53. Membuat Bab Awal yang Menarik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tanggal: 16 September 2023

Materi: Membuat Bab Awal yang Menarik

Pemateri:
mrgeniusauthor
Eristan1

•••

MaTras (Pemateri & Asisten)

Pemateri & asisten akan diacak. Pemateri bertugas menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan member, dibantu oleh asisten. Topik materi bisa dipilih dari list topik atau bikin sendiri. Materi yang disampaikan adalah materi yang dibuat oleh pemateri & asisten.

•••

MEMBUAT BAB AWAL YANG MENARIK

Menulis dan membaca adalah proses yang menyenangkan. Namun, untuk memulai kedua hal tersebut, perlu jalan pembuka yang baik. Sama halnya dengan menjalin komunikasi dengan orang baru, perlu first impression dan sambutan yang baik.

Pun dengan menulis cerita. Sebagian penulis mungkin akan merasa bingung bahkan stuck saat akan menulis ceritanya untuk bagian yang pertama kali. Kalimat, "Apa pembaca akan suka cerita saya?" tentu akan membebani. Karena tentu lah, penulis ingin karyanya dibaca orang.

Maka pada pertemuan ini, kami akan membahas bagaimana cara dan apa saja hal yang sebaiknya dihindari dalam membuat bab awal yang menarik.

A. Cara Membuat Bab Awal yang Menarik

Opening adalah pembuka cerita yang pembuatannya harus diperhatikan. Mengapa? Karena opening itu kesan pertama yang akan membantu pembaca memutuskan apakah harus lanjut membaca cerita atau tidak.

Faktanya membuat opening tidak mudah dan ada rumusnya. Sampai ada penulis yang tidak akan menulis jika belum mendapatkan hook atau kalimat pembuka yang menarik.

Saya beri contoh:

'Mama bilang, makan bangkai tikus itu menyehatkan.' ("Bagian I", Kelanar karya Yandi Asd.)

'Aku tidak takut mati, tapi aku takut dilupakan. Satu-satunya cara agar tidak dilupakan adalah mati saat berada di puncak popularitas.' ("Prolog", Mayfly karya Gusti Riant.)

'Playboy adalah spesies yang harus aku tumpas sampai ke bibitnya.' ("Bab I - Misi Baru Babudar", Twin Crocodile karya Cucu Cahyati.)

Bagaimana perasaan teman-teman ketika membaca kalimat-kalimat itu?

Kalimat pertama di bab pertama dalam sebuah novel merupakan bagian penting yang akan mendapat sorotan lebih banyak dari pembaca. Ibaratnya seperti ini, bayangkan posisimu ketika membaca buku baru. Jika mendapat kalimat pertama yang "enak", otomatis semangat melanjutkan bacaan. Pun sebaliknya.

Mungkin, bagi sebagian penulis atau pembaca, opening tidak terlalu diperhatikan, bukan prioritas. Yang terpenting adalah lancar menulis, tidak perlu repot-repot atau pusing memikirkan rumus dan aturan lain. Namun, menulis itu seni. Menulis perlu teknik-teknik yang tentunya lumayan memerlukan waktu untuk dipelajari baik-baik.

Opening faktanya tidak bisa disepelekan.

Opening novel biasanya dihitung dari tiga bab pertama. Nah, bab satu selalu mendapat perhatian paling besar. Terutama beberapa paragraf awal, kira-kira paragraf satu sampai tiga. Jadi, beberapa hal berikut harus diperhatikan untuk membuat opening novelmu lebih berkesan.

1. Dibuka dengan konflik

Pembaca biasanya suka yang berbau menegangkan atau masalah. Teknik pertama, teman-teman bisa menyuguhkan-singgung saja sedikit-konflik utama yang tengah dihadapi tokoh utama.

Contoh saya temukan dalam novel The Trials of Apollo ; The Hidden Oracle karangan Rick Riordan:

Namaku Apollo. Aku dulunya Dewa.

Sepanjang 4.612 tahun usiaku, sudah banyak yang kuperbuat. Aku menebarkan wabah kepada orang-orang Yunani yang mengepung Troya. Aku menganugerahi Babe Ruth tiga home run dalam pertandingan keempat World Series bisbol tahun 1926. Aku mengazab Britney Spears dalam ajang MTV Video Music Awards tahun 2007.

Tapi, seumur hidupku yang kekal, belum pernah aku mendarat di tong sampah.

Teknik pembuka yang ampuh sehingga muncul pertanyaan dan rasa penasaran di benak pembaca. Mengapa Apollo, yang seorang Dewa, mendarat di tong sampah? Bagaimana bisa terjadi? Apa yang telah terjadi? Apa penyebabnya? Dan, beberapa pertanyaan lain.

Munculnya pertanyaan di benak pembaca adalah salah satu keberhasilan terbesar sebuah opening dengan konflik.

2. Kenalkan tokohmu

Pembaca perlu tahu siapa lakon yang bercerita sehingga penting sekali mengenalkan tokoh utamamu di opening. Minimal kenalkan nama lengkap tokoh utamamu.

Contoh dalam novel Twin Crocodile (karena yang terpikir di kepala saya saat membuat materi ini adalah novel sendiri, mohon dimaklumi) karangan saya sendiri:

Playboy adalah spesies yang harus aku tumpas sampai ke bibitnya. Mereka terlalu meresahkan dengan menindas cewek-cewek berhati tulus demi kepuasan semata. Maka dari itu, aku mendirikan Babudar (basmi buaya darat). Organisasi rahasia ini sudah setahun berdiri, lebih tepatnya ketika aku jadi junior di Garuda High School dan kena modus hampir tiap hari. Pelakunya, ya, sejenis buaya, cecak, kadal, komodo, dengan mulut manis dan menyebalkan mereka. Untungnya hatiku dikutuk jadi batu setelah first love-ku diembat sahabat sendiri. Yeah, bisa dibilang aku sadgirl yang sudah berevolusi menjadi strong woman-tidak pakai Do Bong Soon; itu, lho salah satu drama Korea yang beberapa tahun lalu booming.

O, ya. Aku Alsava Iswara dengan panggilan akrab Wawa. Kesibukanku selain belajar, sudah pasti melayani para korban buaya darat yang bertambah banyak tiap harinya. Seperti saat ini. Aku tengah mendengarkan curahan hati cewek berwajah bulat dan berpipi cabi yang hidungnya tidak berhenti mengeluarkan ingus. Dia salah satu korban PHP buaya darat bernama Sea.

3. Mulai dengan mendeskripsikan latar ceritamu

Teknik ketiga ini juga bisa dicoba. Hanya saja jangan ambil sembarang latar meskipun itu memang ada di ceritamu. Pakai setting yang berkesan atau penting untuk cerita dan olah sebaik mungkin.

Hanya saja, hati-hati, jangan sampai menyuguhkan latar tempat atau waktu yang terasa klise. Contohnya matahari bersinar, ayam berkokok, hujan, dan sebagainya, yang terkesan biasa saja.

Contoh dalam novel The Sea of Monster karangan Rick Riordan:

Mimpi burukku berawal seperti ini.

Aku sedang berdiri di jalanan sunyi di sebuah kota pantai kecil. Saat itu tepat tengah malam. Badai menerjang. Deras angin dan hujan mencabik-cabik deretan pepohonan palem sepanjang trotoar. Bangunan semen merah jambu dan kuning menjajari tepi jalan, jendela-jendelanya tertutupi papan. Satu blok di depan, melewati semak-semak kembang sepatu, lautan tampak bergulung ganas.

4. Memunculkan pertanyaan

Ada baiknya pertanyaan yang dipakai itu muncul secara tersirat. Dalam artian secara samar. Mirip contoh pada poin pertama. Istilah kerennya story question. Teknik ini terbilang gampang-gampang susah. Jika salah langkah, tentu akan lumayan fatal.

Contoh:

Tidak.

Aku menolak berbagi kisah yang ini. Itu pekan paling memalukan dan mengenaskan sepanjang masa hidupku yang sudah empat ribu tahun lebih. Tragedi. Bencana. Kepiluan. Tidak akan aku ceritakan kepada kalian.

Oke, lagi-lagi saya ambil contoh dari novel karya Rick Riordan, The Trials of Apollo #3, The Burning Maze.

Dari penggalan opening tersebut, tentu muncul pertanyaan apa yang telah terjadi? Apakah peristiwa besar? Sampai-sampai tokoh aku enggan menceritakan kisahnya. Nah, inilah story question yang berhasil.

Lanjut bahasan opening. Ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari dalam opening novel yang sebaiknya dihindari karena kurang efektif untuk "menyihir" pembaca.

1. Scene yang klise

Scene atau adegan yang terasa klise ini biasanya merupakan adegan yang sudah terlalu umum dipakai. Pembaca perlu hal baru atau menarik. Ibarat tamu, tentu sebagai tuan rumah ingin menyajikan hal yang terbaik, bukan?

Contoh adegan yang terbilang klise.
- Tokoh bertabrakan (misal tokoh utama cewek dan cowok tabrakan di pertemuan pertama).
- Tokoh bangun tidur terus mendengar ayam berkokok.
- Tokohnya bangun kesiangan, pakai acara teriak dan panik mendengar alarm. Padahal, kan, dia sendiri yang setel alarm.
- Tokoh hanya siap-siap pergi ke sekolah. Makan roti, turun tangga. Tidak ada yang penting atau sesuatu yang ingin disampaikan.
- Penggambaran cuaca seperti yang telah saya bahas.
- Ketabrak truk.

Beberapa hal yang saya sebutkan ini sebaiknya dihindari. Soalnya terlalu kemasan lama. Kecuali jika penulis memiliki misi penting yang memang harus disampaikan dengan cara salah satu di atas. Boleh saja, asal bisa meramu hal-hal klise tersebut dengan lebih baik.

Contoh saya temukan dalam novel Too Easy To Love karya Asmah Afaaf & Ainun Nufus:

"Ku tak mau cintaku dikocok-kocok. Ku tak ingin sayangku dikocok-kocok. Seperti arisan, nunggu giliran. Aduh-aduh, mana tahan."

Gadis berambut panjang yang masih berantakan terus menggoyangkan badannya dengan heboh. Alunan lagu dangdut yang berasal dari radio pemberian kakeknya tiga tahun silam menjadi temannya di pagi hari sebelum berangkat sekolah.

Menyeka keringatnya sendiri, sudah cukup olah raga pagi ini. Setelah lagu terakhir diputar berakhir, gadis itu segera menuntaskan kancingan bawah seragamnya lalu berjalan mendekati cermin lemarinya. Tersenyum lebar pada pantulan wajahnya yang terlihat lebih putih karena pengaruh sabun mandi.

Penggalan pembuka bab tersebut menjelaskan ciri khas si tokoh utama. Di sini si tokoh utamanya sedang berjoget, aktivitas yang terbilang wajib dilakukannya sambil bersiap-siap. Yang seperti ini dibolehkan.

2. Banyak salah ketik

Jujur saja, banyak salah ketik itu hal yang cukup mengganggu, apalagi di bab pembuka. Inilah mengapa penting sekali melakukan revisi atau swasunting sebelum mengirim atau memublikasikan naskah.

Sebaiknya sebelum mengunggah karya, cobalah untuk cek minimal sekali. Ini membuat penulis bisa meminimalisir kesalahan, entah itu saltik, salah pemakaian tanda baca, dan poin-poin kerapian yang lain.

Salah ketik di sini yang saya maksud itu tipo, yang pas mau nulis bayang, eh, malah melenceng ke huruf lain.

Nah, yang seperti itu. Kalau untuk kerapian, ya, tentu saja harus diusahakan semampu penulis. Minimal akhir kalimatnya memakai tanda titik, pengkapitalan huruf tidak terlalu parah, tahu aturan penggunaan kata depan di-.

Kesalahan kedua ini bisa sangat sensitif, apalagi naskah yang akan menghadap editor atau penerbit. Pengalaman saya, naskah yang banyak saltiknya itu, sedikit kemungkinan untuk diterima.

3. Tokoh terlalu banyak yang masuk

Sebaiknya, tokoh-tokoh yang masuk atau dibahas dalam opening adalah protagonis atau yang memiliki peran penting di dalam cerita. Jangan dulu memasukkan tokoh lain yang perannya hanya untuk melengkapi. Tahan dulu. Apalagi kalau kehadirannya hanya untuk unjuk diri saja.

Saat tokoh muncul, harus punya misi. Dia tampil itu untuk apa dan akan berbuat apa. Jadi, sudah jelas, penulis harus punya konsep dan arahan waktu yang tepat untuk memasukkan tokoh.

4. Banyak memasukkan adegan flashback atau lamunan tokoh

Ini juga sebaiknya dihindari, termasuk untuk adegan mimpi-mimpi yang kurang penting. Sebaiknya, untuk bagian flashback, bisa penulis kreasikan dengan dialog atau penjelasan langsung oleh penulis.

Jangan sampai juga menulis kalimat berikut ini:

Flashback on/flashback off

Untuk adegan flashback, bisa menggunakan tanda pemindah scene. Umumnya bintang tiga (***) atau bisa juga dengan penjelasan narasi.

5. Fokus cerita yang ke mana-mana

Yap, ini sangat-sangat tidak disarankan. Tokoh banyak masuk, scene berpindah sebelum pembaca dapat menikmatinya, membahas adegan yang tidak penting. Alurnya ke mana-mana. Setop! Jangan lakukan ini karena selain berefek ke pembaca, ini juga akan berefek ke bab-bab berikutnya.

Tidak terkonsep membuat alur tidak merata. Maka dari itu, sangat perlu mematangkan konsep atau memakai outline dalam membuat cerita. Ini membuat cerita akan lebih terarah dan memiliki pegangan.

Selain teknik membuat bab awal yang menarik di atas, saya juga ingin membagikan beberapa trik untuk membuat paragraf pertama.

1. Menjelaskan latar

Latar itu tidak hanya tentang tempat, tetapi juga waktu dan suasana. Dalam mendeskripsikan latar, ada baiknya pakai teknik showing. Jadi, hindari menulis "Hari ini cerah" dan gunakan imajinasi serta panca indra untuk menghasilkan suasana yang dimaksud.

Misal:

Ketika kuinjakkan kaki di rerumputan hijau yang tampak segar, udara sejuk menggelitik hidung. Gumpalan-gumpalan awan putih berarak pelan di langit biru, dengan burung-burung yang bergerombol terbang ke tujuan masing-masing.

See? Dengan penggambaran yang memakai panca indra, suasana akan terasa lebih nyata. Maka, teknik ini bisa dipakai untuk membuka bab awal ceritamu. Hanya saja, pastikan kenapa kamu mengambil latar tersebut. Intinya, harus ada alasan kuat.

2. Dengan dialog penting tokoh

Teknik ini sebenarnya cukup krusial, mengingat ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa opening dengan dialog itu sebaiknya dihindari saja. Alasannya? Karena "menyambut" tamu dengan langsung diajak "ngobrol" itu cukup mengejutkan ibaratnya.

Hanya saja, teknik ini tetap bisa dipakai, kok. Cuma, ambil dialog yang sekiranya benar-benar penting, berdampak, punya "daya ledak". Contoh:

"Saya transfer 500 juta tapi saat itu juga tinggalin anak saya."

Satu kalimat yang langsung menyambut telinga begitu telepon masuk diangkat itu sukses membuat seorang wanita berdaster motif bunga-bunga membeku. Jantungnya serasa terjun bebas dengan darah yang mendadak berhenti mengalir.

3. Menggambarkan aksi yang dilakukan tokoh

Ini bisa aksi tokoh utama atau tokoh yang berpotensi memantik konflik utama.

Membuat paragraf pertama dengan aksi tentu perlu pertimbangan. Namun, aksi yang dimaksud tidak harus punya situasi menegangkan, kok. Aksi yang dimaksud bisa juga kegiatan biasa tokoh. Hanya tentu, aksi atau adegan yang dipilih pun tidak boleh sembarangan. Ya kembali lagi pada kalimat "Harus ada alasannya".

Contoh:

Alyssa Nayana mengangkat tumpukan buku paket yang sudah dirapikan di meja guru. Kedua tangannya yang mungil berusaha menahan bobot kesepuluh buku tersebut. Dia sedikit memiringan kepala saat akan mulai berjalan lantaran pandangannya terhalangi. Namun, begitu mencapai pintu kelas, seorang cowok tiba-tiba berdiri di depannya; membuatnya terkejut.

4. Memperkenalkan tokoh

Ada juga teknik paragraf pertama dengan menggambarkan tokoh utama. Namun, ini jangan pakai teknik yang:

Halo, namaku Alyssa Nayana. Umurku 17 tahun dan aku sekarang bersekolah di SMAN 369 Bandung.

Kenapa? Yap, ini terlalu klise, terlalu umum.

Opening dengan penokohan itu menyorot sang tokoh dan memperkenalkannya kepada pembaca secara bertahap atau lembut.

Contoh:

Ada yang bilang Alyssa Nayana itu hitam manis. Memang, kulitnya yang sedikit hitam itu warisan alami dari mendiang sang ayah. Lalu, senyumnya yang menyihir orang-orang tentu turunan dari sang ibu. Gadis 17 tahun itu biasanya dipanggil Yaya. Menggemaskan memang.

5. Menyajikan pemikiran mendalam

Ada juga penulis yang memakai teknik ini sehingga pas pertama bertemu pembaca pun langsung diajak merenung.

Membuat paragraf pertama dengan teknik menyatakan pemikiran ini bisa mengambil topik apa saja. Namun tentu, yang utama ya yang berkaitan dengan cerita. Misal, cerita berpusat pada tema self love. Maka, paragraf pertama bisa menceritakan kegagalan (tokoh utama) dalam mencintai diri sendiri.

Namun, teknik satu ini biasanya lebih berfokus pada menyelipkan sindiran kepada pembaca. Yap, tujuan opening ini memang ke arah sana.

🍀🍀🍀

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro