Chapter 15

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

#drc2021 #domesticromancecompetition2021 #naulimediaxkamaksara

*****

Aku mengemudikan mobil dengan perasaan kacau. Aku tidak pernah menyetir dengan kondisi begini hingga menyebabkan bunyi klakson dari kendaraan yang berada di dekat mobilku memekakkan telinga. Bahkan aku mendengar beberapa umpatan dari sepeda motor yang kemudian menyalip mobilku.

Sejak perdebatanku dengan Mas Devan semalam, aku terus menangis. Aku memaksa Mas Devan untuk keluar dari kamar. Aku mengunci diri di kamar, berusaha menenangkan diriku. Pagi ini, Mas Devan terus mendesakku untuk bicara berdua. Tapi aku tidak ingin menatapnya.

Saat ini aku hanya ingin cepat sampai di rumah Papa dan Mama. Aku ingin memeluk Mama, menumpahkan semua yang aku rasakan.

"Eh, Mbak Fista. Tumbenan Mbak, pagi banget udah ke sini," sapa Mbak Ning saat aku turun dari mobil.

Air mataku sudah menggenang di pelupuk mata, hingga tak sanggup menjawab ucapan Mbak Ning. Aku yakin, Mbak Ning heran dengan sikapku dan juga raut wajahku yang suram—mata bengkak dan merah seperti habis dipukuli. Apalagi saat melihatku membuka bagasi mobil dan menurunkan koper besarku.

"Mama ada kan, Mbak?" tanyaku dengan suara bergetar.

"Ada, Mbak," jawabnya seraya menelisik raut wajahku. "Tapi Bapak baru aja berangkat."

Aku berusaha tersenyum di hadapannya. Dan aku yakin, Mbak Ning tahu aku sedang dalam keadaan tidak baik. Aku segera menerobos memasuki rumah dan mencari keberadaan Mama.

"Ma," panggilku lirih pada Mama yang sedang menyiram tanaman hiasnya di halaman belakang.

Mama mematikan kran air karena terkejut melihat kedatanganku. Bukan— Aku yakin Mama kaget melihat penampilanku yang acak-acakan. Apalagi melihat koper yang ku bawa.

"Fista mau nginep sini beberapa hari, ya," kataku tanpa basa basi.

Mama menghampiriku, "Ada apa? Ada masalah apa kamu sama Devan? Dia nyakitin kamu?!"

Aku menggeleng, tak sanggup mengatakannya. Yang bisa ku lakukan sekarang adalah menghambur ke pelukan Mama. Berapa kali Mama menyakitiku, tapi Mama tetaplah Ibuku. Tempat aku akan selalu pulang.

"Ma...," bisikku. "Maafin Fista."

"Fista, lihat Mama," titah Mama. "Lihat Mama!"

Sentakan Mama membuatku mendongak, manatap kedua Mata Mama dibalik mataku yang berkabut.

"Maaf, Ma," lirihku dengan suara bergetar.

"Kamu nggak salah. Kenapa minta maaf?" tanya Mama dengan suara melunak. Yang ku lihat sekarang, tidak ada kemarahan di wajah Mama. Tidak ada tatapan sinis Mama. Kini, yang ku temukan di wajah Mama adalah... raut wajah sedih saat menatapku yang terlihat kacau.

"Kamu ada masalah apa sama Devan? Cerita sama Mama," pintanya seraya menangkup wajahku dengan kedua tangannya.

Aku mengusap air mataku yang bercucuran, mencoba menarik napas agar rileks. Pasokan oksigen yang bagus, akan mengalir ke otak dan bisa membuat otak bekerja dengan benar, kan?

"Ma, bener kata Mama. Harusnya Fista nggak nikah sama Mas Devan. Nikah sama Mas Devan, ternyata nggak bisa bikin Fista bahagia. Fista ngerasa sakit di dalem sini. Maaf, Ma. Fista nggak nurut apa kata Mama."

Pelukan erat Mama yang ku dapat seletah aku mengucapkan kalimat itu. Pelukan hangat Mama yang membuat tangisku kembali terdengar.

"Ada masalah apa kamu sama Devan, Fis? Walaupun Mama belum bisa menerima dia sepenuhnya menjadi bagian dari keluarga, tapi Mama nggak benci sama dia. Mama tahu kamu mencintai Devan, begitu juga sebaliknya."

"Kayaknya Fista mau cerai sama Mas Devan," isakku.

"Cerai? Kalau kalian saling mencintai, kenapa harus bercerai? Smeua bisa dibicarakan baik-baik, Fis."

"Ada masalah yang nggak bisa diselesaikan, Ma. Fista cuma nggak mau kedepannya kami saling menyakiti," kataku lirih.

Mama membelai rambutku, "Kamu istirahat dulu ya, Fis. Pikirkan baik-baik. Kamu baru emosi, nggak bisa ambil keputusan dengan benar."

Aku terdiam.

"Ayo, Mama anter kamu ke kamar."

***

Setelah mendengar kabar dari Mama kalau aku ingin berpisah dengan Mas Devan, Mbak Nita langsung pulang dari hotel dan mendatangiku di kamar.

"Kenapa sih, Dek?! Jangan gegabah ambil keputusan. Kalian itu udah nikah. Dan umur pernikahan kalian itu masih seumur jagung! Kalau ada masalah, selesaikan baik-baik. Jangan asal ambil keputusan buat cerai!"

Aku membuang muka mendengar nada bicara Mbak Nita yang melengking.

"Dek!" sentaknya saat aku tak bergeming sedikitpun.

"Apa?!" balasku setelah menatapnya sengit. "Mbak pikir apa yang bikin aku kayak gini? Sejak Mbak sama Mas Arkan bilang kalau kalian mau nikah, semua udah nggak sama lagi! Respon Mama sama Papa beda sama waktu aku dan Mas Devan bilang mau nikah!"

Mendengar nama Mas Arkan disebut, Mbak Nita terdiam, "Dek,"

"Mungkin buat Mbak, semua biasa aja. Kalian juga nggak sengaja bisa saling suka. Aku nggak menyalahkan itu. Yang bikin aku kecewa, karena semuanya membandingkan kehidupanku sama Mas Devan dan Mbak sama Mas Arkan!"

"Belum lagi, semua desak aku buat cepet punya anak. Padahal kalian semua nggak tahu gimana kerjaan aku di kantor sejak Mbak jarang dateng karena nyiapin pernikahan. Aku tertekan, stres. Tapi, apa ada yang peduli? Bahkan Mas Devan sendiri nggak tahu sama keadaanku. Apa kalian semua tahu, aku harus minum antidepresan lagi karena begitu banyaknya masalah yang dateng?"

Mata Mbak Nita berkaca-kaca mendengar ucapanku.

"Dek, kamu..."

Aku mengangguk, "Aku minum obat lagi, Mbak. Aku stres, nggak ada yang bisa nyelesaiin masalahku. Bahkan dengan aku minum obat pun, nggak bisa bikin kondisiku lebih baik."

Kobaran api di kedua mata Mbak Nita hilang begitu saja mendengar ucapanku. Mba Nita mendekatiku dan memelukku erat.

"Maaf, Dek. Mbak nggak bermaksud menghancurkan kamu sama Devan. Bahkan Mbak juga nggak tahu akan berakhir menikah sama Arkan. Semua itu di luar kendali Mbak."

"Fista tahu, Mbak. Mbak nggak salah. Fista cuma ngerasa capek sama semua yang Fista jalani. Ternyata, menikah muda nggak semudah yang dibayangin, ya?"

"Jangan pisah sama Devan, Dek. Mbak nggak tahu ada masalah apa lagi antara kamu sama dia. Tapi, tolong dibicarakan baik-baik. Pasti ada jalan keluar."

Aku menggeleng lalu tersenyum tipis, "Nggak bisa lagi, Mbak. Fista sama Mas Devan udah beda visi misi."

*****

#drc2021 #domesticromancecompetition2021 #naulimediaxkamaksara

Follow akun wattpad @ichaaurahmaa

Follow instagram
Ichaaurahmaa

26-07-2021
With love, IU ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro