BAB 16

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

      Ryu bersandar pada tembok luar sekolah dengan gelisah. Jam sudah menunjukkan pukul 10.25, sebentar lagi jam istirahat berakhir. Sedangkan di pundaknya telah tersampir tas hitam kesayangannya. Dia berniat cabut setelah orang yang ditunggunya datang.

      10.28

       Ck! Ryu kesal bukan main. Rencananya untuk cabut bisa gagal. Takut guru piket mendadak melakukan inspeksi ke luar sekolah.

      "Lama banget, sih!" ketusnya begitu yang ditunggu hadir terengah-engah di depannya.

      "Sorry ... sorry ... ngumpulin data terakhir."

      "Akurat nggak, nih?"

      "85% akurat, sisanya karena beberapa saksi tetap milih bungkam dan nggak mau ikut campur," Ada jeda yang membuat Ryu curiga. "beberapa tokoh utamanya banyak yang udah merenggang nyawa."

      Ryu tersengat penuturan teman beda kelasnya itu. Setelah apa yang menimpa Nando, kemudian berkas bertuliskan Gabriel J. D yang mengingatkannya pada sosok laki-laki yang menyapanya di mading sekolah setiap kali melewati ruang sastra. Rasanya opini temannya itu tidak berlebihan. Dia sependapat.

      "Gua denger kasusnya dipegang tim abang lu?" Ryu mengangguk. "Semoga data yang gua kumpulin ngebantu nemuin pembunuhnya, ya." Anak itu menepuk pundak Ryu.

      Sekali lagi Ryu mengangguk, kemudian mengucapkan terima kasih. Disimpannya map plastik berwarna hijau tersebut ke dalam tas. Dia pergi terburu-buru ke rumah. Ingin segera mengetahui isinya.

      Di rumah, dia mengurung diri di kamar. Makanan ringan dan soft drink telah dia bawa masuk agar tidak perlu lagi keluar.
  
      Tas dia banting di atas meja belajar. Membabi buta menarik retsleting tasnya dan mengeluarkan map plastik berwarna hijau.

      Dia menelanjangi setiap tulisan yang terketik rapi dan berparagraf. Tak ada nama tokoh. Hanya inisial nama. Matanya berkeliaran dan meloncat-loncat saking tidak sabarnya. Hati dan pikiran Ryu yang sedang tidak tenang memperkeruh jalan otaknya untuk bekerja mencari kesamaan, selain dari semua korban terhubung berkat peristiwa itu.

      Kalau sudah begini, dia akan menyerahkan mapnya pada Rayyan agar pihak berwajib saja yang langsung turun tangan. Bagaimanapun, akan lebih mudah menelaah semua kebenaran yang tertulis di sini bila polisi yang melakukannya.

      "Gua dapat datanya dari temen, dia nanyain langsung," kata Ryu saat sepupunya menanyakan asal data-data yang diberitahunya.

      "Otak gua lagi nggak sinkron, lu aja yang cari. Udah gua bantuin, gua minta bayaran 1 dus minuman kayak biasa," Ryu berusaha menahan tawanya. Sepupunya yang satu itu, jauh sebelum bergabung di kepolisian, sudah menjadi anak muda yang sukses. Sejak SMA sudah bergelut dibidang kuliner, hobi yang menghasilkan.

      "Satu keganjilan yang gua dapet, mereka semua terhubung peristiwa besar yang terjadi di sekolah gua satu bulan sebelum gua masuk kalau nggak salah dan itu bawa-bawa cewek yang lagi gua suka, anak kepala yayasan. Khusus dia, biar gua yang tanya-tanya, tapi jangan dimasukin ke laporan lu, 'kan gua yang lakuin, bukan lu."


_OoO_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro