ミ T h r e e ミ

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Oh- apa ada yg bosan dengan awalan chapter yg Runa buat?
Runa maksa vote? Gak, Runa cuman iseng sih e-he-he~..
<( ̄︶ ̄)>

Karna. . .

Vote dan membaca komentar dari kalian adalah moodbaster bagi Runa selama ini~! (Drama? Iyah)

Tenang~ Runa gabakal ulangin lagi sekarang, walaupun harus menerima manisnya Caramel Latte buatan ka Calla atau Teh manis tanpa gula buatan Mak Rose paling tercinta :D

Note :

ini adalah Chapter terakhir, siapkah kalian untuk membacanya?
Ya♥ Tidak♡

Jika 'Ya' maka tetap ikutilah cerita ini, jika 'tidak' kmu bisa langsung lompat ke
✧After Word✧

Loading . . .

Happy Reading❤

ーーーーーーーーーーー

"Jadilah seperti kembang api, walaupun singkat namun memberi arti tersendiri"
- Unknow

Menghidangkan teh hangat saat musim dingin ini memang pilihan terbaik, apalagi jika mie hangat sudah tak ditanyakan lagi.

Sudah beberapa Minggu ku habiskan 'Di rumah saja' walaupun terkadang aku pergi keluar, tapi keluar pun aku tak bertemu siapa-siapa.

Andaikan aku meminta maaf padanya aku pasti akan tidur lebih cepat.

Aku kembali meneguk teh hangat itu kala merasakan dingin memasuki tubuhku.

Apa yg harus kulakukan sekarang? Apa semua yg kulakukan adalah pilihan baik?. Ya.. Entah kenapa itu terus muncul dibenakku, seperti hendak memberi tau bahwa aku telah salah, lagi-lagi, Ya, kuakui itu.

Aku menatap bayangan diri ku di cangkir teh itu, apa aku ini buruk?.

Tiba-tiba saja pikiranku menunjuk tentang bola kuning itu, aku jadi teringat.

Aku merogoh saku ku mencari bola kecil itu setelah kejadian saat hujan kala itu, aku terus membawa bola itu disaku ku berharap bahwa aku tak membuat kesalahan lagi.

Tapi aku ini manusia aku juga akan melakukan kesalahan ya aku tau itu, asalkan bukan kesalahan besar sebesar saat itu.

'Apa Amane membenciku? Atau perasaanku selama 3 tahun ini sia-sia?' percuma sih aku memikirkannya kalau aku sendiri juga tak akan tau jawabannya, hanya waktu yg bisa menjawabnya.

Aku menatap bola itu seperti sedang mengingat sesuatu "ah- iya.. jangan-jangan.."

"Apakah bola ini penyebab dari semua yg lalui ini?"

Walaupun begitu aku juga kurang percaya yah.. antara percaya dan tidak haha.

Aku kembali memasukan bola itu ke saku ku hendak meminum tehku lagi.

Baru saja tanganku menyentuh cangkir teh, sebuah kertas kecil terlempar tepat dikepala ku 'kurang ajar', kertas itu sama seperti dikelas waktu itu.

___
| To : (name)

Maukah bertaruh padaku?
Jika kembang api muncul tahun ini maka Kita akhiri hubungan ini. Tapi jika kembang api tak muncul maka kita tetap teman, tak lebih. Kuharap kau menerimanya.

Temui aku malam nanti di samping market biasa.

Y.A |
──

Aku sempat terbelalak tak percaya tapi perlahan aku mengerti.

Tapi rasanya mustahil agar kembang api muncul tahun ini apalagi mengakhiri pertemanan ini, rasanya sia-sia perasaanku ini, Tapi rasanya yg terakhir sama saja.

Aku menoleh dari mana kertas ini bisa masuk kedalam?, Setelah kutemukan ternyata dari jendela yg terbuka- tunggu- lagi-lagi aku melihat surai yg tampak familiar bagi ku.

Sama seperti yg kulakukan saat dibawah hujan itu, aku hendak menghampirinya sama seperti saat aku menghampirinya dikelas terakhir kali.

Sempat aku menimang-nimang ingin menghampirinya atau tidak namun akhirnya aku menghampirinya. Baru saja satu langkah keluar ia sudah melangkah pergi benar-benar tidak peka.

Aku sedikit berlari untuk menghampirinya karna ia sudah sedikit jauh dari kediamanku, ternyata langkah laki-laki lumayan cepat ya.

"C-chotto matte Amane!"

Pemuda yg ku panggil pun melambatkan langkahnya, aku pun begitu ketika sudah dekat dengannya walaupun aku berjalan dibelakangnya.

"Apa yg ingin kau lakukan?"

Entah darimana kata-kata itu keluar dari mulutku.

Amane menghentikan langkahnya membuatku ikut menghentikan langkahku.

"K-kau tak marah? M-ma-maksudku.. eum.... K-kau tak marah padaku?"

Ia akhirnya membuka suaranya dan menoleh kepadaku walau hanya sebentar ia membuang muka sambil menggaruk tengkuknya yg entah gatal mungkin?, Hal itu membuatku senang dan lega tapi juga bingung sejak kapan aku marah padanya?.

"Marah? Untuk apa aku marah padamu?"

Ia tampak terke- ah tidak sedikit terkejut aku dapat melihatnya dari kedua iris matanya.

"Oh, syu-syukurlah.. ku-kukira kau marah padaku karna.."

Amane menggantung ucapannya walaupun aku sudah tau jawabannya, kejadian dibawah hujan yg membuatku demam saat itu aku yakin.

Tak hanya itu, selama seperkian detik Amane membuka kedua tangannya dan melebarkannya aku seperti pernah melihatnya tapi dimana ya?.

"G-gomen (name).."

"Gomen gomen untuk.. yg ini..."

Aku sedikit tersontak, karna perlahan Amane memajukan dirinya dan memelukku seperti ini, 'hangat..' itulah yg kurasakan.

Seperkian detik tak lama wajahku memerah bagaikan kepiting, tiba-tiba saja aku teringat kejadian dimana saat ia melihat-lihat gambar ku, dan itu berhasil membuat wajahku semerah ini.

Tak lama Amane melepaskan pelukan itu, dan itu membuatku membuang muka karna tau mukaku ini memerah.

"G-gomen.. S-saat itu aku keterlaluan"

"Dan.. eum... G-gomen lagi, a-aku ada urusan j-jadi aku pergi dulu.. J-jangan lupa nanti malam"

Tanpa kusadari itu kata-kata terakhirnya sebelum ia melangkah menjauh dari ku.

❤🎆

Aku tau jika Otou-san melihat atau mendengarnya pasti aku akan kena marah 23 jam nonstop.

Aku tauu~ tapi bolehkah aku bilang bahwa aku nyaman di pelukannya tadi?.

Ya, aku sudah tidak waras, meninggalkan rumah tanpa ditutup bahkan tak curiga ada yg masuk atau tidak, aku menutupi wajahku dengan bantal entah apa manfaatnya.

Tapi lumayan aku merasa senang dan juga nyaman.

Aku memeluk bantal putih polos ku lalu menenggelamkan kepala ku membayangkan jika aku membalas pelukannya, waa- aku tak menyangka pdhl dulu aku dan Amane sering berpelukkan tapi yg ini rasanya bedaa~.

Tapi,

Kenapa sekarang aku merasa ingin keluar ya?

Tapi yasudalah mungkin mencari angin juga bisa menjadi alasan xixi.

❤🎆

Aku memilih jalan ke mini market untuk membeli sesuatu, niatnya aku ingin membuat sup krim. Walaupun ini belum malam.

Saat aku sampai di kasir, entah perhatianku teralihkan oleh..

...Nenek disana.

Mirip sangat mirip dengan nenek saat itu.

Aku jadi ingin bertanya banyak hal atau lebih banyak tentang bola kuning itu, aku juga tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, sungguh.

Tapi nenek itu sudah berjalan menjauh keluar market aku ingin mengejarnya, tapi aku harus mengantri di kasir dua orang lagi.

Kakiku gemetar gemes dengan keadaan ini aku melihat sekelilingnya siapa tau ada kasir yg koso- ah- itu dia.

Aku secepat mungkin lar- tidak aku berjalan cepat menuju kasir itu tak mau kehilangan bayangan nenek itu. Sepertinya kasir ini tau keadaan ku sehingga ia sangat cepat menyelesaikannya ah berjasa sekali kau.

Setelah itu barulah aku sedikit berlari mencari keberadaan nenek itu lagi-lagi aku mencari dengan melihat sekeliling kiri kanan, ternyata nenek itu sama cepatnya dengan Amane.

Ketemu! Zebra cross! Inilah yg membuatku semakin gemas karna zebra cross sangat ramai bahkan aku hampir tak melihatnya.

Baru saja aku ingin berlari menghampirinya tiba-tiba orang-orang sudah berjalan melewati zebra cross untuk menyebrang, bahkan nenek itu juga!.

Baru saja aku ingin menyusul tapi lampu tanda menyebrang berubah menjadi merah lagi bersamaan dengan bis yg lewat, dan..

.. Nenek itu menghilang. . .

"Uso.."

"OI OI AWAS! Kau ingin bunuh diri ha!?"

"A-ah i-iya maaf!"

Aku tak sadar kalau aku melamun di tengah jalan sehingga aku hampir ditabrak jika saja tidak ada yg berteriak padaku.

Aku segera mundur menjauh dari zebra cross aku menghela nafas berat lagi-lagi bola kuning itu tidak selalu membawa keberuntungan.

❤🎆

Malam akhirnya tiba, aku masih ingat dengan taruhan itu entah apapun itu aku akan terima, toh tak ada bedanya memang.

Hari ini tepat hari terakhir ditahun ini juga dan besok tahun sudah berganti, dengan kata lain kembang api yg kulihat adalah kembang api akhir tahun.

Aku juga sudah selesai dengan shading yg ku kerjakan untuk mengisi waktu luang tadi, dan kini ada 3 buku gambar yg penuh dengan gambar ku, aku berniat akan menyimpannya dikotak yg sudah disiapkan oka-san sebelum hidupnya berakhir.

Aku merasa sedih mengingat kematian Oka-san namun inilah yg harus kulakukan tetap berjalan walau semuanya berat ah iya.. Jangan lupakan aku juga harus menepati janjiku.

Sebenarnya aku ingin menulis sesuatu dibuku diary ku untuk akhir tahun namun sepertinya Amane sudah menunggu lama disana.

Yah.. ayahku juga sudah memberi izin kalau pulang malam wajar sih karna market nya dekat dengan rumah juga sudah akhir tahun.

Untunglah Amane mengajakku kalau tidak mungkin aku akan mati kebosanan 'dirumah saja'.

Aku segera mengambil tas kecilku dan tak lupa dengan bola kuning itu siapa tau aku ketemu nenek itu lagi.

. . ~ ~ ° ° ✧

Diperjalanan aku sempat melihat langit aku tidak tau pilihan apa yg mau kuambil dari taruhan itu, jadi apapun itu akan ku terima keduanya pun sama saja.

Saat sampai di samping market itu aku melihat-lihat sekitar mencari batang hidung seorang Amane, namun hasilnya nihil.

Entah keberuntungan dari mana aku melihat si nenek itu tentulah aku ingin menghampirinya tapi-

"Yo (name)"

Tapi ada seseorang yg tiba-tiba memanggilku pada akhirnya aku menoleh ke orang yg memanggilku dan itu adalah..

"A-amane!!"

"Gomen kau sudah menunggu lama ya?"

"Tidak, aku baru saja sampai" memang benarnya begitu kan?.

"Baiklah jadi.. Apa pilihanmu dari taruhan kita?"

.

"E-eum.. Aku tidak tau.."

"Begitu ya, kalau aku memilih yg pertama, itu lebih baik daripada bersama tikus dan kaos kaki saat itu" ujar Amane dengan gampangnya ditambah dengan kekehannya.

Degh

"A-ah.. Be-begitu ya? A-ahaha.." jadi begitu... Amane sudah tak ingin berteman denganku lagi?..

Aku menundukkan kepalaku, sebenarnya aku kecewa.. Tapi mungkin ini jalan yg dipilih Amane....

"Oia, (name) m-maaf saat itu aku keterlaluan karna.."

Lagi-lagi aku menoleh kearahnya, aku jadi penasaran dan berusaha mengatur wajahku agar tak terlihat seperti anak cengeng.

"A-aku bermimpi bahwa.. a-aku membunuhmu, jadi aku berusaha membuatmu membenciku namun-"

Suara letupan kembang api memotong ucapan Amane, aku langsung menoleh dan ya! Kembang api yg muncul setelah 3 tahun lamanya tak muncul! Aku tak percaya.

Seketika itu juga perasaan kecewa dan penasaran ku menghilang digantikan oleh perasaan kagum tak percaya aku senang melihatnya! Meski aku juga sedih karna harus meninggalkan tahun ini dan berlanjut berjalan ditahun yg baru ini.

.

.

.

Tunggu-















Apa tadi?












Kagum senang dan sedih?

Tiga?

Bola kuning itu!

Bola ketiga!

Number three something itu....

Jika aku tak keliru.. Apa benar?

.
.
.

Tapi tentang taruhan sudah pasti kan?

"Hee? Ternyata pilihanku benar

Bintang bulan dan kembang api memang cocok kan?"

Aku diam tak bergeming aku tak tau ingin menjawab apa untuk pemuda itu.

"Baiklah.. Mari kita akhiri hubungan ini"

Jleb

Ya? Jangan lupakan taruhan itu.

"Oia aku ingin bertanya padamu (name)"

"Apa?" Entah tiba-tiba aku membuka suaraku.

"Menurutmu aku menyukai siapa?"

.

.

.

.

"Y-Yashiro?"

Tiba-tiba saja Amane tersenyum miring aku tak tau ada apa dengannya.

"Salah!" Ucapnya sambil mengacungkan jarinya berbentuk dua.

"Eh!?"

"Sebenarnya yg kusukai bukan Nene tapi.. K- ci-ciri-cirinya saja ya?"

Lagi-lagi aku hanya mengangguk tak membuka suara lagi.

"Dia itu orang yg agak ceroboh, beraroma coklat lembut, hobinya menggambar, dulu dia cengeng sekarang dia sudah menjadi kuat, dia itu bersurai (h/c), dan.. Dia.. Dia tepat berada di depanku"

A-ak-aaaa- aku tak mengiranya, aku merasakan wajahku yg hangat ada apa denganku sih?.

Sang empu hanya tertawa kecil dengan semburat merah di pipinya.

"A-ano.."

"Baiklah mari kita akhiri hubungan ini" ucapnya sambil tetap menatap langit yg dipenuhi oleh kembang api itu.

Aku tak menjawab apapun entah apa itu aku terima, menjawab perasaanku saja itu sudah lebih dari cukup.

"Dan mari kita mulai hubungan yg baru" sambungnya.

"E-eh?"

Amane menatapku dengan senyuman yg canggung eum.. bagaimana ya? Tapi kemudian senyumannya menghilang dan tiba-tiba saja wajahnya memerah layaknya kepiting.

"A-ano- (na-name).. S-sebenarnya... A-aku.. aku.. aku-"

Aku paham

Paham sekali.

Bola kuning itu tidak selalu membawa keberuntungan, ia tetap mengikuti jalannya, tetap mengikuti apa yg bisa ia lakukan.

'Number three something' itu yg membuatnya tak selalu membawa keberuntungan, sesuai namanya, ia membawa tiga sesuatu. Dan aku sudah tau jawabannya.

Number Three Something itu adalah. . . Perasaan kembang api saat meledak menghias langit malam.

Aku senang, bisa melihat kembang api yg sudah 3 tahun terakhir tak kulihat.

Aku sedikit sedih harus meninggalkan tahun ini dan berlanjut ke tahun selanjutnya.

Tapi aku nyaman, nyaman dan kagum melihat betapa indahnya kembang api saat meledak menghias langit malam kala itu.

Dan ini adalah awal dari hubunganku dan Amane yg..

... Baru.

Loading . . .

1980 word.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro