Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selamat membaca

...

"Tidak, tidak. Kak Vio benar-benar mempercayakan semuanya kepadaku?"

Seorang gadis dengan rambut sebahu itu mengangguk. Ia meletakkan gelas berisi teh hangat kembali ke meja setelah meneguknya sedikit.

"Kenapa tidak? Dari semua anggota klub musik yang ada, hanya kau yang bisa kuandalkan, El," ucap Vio sembari tersenyum ringan.

Elio terdiam sejenak, berkelahi dengan pikirannya sendiri. Vio melanjutkan acara makan bakso yang tertunda. Sesekali, ia terkekeh.

"Tapi... kenapa aku, kak?"

Vio tak menjawab. Ia membiarkan Elio terus berkutat dengan otaknya. Jika tidak, bakso yang sudah ia beli tidak akan habis.

"Aku bahkan tidak bisa bermain alat musik dengan baik...," tambah Elio dengan suara pelan.

Vio yang sudah selesai kemudian mengelap mulutnya dengan tisu secara elegan, kemudian menaruhnya ke dalam mangkok yang sudah tak tersisa apa-apa, bahkan kuah baksonya sekalipun.

"Kau bisa, El. Kau hanya tidak percaya diri. Coba katakan, alat musik mana yang belum pernah kau sentuh di ruang klub musik? Tidak ada kan? Kau bisa memainkan semuanya--"

"Kecapi yang biasa kak Vio mainkan."

Vio mulai jengkel. Inilah yang tidak ia suka dari Elio. Laki-laki dengan tinggi standar mahasiswa rata-rata dengan tubuh yang lumayan berisi itu terus menyangkal kelebihan yang ia miliki.

"Ya, ya, kecuali yang satu itu. Tapi kau bisa, El. Percaya sama kakak. Kau bisa memimpin klub musik dengan baik, bahkan melebihi kakak."

Vio kemudian mengisyaratkan Elio untuk duduk berhadapan dengannya, kemudian menyodorkannya tumpukan sticky note yang sudah lumayan tua dan dalam keadaan sudah dijepit binder clip.

"Walau tak seberapa, hanya ini yang bisa kakak wariskan sebagai mantan ketua klub musik. Kau perlu tahu, dua tahun kakak memimpin klub musik, dua tahun itu pula klub ini tidak mengalami kemajuan. Kita hanya berdiri diam, tak berani berkembang. Ditambah dengan tekanan dari pihak kampus, klub musik sudah berada di zona merah, El."

Elio mendengar sambil membaca satu persatu tulisan di sticky note itu. Perlembarnya hanya terdapat satu kalimat yang bahkan tak bisa dibilang menyerupai kalimat. Jika ada istilah yang mendekati, mungkin sebuah wishlist bisa digunakan.

"Jika kakak tidak ngotot kepada ketua BEM untuk mempertahankan klub musik, mungkin sejak satu tahun lalu kita tidak bisa bermain musik lagi. Sekarang, aku menyerahkan semuanya kepadamu. Alasannya karena kakak sebentar lagi harus fokus mengurus skripsi, jadi kakak tidak bisa lagi bermain di klub musik. Lagipula, memang seharusnya mahasiswa semester akhir fokus pada kelulusan, bukan?"

Vio memandangi sekeliling kantin kampus itu, kemudian melihat Elio yang tampaknya masih berusaha mencerna apa yang terjadi.

Vio kembali tersenyum untuk sesaat.

"Semoga sukses, El. Kalau butuh bantuan, bilang sama kakak. Kakak akan berusaha membantu jika bisa. Sekarang kau resmi menjadi ketua klub musik, El. Sampai jumpa."

Elio memandangi kepergian Vio dengan tatapan bingung. Ia kemudian melihat kembali kumpulan sticky note itu, yang berujung membuatnya melamun.

"Dengan Elio, kan?"

Elio yang terkejut tak sengaja melempar warisan dari Vio, membuatnya terjatuh ke genangan air kecil akibat hujan.

Dengan cepat ia segera mengambil benda itu dan mengibas-kibaskan tangannya, berharap catatan itu tidak rusak.

"Ada apa mencariku?" jawab Elio tanpa melepas tatapannya dari sticky note itu dengan nada yang sedikit jutek.

Seketika sebuah amplop putih yang mencantumkan nama lengkap Elio disodorkan kepadanya. Elio menatap surat itu, kemudian melihat siapa yang memberikannya.

"Dari wakil rektor non-akademik. Aku harap kau bisa mempertimbangkannya."

Orang itu kemudian pergi tanpa menunggu balasan dari Elio. Tanpa basa-basi, laki-laki itu membuka amplop tersebut, mendapati sebuah surat pemberitahuan kepada klub musik bahwa jika tahun ini mereka tidak membuat sesuatu yang sedikit mengangkat nama dari klub musik kampus, maka klub tersebut akan ditutup secara permanen dikarenakan alokasi dana kampus yang diberikan harus efektif dan berguna.

"Cobaan apa ini? Perasaan aku baru menginjak semester tiga, tapi kenapa beban hidup di kampus rasanya melonjak drastis?" Batin Elio meronta.

...

First Note Between Us - Prolog

Published on 1 July 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro