37* Paraffin, Fiery Spirit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketua bilang Fire Spirit ada di permukaan. Itulah mengapa Araganal mengendalikan sekaligus menyandera Snowin karena dua roh itu berteman. Jika Ice Spirit berada dalam genggaman mereka, takkan sulit mengajak perempuan itu bergabung ke pihaknya.

Jadi kenapa tiba-tiba Fire Spirit muncul di dunia replika? Mista yakin mereka tidak menemukan komunikasi atau semacamnya di kamar Snowin. Tidak ada benda yang dapat membuatnya menghubungi siapa pun.

"Paraffin, apa itu sungguhan kau—"

Belum sempurna kalimat Snowin, perempuan yang diduga Fire Spirit itu langsung memeluknya. "Aku sangat merindukanmu! Kau menghilang selama dua tahun, dasar jahat!"

Tiba-tiba saja kami menjadi nyamuk. Hah, apa yang sedang kami saksikan sekarang? Fire Spirit dan Ice Spirit sepasang kekasih? Kupikir karena sifat mereka berlawanan, mereka akan bermusuhan atau meleleh jika saling bersentuhan.

Aku tertawa miris dalam hati. Bahkan mereka yang bukan manusia punya jodoh.

Snowin melepaskan pelukan Paraffin. "Bagaimana kau bisa datang kemari?! Apa kau juga tersedot ke dalam celah?" tuturnya panik. Dia lebih takut gadis itu bernasib sama dengannya terjebak di dunia asing ketimbang kembali bertemu.

Paraffin menggeleng polos. Pakaiannya yang longgar membuat kedua tangannya ketutup. "Aku mengikuti seorang pengembara dan tiba di FLY Academy dengan selamat. Oh iya, tempat itu benar-benar mengagumkan! Ada peri dan malaikat di mana-mana!"

"FA katanya..." Snowin menoleh ke Parnox yang tersenyum puas, seakan hendak bilang: Apa-kubilang? Aku-tidak-berbohong.

Tapi mereka tidak punya waktu untuk reunian karena sebongkah tanah beserta isinya, dijatuhkan ke atas kami. Telekinesis adalah salah satu kekuatan yang dahsyat. Apa dia tidak kelelahan mengangkat beban seberat dan sebesar itu?

Kahina telah pulih dibantu Hayno—sejak Paraffin muncul, dia bergegas menolongnya. Bulatan sihir penuh pola melindungi kami dari bongkahan tanah tersebut.

"Tsk!" Mista berdecak. "Kita mundur dulu."

"Kau pikir aku akan membiarkannya?"

Kesiur angin kencang menerpa kami. Kami saling berpegangan dengan apa saja agar tidak ikut tersapu. Aku berseru melihat Kala mengeluarkan sebuah busur berbentuk harpa dari tangannya. Saat dia menarik talinya, anak panah muncul dari angin yang saling berpilin. Membidik Mista.

"Kal! Jangan sampai membunuhnya!"

Tanpa diberitahu Parnox pun, Kala memang tidak berniat membunuh. Dia meresahkan. Sering menyelinap menyerang FA karena kekuatannya yang merepotkan. Lebih baik meringkusnya saat ada kesempatan.

Panah itu menembus perut Mista. Anehnya, tidak ada darah yang mengucur. Mista justru melenting seperti rudal menuju FA. Itu adalah tembakan satu arah, dimana target akan diluncurkan ke lokasi yang diinginkan.

Sudah kuduga, hilangnya kemampuan Kala dalam menyihir membuatnya jadi ambisius menciptakan teknik-teknik berbahaya.

"Hei, kalian akan membiarkannya kabur?"

Snowin menunjuk si anak berkekuatan kinetik masuk ke dalam hutan. Paraffin sibuk menggosokkan pipinya ke pipi Snowin membuat suasana menjadi canggung.

Parnox mengedikkan bahu cuek. "Aku anti melukai anak-anak," ucapnya menjentikkan jari, mengaktifkan teleportasi.

Kami menghilang dari sana.

☁☁☁

Aku tidak langsung kembali ke FA untuk melapor ke Tuan Alkaran dan Amaras jika misi berhasil terpenuhi. Aku ke daratan, ke Ngarai Lalipopa untuk mencari Alia.

Gadis itu sudah menjadi malaikat bersama Mamoru, Iris, dan beberapa kenalanku dulu. Jadi tidak ada yang mengingat mereka. Pengecualian untukku, Rinvi, Kahina, dan Kala karena situasi khusus.

Benar tebakanku, Alia bersama Mamoru di rumah lolipopnya. Aku segera meluncur terbang ke rumahnya. "Kau tak apa-apa?" tanyaku begitu tiba di depan pintu.

"Maaf, Stolen muncul tiba-tiba. Aku tidak sempat melawan saat dia mencuri kekuatanku. Gara-gara kelengahanku mereka mendapatkan kekuatan hebat."

"Berapa kali kubilang, itu bukan salahmu? Kau memprioritaskan junior!"

Mamoru mulai menjelaskan jika beberapa saat lalu, Soul Hole terbuka melahirkan beberapa calon peri dan malaikat baru. Alia tergesa-gesa ke sana supaya tidak keduluan dan direkrut oleh Araganal. Lantas disergap oleh Stolen yang ternyata telah menunggu.

Seperti yang dikatakan Mini lampau lalu, kekuatan pemberiannya bisa dicuri kapan saja. Apa itu tidak bisa dipulihkan?

"Tapi berkat penyergapan tiba-tiba itu, kami tahu kelemahan Stolen."

Aku spontan menatap Alia antusias.

"Dia dapat mencuri kekuatan, namun tidak bisa menggunakannya ke diri sendiri. Harus diberikan kepada orang lain."

"Dan aku sudah menemukannya. Anak yang memiliki kekuatan telekinesis milikmu."

Alia terkekeh. "Oh iya? Apa dia mahir?"

Aku menatap Alia prihatin. Bagaimana dia masih bisa tertawa saat kekuatannya baru saja diambil? Mungkin dia menyembunyikan kesedihannya karena tidak mau membuat teman-temannya khawatir.

Sama sepertiku dulu yang sedih kehilangan sayap. Aku berpura-pura baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak. Aku tidak mau Alia memendam perasaannya.

Aku mengusap bahunya. "Tidak apa jika kau ingin sedih, Alia. Aku dan Mamoru akan menemanimu. FA takkan membuang muridnya hanya karena kehilangan kekuatan."

"Dandi, sepertinya kau terlalu khawatir..."

Aku menyikut lengan Mamoru. Seharusnya dia membantuku menghibur Alia.

Alia tertawa lebar. "Hahaha! Terima kasih atas simpatimu, Verdandi, tapi aku benar-benar baik saja. Lagipula kita punya Blessing. Tidak ada yang perlu ditangisi."

"Eh? Blessing?" Aku mengerjap.

Alia mengangguk mantap. "Jika seseorang kehilangan kekuatan sekalipun, tidak masalah karena Blessing bisa memberi kita bakat secara acak. Kelincahan, power up, indra tajam, dan lain-lain. Panjang umur! Baru diomongin langsung datang anaknya."

Aku menoleh. Sudah lama aku tidak melihat Light. Dia datang bersama seorang gadis berambut dan bermata emas lalu... tanduk? Itu tanduk yang sama dengan milik Rinvi!

"Apa dia dari Klan Druid?" bisikku.

Mamoru mengangguk. "Yeah. Dia juga bisa menyembuhkan. Penduduk dari ras itu selalu memiliki tanduk rusa di kepalanya."

"K-kudengar kau diserang Araganal, Alia. Apa kau baik-baik saja? A-ada yang luka? Mau aku sembuhkan? Bilang saja!"

Alia terkekeh. "Aku baik-baik saja, Elli."

Sama halnya dengan nama Rinvi yang diakhiri dengan dua inisial pertama 'Rinviri', gadis itu juga mengikuti tradisi penamaan di negaranya. Elli menjadi Elliel.

Aku mengelus dagu. Aku sudah tahu keenam bangsa di Asfalis memiliki ciri khas dalam perihal nama. Ini mulai membuatku kepo. Bagaimana penamaan di Klan Peri?

Di Klan Penyihir aturan namanya begini: Kala-La, Kahina-Na, Oceana-Na, Kuni-Ni. Ada pengulangan di huruf akhir dan jeda. Berarti Klan Peri juga memilikinya. Sejauh ini peri-peri memiliki nama yang bebas.

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini, Dandi," celetuk Light membuyar lamunanku. "Kau dicari oleh Houri. Katanya penting. Dia menunggumu di taman akademi."

Jika itu penting, apakah dia hendak membahas tentang mata-mata? Tanpa berpikir dua kali, aku segera meluncur terbang menuju FA setelah memastikan sekali lagi Alia baik-baik saja.

Lima menit kemudian, aku tiba di tempat janjian. Mataku menyapu sekitar. Di mana Houri? Kuharap cowok itu tidak sedang mengecilkan tubuhnya. Aku akan susah—

"Light sudah menyampaikan pesanku ya?"

Aku menoleh. Fiuh, dia sudah datang.

Sebelum aku bertanya, Houri lebih dulu memotong. "Dugaan kita benar soal mata-mata. Aku sudah menangkapnya. Dia mondar-mandir di dekat pohon Neraida, di pintu masuk ke dunia replika. Anehnya..."

Aku mengernyit tak nyaman saat melihat Houri menatapku dengan tatapan curiga.

"Mata-mata itu terus memanggil namamu."



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro