48 : Perpustakaan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SELAMAT MEMBACA
FORTIDEN
48 : Perpustakaan

Kita tidak akan tahu kapan kita mulai menyukai seseorang. Dan kita juga tidak akan tahu kapan perasaan suka itu berhenti. Yang pasti ketika perasaan itu berhenti, semuanya akan menjadi berbeda.
—:—:—:—

FOLLOW INSTAGRAM :
@kdk_pingetania
@aboutpinge
@arizona.vernanda
@aileen.adhitama

—:—:—:—

ARIZONA pikir Aileen akan meminta Arizona mengantarkannya ke mall, karena gadis itu sudah sangat jarang pergi berbelanja. Akan tetapi Aileen malah meminta Arizona untuk mengantarkannya ke perpustakaan nasional.

Bahkan disaat liburan pun Aileen ingin belajar.

"Lo seriusan ngajakin gue ke sini?" tanya Arizona sambil mengikuti Aileen masuk ke dalam perpustakaan.

Aileen mengangguk, "emang kenapa?"

"Ya kan udah libur, lo mau nyari apalagi ke perpustakaan?" tanya Arizona.

"Libur bukan berarti nggak boleh belajar kan? Lagian gue nggak mau nilai gue turun lagi gara-gara ketularan malesnya elo," kata Aileen.

Arizona mendengus, "gue juga males ketularan rajinnya elo. Tau gitu mah gue diem ae di rumah sakit," kata Arizona.

Aileen menatap Arizona kesal, "kalau emang nggak suka ke sini ya udah pulang aja sana. Gue juga nggak maksa lo nemenin gue. Kan lo yang minta nganterin gue," gerutu Aileen.

Arizona menghela napas. Ia lupa kalau Aileen adalah seorang gadis dengan mulut yang super bacot. "Oke Ai, ayo masuk," kata Arizona sambil memegangi kedua bahu gadis itu dan membawa Aileen ke dalam. "Gue tunggu di sini," ujar Arizona kemudian duduk di atas meja yang ada di sana.

Aileen mendelik. Gadis itu memukul bahu Arizona. "Duduk itu di kursi bukan di meja," kata Aileen.

Arizona mendengus. Lelaki itu kemudian pindah ke kursi yang ada di sebelah meja tersebut. "Udah kan? Ya udah sana cepetan." Arizona menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Mau tidur?" tanya Aileen.

Arizona tak menjawab. Mata lelaki itu sudah terpejam.

Aileen menghela napas melihat kelakuan Arizona. Gadis itu kemudian berjalan menuju rak buku yang ia perlukan.

—:—:—:—

SETELAH selesai menjelajahi hampir seluruh rak buku bagian sains, Aileen akhirnya berjalan kembali ke meja yang sejak tadi dijadikan tempat beristirahat oleh Arizona. Gadis itu sedikit membanting buku-buku yang ia bawa sehingga membuat tidur Arizona terganggu. Lelaki itu mengerjapkan matanya perlahan kemudian mengangkat kepalanya. Ia kemudian menatap Aileen.

"Udah kan? Ya udah ayo cabut," kata Arizona sambil bangkit dari duduknya.

Namun bukannya pergi, Aileen justru duduk di kursi sebelah Arizona. Ia mengambil buku teratas dari tumpukkan buku yang ia ambil. "Belum selesai," ujar gadis itu.

"Mau ngapain lagi Ai? Kan bukunya udah dapet," kata Arizona.

"Ya gue mau pelajarin di sini lah," kata Aileen.

Arizona mendengus, "lo kan bisa belajar di rumah. Itu buku lo bawa pulang aja," kata Arizona.

"Enak banget lo ngomong. Lo kira buku ini punya nenek moyang lo apa? Gue males balikin buku ini ke sini lagi. Jadi kalau lo emang nggak mau nemenin, mending pergi aja. Jangan ganggu gue belajar," kata Aileen. Gadis itu lalu membuka halaman pertama dari buku tersebut. Aileen terlihat sangat serius membaca buku itu.

Melihat hal itu membuat Arizona memutuskan untuk kembali duduk. Nasib punya pacar suka belajar ya gini. Ikut terkurung di dalam perpustakaan yang sumpek. Benar-benar bukan tempat yang cocok bagi Arizona.

Arizona kemudian menatap ke arah Aileen yang sedang serius membaca buku itu. Untung saja gadis itu sangat menarik bagi Arizona, sehingga Arizona bisa setidaknya betah tinggal di dalam ruangan ini selama beberapa jam.

Aileen yang menyadari dirinya ditatap terus oleh Arizona pun merasa tak nyaman. Jantungnya kembali berdegup kencang. Gadis itu kemudian menghela napasnya. Aileen menutup bukunya dan menatap ke arah Arizona. Matanya langsung bertemu dengan tatapan tajam milik Arizona.

Aileen memutar bola matanya, "kenapa ngeliatin?" tanya Aileen.

"Nggak boleh?" tanya Arizona.

"Gue keganggu Ari," kata Aileen.

"Gue nggak ganggu."

"Tatapan lo ngeganggu," kata Aileen. "Lo cari buku aja sana. Banyak kok yang bagus, pasti lo bakalan suka," kata Aileen.

"Nggak bakalan ada. Gue cuma suka sama sesuatu yang spesial. Kayak lo misalnya," ujar Arizona.

Lagi-lagi Arizona mampu membuat Aileen merona. "Berhenti godain gue Ari."

"Nggak suka hm?" tanya Arizona.

"Nggak!"

"Dih, jutek," kata Arizona. "Sebenarnya tujuan lo ngajakin gue ke perpustakaan itu apa sih?" tanya Arizona. "Ya maksud gue, lo kan tahu tempat kayak gini bener-bener nggak cocok sama gue. Apa lo pengen aneh-aneh bareng gue di sini?" tuduh Arizona.

Aileen mendelik. "Enak aja! Gue mau belajar, nggak ada niatan lain."

"Niatan lain kayak apa?" tanya Arizona.

"Au ah."

Arizona mengecup bibir Aileen dengan singkat. Membuat gadis itu benar-benar kaget. Jantung Aileen berdetak makin cepat. Kenapa lelaki itu harus mengecup bibirnya di sini? Kalau ada yang melihat bagaimana?

"Kayak gitu?" tanya Arizona santai.

Aileen memukul lengan Arizona dengan kencang. "Lo sembarangan banget sih! Kalau ada yang ngeliat gimana?"

Arizona berdecak. "Emang siapa yang mau liat? Orang perpustakaannya aja nggak berpenghuni. Lagian bukannya jaman sekarang perpustakaan udah beralih fungsi?"

"Maksud lo?"

"Nggak usah sok polos lo. Paling lo ngajakin ke perpustakaan buat nyari tempat sepi biar bisa berduaan. Ngaku nggak lo!" tuduh Arizona.

Aileen mendelik, "enak aja! Jangan nuduh yang bukan-bukan deh."

Arizona terkekeh. Ia sangat suka melihat Aileen kesal. Karena gadis itu menjadi lucu dimata Arizona. "Udah Ai, nggak usah malu-malu, lo mau apa hm? Sini gue lakuin," kata Arizona.

Aileen bergidik ngeri. "Lo jangan ngomong yang aneh-aneh ah, nanti gue takut," ujar Aileen.

"Takut sama gue?"

"Iya, lo kayak pedofil," ujar Aileen.

"Dih enak aja! Lo tuh kayak tante-tante girang," balas Arizona.

"Au lah Ari. Jangan ribut di sini. Gue mau belajar," kata Aileen.

"Udah kali belajarnya Ai. Kita dikasi libur buat nenangin pikiran dari buku-buku aneh kayak gini. Kalau lo maksain diri lo bisa stres. Gue nggak mau punya pacar yang gila," kata Arizona.

"Ya udah putusin aja," ujar Aileen kesal.

"Mau putus sama gue? Tunggu kita nikah."

"Dikira gue mau nikah sama lo apa?"

"Lo masih ngutang sama gue," ujar Arizona. "Udah lo belajar di kos an aja. Ini buku biar gue beli aja," kata Arizona.

"Tapi Ar—"

Arizona tidak memperdulikan ucapan Aileen. Lelaki itu mengambil buku yang ada di tangan Aileen kemudian membawanya bersama tumpukkan buku yang ada di samping gadis itu. Arizona berjalan menuju penjaga perpustakaan.

Nampak terjadi percakapan antara Arizona dan sang penjaga perpustakaan yang berakhir dengan Arizona yang mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang.

Melihat hal itu membuat Aileen menghela napas panjang. Apalagi saat Arizona dengan santai meneriakinya untuk keluar dengan kantong kresek berisi buku yang ada ditangan lelaki itu.

Arizona sangat menyebalkan dan terlalu santai. Lelaki itu seperti melakukan apapun yang ia inginkan tanpa berpikir terlebih dahulu. Tapi kenapa Aileen bisa menyukai lelaki seperti Arizona? Memang benar, ketika kita menyukai seseorang, kita tidak akan bisa menemukan alasan pasti kenapa kita menyukai orang itu. Karena rasa suka timbul sendirinya tanpa kita sadari dan tanpa kita minta.

Rasa suka itu lah yang membuat Aileen dan Arizona bersama. Mereka tak tahu kapan rasa suka itu mulai timbul. Mereka hanya dua orang manusia yang sedang berusaha memahami proses menyukai seseorang. Tanpa tahu kapan rasa suka itu akan semakin dalam atau memudar seiring waktu.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

—:—:—:—

Lagi dua part nih. Jadi jangan lupa vomment ya! 1k komen buat lanjut!

#GrasindoStoryInc
26-03-2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro