// 10 //

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hermione Granger mencengkeram kepalanya, nyaris putus asa. Di sekelilingnya, bertebaran koran-koran Daily Prophet edisi beberapa minggu berakhir.

Sudah empat bulan setelah Harry Potter tewas di tangan para Pelahap Maut. Voldemort menguasai Kementerian, Diagon Alley, St Mungo's, Hogsmeade, dan yang paling krusial: Hogwarts.

Pendukung-pendukung Harry dan Dumbledore diburu habis-habisan. Keluarga Weasley dibunuh secara massal. Keluarga Tonks menyusul tak lama setelahnya—hanya tersisa Andromeda dan Nymphadora dan Remus dan bayi mereka Teddy yang nyawanya tanpa mengedipkan mata diambil oleh pengikut Voldemort. Anggota-anggota Order entah sudah tewas semua atau bersembunyi dengan sangat baik.

Sisa-sisa Order yang tertinggal, semuanya ada di Hogwarts, di bawah mata Voldemort. Sang penguasa kegelapan serius ketika mengatakan bahwa dia menghormati guru-guru Hogwarts—Voldemort sama sekali tidak menyentuh Minerva McGonagall, atau Filius Flitwick dan Poppy Pomfrey, yang sepertinya hanya bertahan hanya untuk anak-anak mereka, masa depan dunia sihir, yang akan segera dipaksa kembali ke kastil Hogwarts untuk melanjutkan 'pendidikan' mereka nanti.

Hermione entah sial atau beruntung, masih bertahan hidup setelah nyaris semua yang dikenalnya sudah pergi. McGonagall dan peri-peri rumah berhasil menyeludupkannya masuk Hogwarts, kastil yang pada zaman dahulu kala pernah menjadi rumahnya, tapi sekarang hanyalah sebuah penjara.

Hermione tinggal di perpustakaan Hogwarts selama berbulan-bulan. Dia punya selimut dan bantal tipis di pojokan gelap terlupakan, yang dikelilinginya dengan tumpukan buku. Hermione merasa hampir gila, dia tidak melakukan apa-apa kecuali membaca dan membaca. Para peri rumah membawakannya makanan, tapi mereka tidak bisa tinggal terlalu lama untuk berbincang dengan Hermione.

Gadis itu sudah mencari cara—apa saja—yang mungkin dapat mengalahkan Voldemort. Dia menggali dan menggali di antara buku di rak-rak terlarang, Hermione bahkan tidak peduli lagi jika dia harus menjalani ritual-rital gelap. Apa pun asalkan Voldemort raib dari dunia sihir. Apa pun.

Daily Prophet muncul di tumpukan yang sedang dipelajarinya setiap hari secara konstan. McGonagall sekali-kali muncul, dengan muram menginformasikannya semua yang sebenarnya terjadi. Bagaimanapun, Daily Prophet ada di bawah jempol Voldemort. Koran itu kini mendukung penuh kegiatan Voldemort, terus memberitahukan pembunuhan terlalu untuk menyebarkan teror untuk siapa saja yang berpikir untuk mencoba berhadapan dengan Voldemort.

Semua penerbitan disegel. Semua penulis diberhentikan. Semua mesin percetakan dihancurkan atau dibawa ke markas kegelapan. 

Hermione tetap membaca Daily Prophet, tentu saja. Tanpa henti setiap harinya, bagaimana pun mualnya perutnya terasa ketika nama-nama yang dikenalnya diumumkan telah mati. Seamus Finnigan, dicekik Nagini itu sendiri. Luna Lovegood, cruciatus sampai gadis itu menyerah. Lavender Brown, dicabik-cabik Fenrir Greyback. Cho Chang, di-Imperius untuk membunuh setengah teman sekelasnya sampai dia memaksakan diri sadar dan membunuh dirinya sendiri.

Berita-berita yang dibawakan McGonagall terkadang lumayan menenangkan. Dean Thomas berhasil membawa adik-adiknya ke dalam persembunyian. Fleur Delacour, setelah kematian suaminya, kabur ke negara asalnya dan menjanjikan membawa pertolongan. Keluarga Fortescue pemilik toko es krim menawarkan perlindungan pada mereka yang berada di sisi seberang Voldemort.

Namun, lebih dari setengah dunia sihir Inggris mengerut di bawah cengkeraman Voldemort dan teror Daily Prophet. Buku-buku disita, toko-toko literasi dibakar ... semua orang dipaksa bersembunyi di rumah mereka dan tetap pergi bekerja ke Kementerian setiap hari, dan bulan September nanti mengirimkan anak-anak mereka ke Hogwarts ... agar mereka bisa jadi generasi Pelahap Maut selanjutnya.

Dan bagi Hermione, tanpa literasi, semuanya sudah berakhir.

10 Februari 2021
Dunia di mana menulis cerita adalah kegiatan ilegal

Rye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro