50 : Akhirnya Bertemu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SELAMAT MEMBACA
FORTIDEN
50 : Akhirnya Bertemu

Berusaha bersikap berbeda dengan sikap asli kita itu benar-benar tidak mudah.
—:—:—:—

FOLLOW INSTAGRAM :
@kdk_pingetania
@aboutpinge
@arizona.vernanda
@aileen.adhitama

—:—:—:—

"UDAH siap?" tanya Arizona.

Aileen menarik napasnya lalu menghembuskannya secara perlahan. Gadis itu melakukannya berkali-kali sampai ia merasa lega. Kemudian Aileen menoleh ke arah Arizona. Gadis itu mengangguk dengan yakin, "udah."

Arizona kemudian menggenggam tanga Aileen dan berjalan membawa gadis itu ke sebuah ruangan yang sejak tadi sudah ada di hadapan mereka. Arizona dan Aileen duduk di kursi yang disediakan di sana.

Kaki Aileen bergetar karena terlalu gugup. Bahkan jantung gadis itu berdetak dengan cepat. Melihat Aileen gugup membuat Arizona berinisiatid untuk menggenggam tangan gadis di sampingnya itu. "Tenang Ai."

Aileen mengangguk dan berusaha menenangkan dirinya. Beberapa menit kemudian suara decitan pintu terbuka pun terdengar. Bukan dari pintu yang tadi Aileen dan Arizona pakai untuk masuk, tapi pintu yang satunya yang ada di hadapannya.

Aileen menyiapkan diri untuk mengangkat kepalanya. Mata Aileen langsung berkaca-kaca melihat wajah yang sudah hampir tiga tahun tidak pernah ia lihat. Wajah itu terlihat semakin tua, bahkan keriputnya sudah bertambah banyak. Akan tetapi raut wajahnya terlihat sangat senang ketika melihat wajah Aileen ada di sana.

"Papa," panggil Aileen. Terdengar seperti bisikkan. Detik itu juga airmata Aileen jatuh. Aileen merindukan ayahnya.

Anton, pria paruh baya itu berjalan mendekati anaknya. Pria itu memeluk Aileen dengan erat sebagai bukti bahwa ia sangat merindukkan putrinya. "Papa kangen sama kamu Ai," ujar Anton. Airmata pria itu juga menetes, isakannya pun terdengar.

"Maafin Aileen yang baru jenguk Papa sekarang, maafin Ai yang udah durhaka sama Papa," ujar Aileen.

Anton melepaskan pelukannya dan menatap anak gadisnya itu. Senyum pria itu tak pernah pudar sejak tadi. "Papa yang seharusnya minta maaf, maafin Papa yang memilih jalan yang salah untuk membahagiakan kamu," kata Anton. "Papa terlalu rakus akan materi."

Aileen menghapus airmatanya, gadis itu menggeleng. "Papa pasti stress karena aku banyak mau. Maafin Aileen Pa," ujar Aileen. "Tapi Ai sekarang udah berubah. Ai udah nggak manja lagi, bahkan Ai bisa hidup dengan uang yang Ai hasilin dari jerih payah Ai Pa," ujar Aileen bangga.

"Kamu nggak tinggal sama Mama kamu?" tanya Anton terkejut.

Aileen menggeleng, "Ai lebih milih untuk tinggal di kota ini. Nungguin Papa keluar dari penjara, dan kita bisa kumpul lagi," ujar Aileen.

Anton tersenyum bangga.

"Ai juga baru aja keterima di universitas yang Ai pengen. Ai ngambil jurusan kedokteran Pa," kata Aileen.

Anton kembali memeluk anaknya. Kali ini dengan rasa bangganya. "Selamat ya!"

Aileen mengangguk. "Ai janji bakalan jadi anak yang lebih baik dari sekarang. Jadi Papa harus janji juga bakalan datengin Ai nanti."

Anton mengangguk, "iya, Papa janji bakalan balik ke kamu lagi." Pria itu kemudian menoleh ke arah Arizona. Lelaki yang sejak tadi hanya bisa menonton suasana haru itu pun bangkit dari duduknya.

"Saya Arizona Om, calon suaminya Aileen," ujar Arizona dengan santai.

Aileen mendelik ke arah Arizona. Padahal Aileen sudah memaksa Arizona agar laki-laki itu berkata bahwa dirinya hanya teman Aileen.

Anton yang mendengar hal itu pun terkejut. "Ai, kamu mau menikah?" tanya Anton tak percaya.

Aileen menggeleng dengan cepat, "nggak Pa, dia emang sering ngaku-ngaku," ujar Aileen sambil menatap Arizona kesal.

Arizona mendengus, "lagian lo maksa gue bilang kalau gue temen lo. Emang lo malu apa punya pacar kayak gue?" tanya Arizona kesal.

Aileen menghela napasnya. Kenapa Arizona mengajaknya bertengkar di hadapannya ayahnya sendiri? Ah, Arizona memang tidak pernah mengerti suasana.

"Jadi, kamu pacar Aileen?" tanya Anton.

Arizona mengangguk dengan percaya diri. "Saya Arizona Geofano Vernanda. Pacar Aileen sekaligus calon suaminya. Secepatnya mungkin bakalan berubah menjadi suami sah anak Om," kata Arizona.

"Ari!"

Anton terkekeh, "saya harap kamu menepati ucapanmu."

Arizona mengangguk. "Pasti."

Anton kemudian sadar akan sesuatu. "Saya seperti pernah melihat wajah kamu, tapi dimana?"

"Bukan dia Pa, tapi Tean," kata Aileen.

Pria itu mengangguk setuju. "Oh, iya, wajah kamu dengan Tean sama percis."

"Iya, saya kembaran Tean Om," jawab Arizona.

Anton mengangguk-anggukkan kepalanya. "Om titip salam buat Tean ya," ujar Anton.

"Eee ... Pa, Tean udah nggak ada," ujar Aileen.

Anton terkejut, "astaga, Papa nggak tahu. Maafin Om ya Arizona," ujar Anton sambil menatap Arizona bersalah.

Arizona menggeleng, "nggak papa Om."

"Maaf Pak, waktu temu anda sudah habis," ujar petugas yang sejak tadi ada di ruangan tersebut.

"Papa udah harus balik Ai," ujar Anton.

Aileen menghembuskan napas kecewa, "yah ..." Namun beberapa detik kemudian Aileen tersenyum. "Tenang aja Pa, nanti Ai jenguk lagi," ujar Aileen.

Anton mengangguk. Pria itu kemudian menatap Arizona. "Saya tunggu kabar gembiranya," kata pria itu sebelum akhirnya keluar dari ruangan tersebut.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

—:—:—:—

Ayo gaskeun menuju epilog! Buat yang masih kurang puas karena scene pacaran mereka sedikit, tunggu novelnya aja ya! Aku bakalan nambahin scene-scene pas mereka udah jadian di novel. Jadi siapkan tabungan kalian! Wkwk ...

Ayo vomment kalau mau next!

#GrasindoStoryInc
26-03-2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro