak tergoda, malah melotot.

"Muka-muka aku, jelek juga aku. Masalahnya sama kamu apa?" Yura geram sekali dengan pria yang menyetir di sampingnya.

Entah bagaimana caranya Yura lepas dengan Raga, satu hari saja membuat kepalanya seakan pecah, beruntung mereka pisah kamar, kalau tidak mati gantung diri lho Yura, atau lebih baik Raga saja yang digantung.

Raga sampai menghela napas panjang. Baru mau gombal sedikit. Eh, sih Yura malah membalas dengan kata-kata ajaibnya menusuk hati. Baru kali ini ada wanita yang tidak suka dia rayu, perasaan dulu Yura fine-fine digodain. Kelamaan jadi perawan tuwir terrrkiwir-kiwir.

"Ya Allah, ini istri enggak ada manis-manis sama suami. Asem iya." Pria ini menggelengkan kepalanya tak percaya. Ternyata benar ya, cinta itu butuh perjuangan. Ayo berjuang Raga, jangan kebanyakan belok sana, belok sini.

Yura mendelik sinis. "Suaminya model kamu gini, untuk apa dibaik-baikan, jijik aku harus baik sama kamu." Wanita ini terus mencecar, mau Raga terima atau nggak. Ya itu masalah Raga.

Itu mulut Yura selalu diasah kali, ya. Gila pedas amat tiap bait yang keluar. Sampai-sampai Raga berulang kali membuang napas kasar. Belum tahu aja Yura pesona Raga bisa memikat wanita, bahkan gadis belia pun dia bisa, tapi pria ini masih waras. Baginya Yura pilihan terakhir dalam hidupnya, meski harus nikah tanpa orang tuanya.

Ah, jelas orang tua Raga melarang, melihat status Yura hanya seorang guru, belum lagi kehidupan Yura biasa-biasa saja.

"Pantas kamu nggak nikah-nikah. Galak sih, mana ada laki-laki waras mau dekat sama kamu. Cuma aku yang gila, sampai rela nikahi kamu."

Dengan santainya Raga mengklaim dirinya sendiri gila. Benar-benar bucin parah, segitu membuatnya kesal. Suami tajirnya ini malah merendah hanya demi Yura. Apa sih kelebihan Yura? Duh, mas Raga sama eyke aja kali.

Plak!

Yura menampar pipi Raga, pelan sih, tetapi lumayan sakit juga. Kata-kata Raga  bilang dia galak, kalau bukan karena Raga, dia tidak mungkin patah hati berkepanjangan.

"Astaga, istri enggak ada akhlak. Suaminya malah ditampar, dosa lho." Raga menghentikan mobilnya sejenak, daripada kecelakaan lantaran Yura terus memukulinya.

"Ngapain berhenti?" tanya Yura ketus. Itu muka sama sekali nggak merasa bersalah lho. Dia bahkan tak peduli melihat sih Raga kesakitan, minta maaf kek, apa kek.

"Makanya jangan pukul-pukul, sakit! Aku lagi nyetir, ketabrak aja aku yang disalahin," ricau Raga sedikit sebal. Dia menghempaskan napas panjang, lalu mendelik ke arah sih Yura.

"Iyalah, kamu yang salah. Lah, kamu yang nyetir. Buruan ah jalan, aku udah telat." Yura sudah kesal minta ampun, dia termasuk guru disiplin, datang tepat waktu.

Eh, gara-gara pria yang datang tiba-tiba dalam hidupnya ini, dia terlambat nyaris setengah jam. Satu detik pun, dia tak pernah telat.

"Bawel!" umpat Raga. Pria ini kembali menyetir, dia seakan berhadapan dengan monster.

Kenapa dulu mudah sekali luluhkan hati istrinya ini? Nah, skarang hati Yura udah seperti batu. Keras bingittzz!

Yura tak pernah bermimpi bise semobil lagi dengan Raga, laki-laki yang sudah pernah membuat rasa trauma di hatinya. Siapa bilang Yura nggak pernah buka hatinya? Ya pernah, hanya gatot alias gagal total.
Di otaknya hanya selalu terpikir Raga, Raga, dan Raga. Kena pelet kali, ya.

"Kenapa kamu cerai dengan Alfira?" tiba-tiba pertanyaan itu terlontar. Sebenarnya dari kemarin dia penasaran, cuma gengsi kali. Dan sekarang Yura beranikan diri.

"Ciye, kepo." Tuh kan, malah ngeledek. Memang ya sih Raga, jiwa seriusnya menghilang saat dekat wanita ini.

"Nggak perlu dijawab, enggak penting!" ih sebal banget Yura, dia mengumpulkan keberanian itu kan sulit. Eh, justru dapat ejekan. Dia pun membuang muka kesalnya, tak sudi bertatapan muka dengan Raga.

"Yaelah, ngambek ceritanya. Ingat umur, pakai acara ngambek segala," ujar Raga sambil meraih tangan Yura, tetapi wanita ini langsung menepisnya. Susah amat ya baik dengan mantan yang sudah jadi suami sendiri. Enggak takut dosa ini perempuan.

Woy, ngaca oy! Gimana dia dulu yak? Perempuan udah kayak baju, gonta-ganti. Betah sama Yura doang dia tuh.

"Enggak ada ngambek di sini! Enggak penting juga jawaban kamu." Padahal kepo banget. Yura kenal banget sifat Alfira, dia nggak mungkin mau melepas Raga begitu mudah, alasan apa coba yang membuat mereka cerai?

"Yakin enggak mau tahu, nih. Enggak penasaran?" Raga menggodanya, dia bahkan menowel dagu Yura. Duh-duh yang punya dagu malah menatapnya sadis, udah kayak macan kelaparan, padahal kan udah sarapan ini perempuan.

"Enggak!" sergah Yura. Sambil menyilangkan tangan di dada, dia menghentakan kakinya. Dasar playboy kadal! Yura yakin sih, palingan juga Raga selingkuh, kadal ini kan enggak cukup satu.

"Aku ketahuan jalan sama perempuan, dan Alfira marah, terus minta cerai," cerita Raga to the point. Benar kan dugaan sih Yura, jika dia selingkuh.

"Yah, kalau dasarnya buaya, gitu jadinya. Suka jajan, meski punya istri," sindir Yura terang-terang.

Lupa kali yak udah punya anak, kasian sih Alfira, dan sekarang dia harus bernasib sama dengan Alfira, makan hati. Bisa ngebatin, nih.

"Tenang, aku sama kamu setia kok," ucap Raga sambil mengelus puncak kepala Yura. Dia kan udah cinta mentok dengan Yura, meninggalkan Yura dulu karena sih Alfira hamil, dan benar-benar luar dugaannya. Siapa juga mau kehilangan wanita seperti Yura?

"Enggak mungkin! Dulu aja kamu sering selingkuh, aku aja yang bego, betah." Ih kalau dipikir lagi, kok dia dulu bego amat ya, udah jelas sih Raga playboy, Yura malah fine-fine aja diselingkuhin, pantas Raga bisa menghamilkan Alfira, dia dulu enggak pernah tegas. Jangan sampai Raga hamilkan perempuan lain kedua kalinya, bakalan dia potong pedang perkasa Raga.

Raga tertawa renyah.

"Kamu itu enggak bego, tapi pintar, sayang. Kamu udah mempertahankan laki-laki seperti aku, bahkan mau nungguin aku jadi duda, dan kita nikah deh," ucap Raga, pria ini terlalu percaya diri, enggak tahu kali ya, Yura sudah memasang muka najis gitu. Perlu kantong kresek buat muntah.

"Saking pintarnya, aku mau diselingkuhin gitu. Dengar ya, sekali aja kamu selingkuh dalam pernikahan kita, kamu out dari hidup aku!" ucap Yura tegas. Ya enggak mau lah Yura sampai Raga selingkuh lagi, bisa-bisa dapat madu dia. Ogah! Nikah dengan Raga saja, sudah membuat kepalanya pening.

"Ya ampun, sebucin itu kamu dengan aku. Tenang sayang, aku udah setia kok sama kamu." Anjay. Geli juga dengar kalimatnya sendiri. Dia pun bergidik sambil terkekeh.

"Raga!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro