Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suara deru motor sport menggema di telinga, kelima motor itu memasuki area parkir SMA Pancasila. Lima lelaki berwajah tampan turun dari motor masing-masing, membuka helm full face-nya, mereka merapikan rambut mereka yang terlihat berantakan. Berjalan layaknya di atas panggung caltwalk, dengan tas di pundak mereka masing masing, riuh sambutan meramaikan suasana sekolahan.

Five AR makin Gans woy.

Bibitnya nggak gagal anjir.

Sumpah gantengnya hyper dong.

Sorak-sorai decak kagum dari para siswi SMA pancasila terdengar. Begitulah kiranya suasana di pagi hari SMA pancasila saat satu kelompok lelaki yang dikenal dengan nama Five AR, yang beranggotakan
Arvan, Ardan, Arion, Arlan, dan Arsen lewat di depan mereka. Wajah-wajah tampan yang menjadi pusat perhatian satu sekolah. Terkenal dengan julukan Five AR karena semua nama mereka berawalan dari kata 'AR'.

Tatapan tajam dengan mata elang tak pernah luntur dari mata Five AR, menanggapi kehebohan teman-teman sekolahnya. Mereka tak pernah menyukai hal-hal yang berbau famous, tapi tak bisa menghindari hal itu, selain memiliki anugrah dengan wajah enak dipandang, Five AR juga terkenal dengan prestasi akademiknya. Kelima lelaki itu memiliki jabatan tinggi di SMA Pancasila. Arvan si ketua OSIS yang terkenal kejam dan suka menghukum. Ardan si ketua MPK yang selalu tampil tegas. Arion si kapten basket yang selalu terlihat cool setiap kali berada di lapangan basket dengan seragam olahraganya.
Arlan si kapten futsal yang tak kalah cool dari Arion, dan yang terakhir ada Arsen si juara olimpiade matematika dan sains yang sangat kutu buku. Ke mana-mana kerjaannya membawa buku. Tapi si kutu buku ini bukan si culun dengan kaca mata tebalnya, tentu bukan. Arsen itu pembawaannya lebih terlihat smart. Dan terlihat manly jika sedang berpikir.

Wajah tampan. Jabatan yang pas disetiap bidangnya. Namun, sayang. Kelima remaja itu tak pernah mau dipusingkan dengan urusan cinta.
Bagi mereka, cinta dan wanita adalah hal yang paling merepotkan. Pernah mengikrarkan diri untuk tidak jatuh cinta namun termakan omongan sendiri saat satu waktu sekolah mereka kehadiran siswi baru.

Apakah remaja yang sedang puber-pubernya dan pernah menolak direpotkan oleh cinta dan wanita masih sanggup menolak pesona kelima siswi baru itu. Disti, Razel, Sandra, Lisi dan Arin.

Cinta tidak pernah tahu, kapan ia datang dan berlabuh.

________________________

Sabtu, 13 Febuari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro