11.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Maaf ya yang kemarin udah vote, saya malah dengan egoisnya memilih sendiri. Karena sebuah kesibukan dan sebuah perasaan sensi saya jadi menahan cerita ini. Sekarang saya akan melanjutkannya pelan-pelan.

Tidak masalah jika kalian ingin menunggu hingga cerita ini tamat. Tetapi saya tetap berterima kasih dari lubuk hati yang paling terdalam karena masih mau membaca cerita ini.

Benar-benar deh saya tidak tau bagaimana melanjutkannya, karena itu mungkin ini akan menjadi chapie teraneh yang pernah saya buat.

Selamat menikmati.

....

"Tidak! Tidak boleh!" seru Rinto sambil memelukku yang hampir keluar dari kamarnya.

Tentu saja aku terkejut karena kedua lengannya yang tiba-tiba memelukku dari belakang. Di kedua tanganku masih memegang tas barangku yang tidak begitu banyak.

"Sudahlah Rinto, relakan saja [Y/N]," kata Mikuo dengan nada jail.

"Diamlah kau yang tidak mengerti apa-apa!" seru Rinto.

Ini kapan lepasnya, jangan sampai debaran jantung ini di sadari oleh Rinto. Mati aja udah aku!

Tiba-tiba tanganku merasa ringan, ternyata tasku kini di bawa maz Gakupo.

"Aku bantu," katanya sambil tersenyum lalu berjalan menjauh.

"Oh, terima kasih maz," kataku yang masih sedikit kaget. Tapi apakah aku masih harus kaget dengan bagian atas maz Gaku yang polosan?

"Kenapa kau harus pindah [Y/N]?" tanya Rinto di belakangku dengan nada sendu.

Aku menghembuskan nafas. "Bukankah itu sudah di tentukan dari awal?" tanyaku. "Lagi pula aku masih di gedung yang sama."

"Oh! Aku tau!" seru Rinto yang langsung memutar tubuhku. "Ganti saja jadi satu tahun!" serunya ceria.

"Mana mungkin bisa seperti itu?" Sebuah buku membentur kepala Rinto yang langsung membuat yang empunya kepala meringis. "[Y/N] itu masih seorang gadis, perlakukan dia dengan baik," kata maz Kiyo yang menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

Aku merasakan aura kewibawaannya terpancar.

"Aku sudah memperlakukan [Y/N] dengan baik, ya 'kan?" tanya Rinto yang melihatku.

"Ya..." Baik banget sampai membuat jantung ini tak tenang olehnya.

"[Y/N] saja tidak yakin dengan itu," kata Meito yang entah muncul dari mana sambil tertawa.

"[Y/N]!!!" seru Rinto.

Sungguh aku tak bisa melihat wajahnya sekarang. Ingatan mengenai segala perilakunya di awal pindah ke kamar Rinto juga terlalu... ugh! Tidak ingin menyakiti gadis yang di sukai katanya?!

"Oi, Rinto apa yang selama ini kau lakukan sampai [Y/N] memerah gitu?" tanya Mikuo yang terdengar nada marah di sana.

"Aku tidak melakukan apa-apa kok! [Y/N], kau kenpa?!" tanya Rinto panik.

Aku melihatnya kesal dengan bibir bawah yang di majukan. "BAKAAA!" seruku lalu berbalik begitu saja.

"I-Imutnya..."

Aku kesal malah di bilang imut! Rinto baka! Baka!

....

Aku mengetuk pelan pintu dengan beberapa corak ungu.

"Masuklah," kata maz Gaku dari dalam.

Aku membuka perlahan dan melihat hiasan khas jepang di kamar ini. Bahkan sampai ada katananya juga. Kali ini aku mendapat teman kamar maz Gakupo.

"Mengapa di luar? Masuklah ke dalam," ajak maz Gakupo yang sedang duduk di salah satu kasur.

"Baik," kataku sambil mengangguk lalu berjalan masuk.

"Tasmu aku taruh di situ," tangan maz Gakupo menunjuk tasku yang berada di atas kasur satunya. "Kamu bisa memakai meja dan laci yang ada di sana," kata maz Gakupo sambil menunjuk meja dan laci yang ada di dekat kasur itu.

"Oh, baik maz, terima kasih. Un, aku boleh bertanya maz?" tanyaku.

"Tanya saja," katanya sambil tersenyum.

"Mengapa di setiap kamar kalian ada satu kasur kosong?" tanyaku sambil mengingat bahwa di kamar Len dan Rinto terdapat dua kasur di kamarnya.

"Karena kami mempersiapkannya khusus untukmu," kata maz Gakupo dengan sinar-sinar di belakangnya.

"Bohongkan?"

"Hahahaha! Jangan serius gitu dong [Y/N]," kata maz Gakupo dengan senyum manis nan lebarnya itu.

Seharusnya dia tau kalau aku sedang menahan semua jeritanku!!!

"Sebenarnya kami juga tidak tahu kenapa di setiap kamar kami ada dua kasur. Mungkin agar mempermudah kami mengajak teman?" kata maz Gakupo dengan wajah berpikir.

Teman ngapain hayo? Aku menggigit bibirku agar tidak tertawa.

"Kau bisa menatur sendiri barang-barangmu bukan, [Y/N]?" tanya maz Gakupo yang menyadarkanku dari pikiran anehku.

"Oh iya, tentu saja," kataku yang langsung berjalan menuju tasku yang masih ada di atas kasur.

"Kau bisa membiarkan barang-barangmu di atas kasur begitu saja [Y/N]."

"Loh? Lalu aku tidur dimana?" tanyaku sambil melihat maz Gakupo bingung.

Maz Gakupo tersenyum dan menepuk-nepukan kasur yang ia duduki.

Aku dapat merasakan tekanan darahku yang meninggi dan wajah yang memanas.

MAZ GAKU NGGAK MINTA AKU TIDUR SATU KASUR DENGANNYA KAN?!?!?

"Pft!"

Eh?.... Di-dia bercanda?! "MAZ GAKUPOOOOOO!!!!!"

"Wajahmu manis saat malu, [Y/N]," kata maz Gakupo yang tertawa pelan.

"Berhenti menggodaiku!!!" Aku memukulnya dengan bantal yang terdekat.

Seketika tangan maz Gakupo memegang lenganku dan entah mengapa antara jarakku dengan maz Gakupo semakin dekat.

"Tuhkan, manis," kata maz Gakupo dengan senyumannya.

Aku dapat merasakan wajahku kembali memanas. "MAZZ!!!"

....

"Kamu masih marah [Y/N]?" tanya maz Gakupo di kasur seberang.

Aku tidur menghadap tembok. Bisa-bisa aku memikirkann atau lebih buruknya melakukan hal aneh yang ada di pikiranku.

Sabar [Y/N], sabar.

"[Y/N], hadap sini dong," pinta maz Gakupo.

Aku memutarkan tubuhku dengan wajah malas yang dibuat-buat. Kalau dia meminta maaf, aku bisa menjahilinya.

"Kamu masih ingin marah [Y/N]?" tanya maz Gakupo dengan wajah memelas.

Aku tidak akan menjawab, sekali aku menjawab berarti aku kalah. Karena wajahnya imut sekali astaga!!!

"Sebelum kamu marah lagi, aku boleh mendekat tidak?" tanya maz Gakupo dengan senyum manisnya.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Boleh, atau tidak?" tanya maz Gakupo lagi.

"Nggak melakukan hal yang aneh-aneh kan?" tanyaku curiga dengan senyumannya.

"Tidak kok, kau boleh tenang mengenai hal itu," kata maz Gakupo yang masih tersenyum.

"Terserah deh."

Maz Gakupo beranjak dari kasurnya lalu berjalan mendekatiku. Aku terus melihatnya sampai ia mengecup dahiku.

Eh?

DIA MENGECUP DAHIKU?!?!?

"Selamat malam," bisiknya sebelum akhirnya beranjak dan berbaring kembali di kasurnya.

Aku terpaku sejenak sebelum akhirnya aku menutup seluruh wajahku dengan selimut.

KESAAAAAAAAAL!!!!!

.

.

BONUS~~

ASTAGA CAKEP GILA NGE-COSU(COSTUM PLAY) MAZ GAKU!! PERFECT!! TATAPANNYA ITU LOOOOOO!! KLEPEK-KELPEK SAYA~~~

.

.

.

A/N SAMA DI SETIAP CERITA YANG SAYA UP DI HARI YANG SAMA.


Dikarenakan adanya minggu tenang (sebelum UAS) jadinya saya sudah rencana banget mau up kelima cerita ini hehehe. Tapi ternyata bener, minggu tenang buat saya itu hanyalah mitos :")

Jadi saya ngebut nih, akhirnya jadi juga. Walaupun emg ada yang tinggal menambahkan sedikit dan ada yang maksain, berhasikan aneh banget.

Tak perlu di ngertiin, saya udah biasa kok :v

Yang belum tahu, saya beritahukan lagi: Saya tidak bisa up seaktif saat dulu SMA. Tugas yang sama emban kini semakin menumpuk. Bahkan ada Dosen yang nggak berprasaan//plak//.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya~~

SELAMAT HARI SENIN~~~ WKWKWKWK

-(10/12/2018)-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro