Tiny Skinny

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Pokoknya, aku nggak mau!" serumu pada Ibu yang menghela nafas dan menarik tangannya menjauh.

"Tapi, kamu harus makan, Nduk. Lihat badan kamu semakin kurus," kata Ibu dengan sorot mata sedih.

"Ibu itu nggak ngerti! Ninda ini gendut banget, lihat banyak lemak di badan Ninda. Nasi itu musuh buat badan Ninda." Kamu membuang pandangan dari mangkuk nasi yang dipegang oleh Ibu, lalu terdiam. Menatap entah apa di luar jendela kamarmu.

Ibu hanya menatap kamu, putrinya yang baru berusia 15 tahun dan perlahan beranjak meninggalkanmu. Ada air di sudut matanya.

"Ninda sayang, seperti apapun bentuk tubuhmu, Ibu akan selalu sayang. Kamu tidak perlu membuat dirimu lapar," kata Ibu dengan suara tercekat sebelum keluar ruangan.

Mendengar ucapan Ibu, kamu terdiam cukup lama. Perlahan, kamu berdiri dan menghampiri cermin yang tertutup kain karena enam bulan belakangan, kamu enggan berkaca.

Ketika melihat bayanganmu sendiri, kamu terkesiap, menutup mata, dan cepat-cepat menjauhi cermin. Mungkin bagimu tubuh yang tinggal tulang berbalut kulit itu sungguh mengerikan. Tapi mengapa malah kata itu yang keluar dari mulutmu?

"Ya ampun, badanku masih gendut banget. Aku harus nurunin 5 kilo lagi." Kamu berkata sambil mondar-mandir di dalam kamar.

Ibu memasuki kamar sambil membawa baki berisi obat untukmu. Kamu segera menyambar obat itu dari tangan Ibu, berharap itu adalah obat penghancur lemak.

Sementara, Ibu menahan air mata yang hampir tumpah dengan terus mengamati tulisan pada plastik obat. Olanzapine, untuk penderita anoreksia akut. Pemakaian obat ini diawasi oleh Dokter.

***

Kisah ini akan masuk ke dalam antologi food flash fiction Kamaksara.

Terima kasih atas dukungan teman-teman semua 😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro