Catatan Savanna: Krisna Dreyfus

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ini sudah genap sebulan Drey nggak menampakkan diri. Aku cuma berani stalkingin medsosnya yang isinya sudah bukan curhatan alay lagi. Drey lebih banyak nge-share berbagai kegiatan bisnisnya. Dia pamer foto makan malam dengan presiden dan beberapa pengusaha lainnya. Dia yang paling muda dan ... ehm, yang paling ganteng, sih. Pak presiden bilang kalau dia adalah bibit unggul yang seharusnya dikloning jadi banyak agar banyak orang Indonesia yang seperti dia. Yah, maksudnya cerdas, sukses, dan tampan.

Kalau menurutku sih mending pengusaha yang mulai bisnis dari nol yang dikloning. Soalnya orang-orang kayak Drey itu kan dapat bisnis dari orangtua. Dia cuma meneruskan sesuatu yang sudah ada. Langkah bisnis juga dia bisa pelajari dari orangtuanya. Susahnya apa coba? kalau dia salah langkah dan mengalami kerugian kan orangtuanya bisa backup.

Ada foto bapaknya, Krisna Syailendra, pemilik Syailendra Group yang nggak mirip sama sekali dengan Drey. Kayaknya Drey lebih mirip ke ibunya yang orang bule daripada bapaknya. Bentar aku tempel dulu foto Drey. Aku banyak nyimpen foto dari medsosnya. Tadi diam-diam aku print foto-foto Drey pas Karin nggak ada. Jangan sampai Karin tahu, yah. Bisa mati aku diejekin sama dia nanti.

Ini foto yang jadi DP medsosnya sekarang.

Kalau kemarin aku sampai nggak ngenalin dia pas ketemu di lift tuh karena mukanya beda banget. Yang dikasih Karin tuh fotonya yang ini:

Kata Karin ini DP dia yang lama. 

Nah, yang waktu itu ketemu aku di lift pas dia pakai brewok seperti ini:

Beda banget, kan? Aku aja bener-bener nggak ngenalin. 

Di pertemuan kedua kami, Drey sudah memangkas brewoknya. Aku ngenalin dia dengan lebih baik. Cuman, karena caranya kasar banget pakai acara culik-culikan segala, jadinya aku males banget.

Menurutku, Drey itu cowok manja. Dia berusaha nutupi kemanjaannya dengan semua kelebihan yang dia punya. Pas di mobil, aku bisa ambil kesimpulan kalau dia tipe cowok ambisius yang selalu dapat apa yang diinginkan. Mungkin kesehariannya memang begitu. 

Mungkin, ini yang bikin aku agak ehm, GR.

Sumpah, kukira dia memang benar-benar suka sama aku. Yah, kayak di film-film atau buku yang sering kubaca selama ini. Kukira aku termasuk cewek Cinderella yang beruntung gitu. CEO ganteng super keren jatuh cinta sama aku dan melakukan apa aja untuk mendapatkanku. Nyatanya, setelah memperbaiki keadaan dan minta maaf, dia menghilang sama sekali. 

Jujur, aku sakit hati. 

Bentar. Aku mau cuci muka dulu. Hidungku sampai mampet nih nangis mulu dari pertama nulis.

GOD! Kenapa aku nempelin fotonya terus?

Aku nggak tahu ini namanya jatuh cinta atau bukan. Yang jelas, aku ngerasa pengin ketemu dia. Aku pengin lihat dia lagi. Aku pengin dengar suaranya atau senyumnya yang nyebelin itu lagi. Rasanya tuh kayak ... duh, kayak apa ya? Nggak tahu pokoknya dadaku rasanya berat banget. 

Terus, tadi di medsos dia tuh lagi gandengan sama cewek gitu. Beberapa hari lalu sih postingnya. Captionnya:

Gala Dinner Syailendra Group.

Sori, aku nggak niat masang fotonya bareng cewek lain di sini. Kuakui kalau aku panas banget lihatnya. Rasanya, kepalaku sampai mau pecah lihat dia meluk pinggang cewek lain. Okelah cewek itu artis yang nyanyi di acara itu, tapi kan nggak usah sampai meluk pinggangnya dan fotoan gitu. Dasar cowok gatel! Eh salah. Ceweknya yang gatel!

Argh, sumpah aku nggak rela kalau Drey jadian sama artis itu. Bajunya aja bitchy banget. Nggak banget lah pokoknya. Drey tuh kudu dapat cewek mandiri yang bisa ngarahin hidupnya. Drey tuh kudu dapat cewek yang bisa survive ...

Astaga, pengin banget aku bilang kalau Drey tuh butuh aku. Salah. Aku yang butuh Drey.

Tuhan, tolong luruskan otakku. Jangan biarkan aku melenceng begini. Buat apa aku mikirin cowok yang nggak mikirin aku? Buat apa aku nangis untuk cowok yang sekarang lagi ngakak-ngakak sama cewek lain? 

Drey itu seperti mimpi indah yang dikasih lihat untuk menyadarkanku. Aku nggak boleh pongah. Aku nggak cakep-cakep amat. Aku nggak pintar banget juga. Aku cuma cewek biasa yang punya hidup apa adanya. Jadi seharusnya aku berhati-hati dalam mengambil sikap sama orang lain. Jangan sampai jatuh cinta ke orang yang salah lagi. 

Semoga cintaku yang selanjutnya bisa bawa aku ke pelaminan. Amin. Cuma itu yang kuharap. Aku pengin jatuh cinta sama suamiku sendiri terus punya anak dan happy ending.

Ah, udahlah. Aku sudah bisa kuliah sampai ending aja sudah bagus banget. Drey sudah baik banget mau bayarin kuliahku. Sekarang dia juga ngikuti apa kataku dulu untuk pergi jauh dari hidupku. Mungkin sekarang aku cuma halu sendiri karena kege-eran.

Sip. Itu kesimpulannya.

Writing is healing. Habis nulis ini aku akan jadi lebih baik. Aku akan kembali seperti Savanna yang kemarin.

Besok aku mau balik ke rumah untuk beberapa minggu. Aku mau bantuin Tundra aja yang dapat kerjaan di kafe bagus. Yah, lumayan kan dua minggu aku bisa dapat tambahan buat putar modal untuk online shop-ku. Dengan melakukan kegiatan baru, aku juga bisa berusaha melupakan Drey. 

Tarik napas, embuskan. Tarik napas, embuskan. Tenang, Savanna. Ini cuma sementara. Nggak ada orang yang mati karena patah hati, kok.

Semangat baru. Hidup baru. Savanna baru.

***

Bagaimana? Kaget melihat penampakan Drey?

Siap-siap terkaget-kaget untuk part lainnya yah. hihihihi...

Terima kasih banyak sudah membawa Savanna sampai pada rank #75 in chicklit, ya. Saya senang sekali karena usaha menulis konsisten ini mendapatkan penghargaan dan sambutan yang bagus dari teman-teman. Semoga cerita ini bisa jadi cerita pertama yang saya selesaikan di Wattpad. Aamiin...

Salam sayang,

Honey Dee

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro