• 06 - A Thousand Wishes at Forwis Tree •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Judul : A Thousand Wishes at Forwis Tree

Karya : Vallencia

Hidup berdampingan dengan peri mungkin ialah doa dari sebagian penduduk bumi yang mustahil untuk dikabulkan. Sebab, katanya, dunia peri itu tidak ada.

Tapi, semua hal tersebut dipatahkan oleh penduduk Forwis yang nyatanya hidup secara berdampingan dengan 4 peri cantik.

Allura, peri yang terkenal dengan kecantikan paras juga kelembutan hatinya. Ia suka bermain bersama dengan anak-anak perempuan Forwis. Allura juga kerap membagikan hadiah berupa cokelat kepada seluruh penghuni Forwis. Maka dari itu, ia sering dipanggil Putri cokelat.

Kemudian, Peri Lin Lin yang katanya keturunan Tionghoa. Mata sipitnya membuat ia sering dikerjai oleh anak-anak Forwis. Walau begitu, ia tidak marah dan tetap bermurah hati dengan membagikan kue-kue ala Chinese. Maka dari itu, Peri Lin Lin dipanggil Peri Kue.

Peri yang ketiga ialah Peri Elle. Peri yang lebih suka dikerumuni oleh anak laki-laki Forwis. Peri Elle suka menggoda mereka. Walau begitu, ia tetap tidak pilih kasih terhadap anak perempuan Forwis. Ia suka membagikan balon berwarna-warni. Maka dari itu, ia disebut Peri balon.

Yang terakhir ialah Peri Faye. Kehadirannya yang tiba-tiba dan suka mengejutkan anak-anak Forwis membuatnya cukup tidak disukai. Belum lagi, temperamennya yang mudah emosi. Kadang-kadang, ia akan menjadi baik dengan membagikan beberapa mainan kepada anak-anak Forwis. Namun, kadang juga ia akan bersifat jahat. Ia dipanggil Peri Mainan oleh penduduk Forwis.

Dari keempat peri tersebut, ada satu kesamaan yang membuat mereka terlihat begitu kompak, yakni semuanya sama-sama suka bernyanyi. Peri Lin Lin adalah pemilik vokal yang paling bagus.

Saat ini, keempat peri bersama dengan seluruh anak-anak Forwis tengah berada di taman depan untuk bernyanyi dan bermain bersama. Seperti biasanya pula, para peri tengah berbagi-bagi makanan dan mainan. Suasana terlihat begitu menyenangkan.

"Peri Kue, ayo bernyanyi lagi!" seru salah seorang anak Forwis kepada Peri Lin Lin. Namanya Rae.

"Iya, Peri. Ayo. Aku ingin mendengar suara merdumu lagi," timpal Abel.

"Sebenarnya, Peri ingin bernyanyi lagi. Tapi, hari sudah malam. Sebaiknya, kita semua pulang dan beristirahat," saran Peri Lin Lin yang membuat anak-anak Forwis mendesah kecewa.

"Yahhh, padahal kan aku masih mau bersenang-senang lagi," ucap Bulan menggerutu.

Melihat Bulan yang kecewa, Peri Allura datang dan mengelus bahu Bulan dengan perlahan. "Tidak apa-apa, Bulan. Masih ada hari esok dan seterusnya. Jangan bersedih, ya."

"Iya, Bulan. Besok kita akan kembali berkumpul bersama dan bernyanyi riang lagi," tambah Peri Elle yang kini duduk di antara Ical dan Lutfi, anak laki-laki Forwis yang terkenal dengan ketampanan di atas rata-rata.

"Benarkah kita akan berkumpul lagi besok hari?" tanya Bulan dengan mata berbinarnya. Ia mengulurkan kelingkingnya kepada Peri Allura yang tepat di depannya.

"Iya, Bulan. Peri berjanji." Peri Allura lantas menautkan kelingkingnya pada kelingking mungil Bulan.

"Kalau begitu, sampai bertemu lagi, Peri-Peri." Bulan melambaikan tangannya, lantas beralih menatap teman-temannya. "Ayo, teman-teman, kita pulang dan segera beristirahat!"

Setelahnya, semua anak-anak Forwis berpamitan kepada para peri dan kembali ke dalam asrama.

Penduduk Forwis rata-rata ialah anak berusia 10-17 tahun. Mereka tinggal secara berkelompok di dalama asrama. Kelompok-kelompok tersebut dinamakan gen. Sejauh ini, ada 3 gen yang menempati asrama Forwis. Gen pertama ialah gen Starter yang diketuai oleh Ayala. Gen kedua ialah Gen Go Motion yang diketuai oleh Rexi. Sedangkan gen terakhir ialah 3Dream yang diketuai oleh Ghefira.

Masing-masing anggota tinggal di asrama yang sesuai dengan nomor gennya. Asrama gen 1 berada di bagian timur, gen 2 di bagian barat, sedangkan di bagian selatannya ialah asrama gen 3.

Sementara itu, ada asrama khusus para pejabat Forwis yang berada di tengah-tengah asrama 1 dan 2.

Kepala mayor Forwis yang sekaligus menjabat sebagai penguasa utama Forwis bernama Hanaruka. Anak-anak Forwis memanggilnya Kak Haruka. Dalam menjaga kawasan Forwis beserta anak-anaknya, Kak Haruka dibantu oleh beberapa orang lainnya. Scarlett yang mengurus konsumsi, Re yang mengurus keuangan, Chy yang mengurus ketentraman asrama, juga Avis dan Nic yang mengurus keamanan Forwis.

Berdasarkan penuturan dari anak-anak Forwis, Forwis sendiri bagaikan dunia imajinasi yang nyata. Atas dasar itulah, anak-anak yang berada di sana terlihat begitu betah.

"Hei, Vallen. Kenapa kamu melamun saja dari tadi? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Ocha-salah satu anggota gen Starter-bertanya. Sedari tadi, ia merasa aneh dengan tingkah Vallen yang diam. Bahkan, sejak berada di taman bersama para peri.

"Iya, nih. Biasanya, kamu paling heboh kalau nyanyi gitu. Tapi, tadi, kamu malah asyik diam." Lifah menimpali.

"Aku nggak pa-pa, kok, teman-teman," jawab Vallen berbohong. Padahal, isi kepalanya sekarang tengah penuh, memikirkan perihal apa yang baru saja ia dengar saat pergi ke toilet tadi.

"Vallen, jangan berbohong. Kita telah bersama selama beberapa tahun. Jadi, masalahmu juga akan menjadi masalahku, dan masalah kita semua. Ingat! Kita adalah keluarga satu gen. Gen Starter!" Ayala sebagai ketua gen bersorak dengan kerasnya. Beruntungnya, tidak ada siapa pun yang mendengar suara sorakannya. Jika tidak, ia akan dipanggil oleh kepala mayor alias Kak Haruka karena melanggar ketentraman malam hari di Forwis.

"Ayolah, Vallen. Cerita saja. Siapa tahu, kami bisa membantu. Betul, tidak, teman-teman?"

Keseluruhan anggota gen Starter yang berjumlah 10 orang itu menganggukkan kepalanya, menyetujui kalimat Rae barusan.

Vallen menghela napasnya. Sepertinya, tidak ada gunanya ia menyembunyikan masalah ini lebih lama lagi dari teman-temannya. Akhirnya, mau tak mau, ia mengangkat suara. "Sepertinya, Forwis sedang dalam masalah."

"APA?!"

"Ssstt, jangan teriak-teriak. Nanti kedengaran sama Kak Haruka," tegur Lisna yang membuat semua teman-temannya meringis.

"Hampir saja dimarahin satu gen." Lutfi mengusap dadanya penuh kelegaan.

"Vallen. Kalau bicara, jangan sembarangan. Forwis ini kan penjagaannya aman. Ada Kak Nic dan Avis yang menjaganya. Mana mungkin, Forwis sedang dalam masalah," celetuk Ocha yang membuat Vallen merasa bersalah. Apa yang dikatakan Ocha memang benar. Selama ini, Forwis aman-aman saja. Tapi, apa yang ia sampaikan barusan kepada teman-temannya juga tidak salah. Ia tidak meragukan pendengarannya yang begitu tajam.

"Sepertinya, Vallen tidak sedang sembarang berbicara. Lagi pula, apa untungnya Vallen membuat cerita karangan? Tidak ada, kan?" Ayala berpendapat.

"Apa yang dikatakan Ayala benar. Vallen tidak mungkin mengarang cerita." Rae menambahkan. "Vallen, ada baiknya, kamu menjelaskan mengenai maksud kalimat kamu yang tadi agar kami tidak berburuk sangka kepada kamu."

"Sebenarnya ... tadi pas aku ke toilet, aku tidak sengaja mendengar perbincangan antara Kak Haruka dan Kak Nic. Mereka sedang membahas perihal keadaan Forwis yang sedang tidak aman. Aku juga mendengar Kak Haruka mengatakan bahwa ada kemungkinan, beberapa barang di Forwis telah dicuri oleh orang-orang tidak bertanggung jawab."

"Ta-tapi, bagaimana bisa?"

"Aku sendiri tidak tahu. Maka dari itu, aku bingung. Sebentar lagi, kita akan ada perayaan Forwis. Tapi, mengapa keadaan menjadi seperti ini sekarang?" Vallen mengacak rambutnya, tampak begitu frustrasi. Bagi Vallen, Forwis adalah rumah paling nyaman untuknya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Forwis selalu mampu menarik ulur fokusnya.

Tidak hanya Vallen, semua anggota gen Starter juga tampak khawatir dengan keadaan Forwis. Ayala yang melihat keadaan anggotanya mendadak merasa sedih.

"Sudah, sudah. Kita jangan terlalu panik. Aku percaya, Kak Haruka sebagai kepala mayor beserta yang lainnya tidak akan membiarkan Forwis kenapa-napa. Yang perlu kita lakukan ialah mendoakan mereka." Perkataan Ayala barusan tidak menghilangkan kekhawatiran yang ada di benak masing-masing anggota. Tapi, setidaknya, mereka sudah bisa lebih tenang sedikit.

"Lebih baik, sekarang kita pergi beristirahat di kamar masing-masing. Besok pagi, kita akan ada acara gen. Jangan lupakan itu."

Setelah mendengar perintah dari Ayala, masing-masing dari mereka meninggalkan ruang tengah untuk kembali ke kamar mereka. Ada sekitar 5 kamar di asrama ini, yang dimana masing-masing menampung dua orang di dalamnya.

Namun, saat mereka hendak masuk ke kamar masing-masing, lonceng Forwis terdengar. Setelahnya, suara Kak Haruka menggema lewat speaker yang terpasang di hampir setiap sudut asrama.

"Perhatian! Diharapkan untuk semua penduduk Forwis berkumpul di aula utama. Sekali lagi. Diharapkan untuk semua penduduk Forwis berkumpul di aula utama. Terima kasih."

"Kenapa mendadak perasaan aku nggak enak?" Vallen bersuara pada Ayala yang kini disampingnya.

Ayala hanya menatapnya tanpa bersuara. Lantas, lewat senyumannya, Ayala seolah mengatakan, "Semua akan baik-baik aja."

🌲🌲🌲

Sesuai dengan apa yang diperintahkan lewat pengeras suara di asrama pejabat, seluruh penduduk Forwis berkumpul di aula utama yang terletak di tengah-tengah asrama gen 2 dan 3. Mereka duduk secara berkelompok dengan gen mereka masing-masing, lantas mulai membicarakan kemungkinan demi kemungkinan alasan mengapa mereka terpanggil ke sini. Termasuk gen Starter.

"Selamat malam semuanya. Maaf mengganggu waktu istirahat kalian." Suara Kak Haruka terdengar, meredam seluruh keriuhan yang terjadi tadi.

Kini, seluruh penduduk Forwis memfokuskan pandangannya ke depan. Tempat dimana Kak Haruka beserta jejerannya berdiri dengan wajah yang serius.

"Ada masalah yang sangat serius menimpa Forwis saat ini. Ada yang mencuri pohon Forwis!"

"Pohon Forwis hilang?" Rae membeo.

"Bahaya besar, nih," bisik Lutfi.

"Ini adalah ancaman yang sebelumnya belum pernah terjadi. Oleh karena itu, kita harus berupaya untuk mendapatkan kembali pohon tersebut. Tapi, tentunya itu tidaklah mudah." Suara Kak Haruka terdengar mengecil di akhir kalimatnya.

"Sebentar lagi, Forwis akan mengadakan acara permohonan akhir tahun. Dan, kita tidak mungkin dapat mendapatkan kembali semua barang itu dalam jangka waktu sedekat ini. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan menghias kembali pohon Forwis setinggi 12 meter itu!"

"Apa maksudnya?"

🌲🌲🌲

Seluruh anggota gen-tanpa para pejabat-berkumpul di aula asrama 1 untuk membahas perihal tugas yang diberikan Kak Haruka tadi, yakni menghias pohon Forwis.

"Tugasnya gak masuk akal. Masa iya kita yang tingginya nggak seberapa ini ditugaskan untuk menghias pohon Forwis yang tingginya 12 meter?" Rae berceloteh.

"Benar sekali. Memangnya, dipikir kita punya sihir apa? Mending juga disuruh nyari hadiah Forwis. Kalau ini? Tidak masuk akal," timpal Ocha yang membuat suasana di aula gen semakin panas. Ayala sendiri kelimpungan untuk menanggapi setiap protes yang dilayangkan oleh teman-teman satu gennya. Sedari tadi, gadis itu hanya terdiam.

Ghefira yang menyadari hal tersebut lantas menghampiri Ayala. "Kita akan segera mencari jalan keluarnya bersama-sama," ujarnya yang membuat Ayala kembali tersenyum.

Suara tepukan tangan Lutfi membuat semua teman-temannya menatap ke arahnya. Lelaki tampan itu terlihat begitu tenang. Dapat dibuktikan dari dengusan napasnya yang tidak terburu-buru, seperti temannya yang lain. "Perhatian semuanya. Jangan terlalu panik. Ingat kata Kak Haruka, semuanya akan terlihat mudah jika kita melakukannya secara bersama-sama dan dalam keadaan tenang."

"Apa yang dikatakan Lutfi benar," timpal Vallen. "Saat ini, kita tidak mempunyai waktu untuk melayangkan protes. Percaya saja, kita semua akan mampu menyelamatkan acara Forwis yang tersisa beberapa hari lagi."

"Kalau begitu, bagaimana caranya? Percuma saja dari tadi kamu berkoar-koar untuk tidak panik, kalau tidak memikirkan caranya," omel Yemi yang sedari tadi diam.

"Ya, be-"

"Aku sudah mempunyai caranya!" Ayala bersuara. "Kita akan meminta tolong kepada para peri untuk menghias pohon Forwis setinggi 12 meter itu."

"Maksud kamu?"

"Para peri mempunyai kekuatan sihir dan kita dapat meminta tolong kepada mereka. Ya, walau aku ragu, apakah mereka akan membantu kita dengan sihirnya atau tidak. Setidaknya, kita bisa mencoba dulu."

"Apa yang dikatakan Ayala benar. Kita dapat meminta pertolongan kepada peri."

Atas dasar itulah, seluruh anak-anak Forwis kini berkumpul di depan rumah Peri Allura untuk menyampaikan tujuan kedatangan mereka. Mereka yakin, Peri Allura akan membantu mereka yang kini dalam kesusahan.

"Sebenarnya, Peri mau-mau saja. Tetapi, Peri tidak bisa bekerja sendirian, Peri butuh bantuan dari peri-peri lainnya. Sayangnya, Peri tidak yakin bila Peri lainnya akan membantu kalian, mengingat sihir ini tidak bisa digunakan untuk hal sembarangan," kata Peri Allura yang membuat sebagian dari mereka mendesah frustrasi.

"Tapi, Peri akan membantu kalian berbicara dengan Peri yang lainnya. Kalian tenang saja."

Secercah senyuman kembali tercipta di wajah mereka masing-masing. Peri Allura memang peri yang baik hati. Mereka tidak salah menyematkan panggilan itu untuknya.

🌲🌲🌲

"APA?! Membantu kalian menghias pohon Forwis? Yang benar saja, hei?" Peri Faye bersuara sesaat setelah Peri Allura menceritakan hal yang tengah dialami oleh Forwis kepada mereka semua.

"Iya, Peri Faye. Peri mau membantu kami, kan?" tanya Khansa.

"Ck ck ck." Peri Faye berdecak. "Tidak semudah itu, Anak Muda. Asal kalian tahu, kami hanya bisa menggunakan sihir kami setahun sekali. Mana mungkin kami merelakan hal itu untuk membantu kalian menghias pohon Forwis. Buang-buang waktu saja."

"Ayolah, Peri Faye. Bantu kami. Kami akan melakukan apa saja agar Peri bersedia membantu kami. Kami mohon." Ayala memohon hingga bertekuk lutut. Hal itu menimbulkan rasa simpati di hati masing-masing peri, kecuali Peri Faye yang masih kukuh pada pendiriannya.

"Peri Faye, kurasa tidak ada salahnya kita membantu mereka," bisik Peri Elle kepada Peri Faye. "Mereka anak-anak yang malang. Mereka sangat membutuhkan bantuan sihir kita."

"Tapi, Elle, kita membutuhkan sihir itu untuk dapat kembali ke dunia kita. Jika kita menggunakan sihir itu untuk membantu mereka, lalu bagaimana kita dapat menghabiskan waktu kita untuk berbahagia bersama peri-peri yang lain?"

"Satu kali saja. Toh, tahun ini tidak ada pesta yang menarik di sana. Lebih baik, kita gunakan sihir kita untuk membantu mereka menghias kembali pohon Forwis untuk acara permohonan akhir tahun mereka. Mereka sangat membutuhkan itu untuk dapat mengabulkan semua harapan mereka." Peri Elle masih sibuk bernegosiasi sampai akhirnya Peri Faye luluh dan mengiyakan permintaan anak-anak Forwis itu.

"Baiklah, Peri Faye yang berbaik hati ini akan membantu kalian. Tapi, ingat, sekali saja. Selebihnya, tidak akan ada bantuan lainnya lagi."

"Yeayy, terima kasih, Peri Faye," sorak para anak-anak Forwis berbahagia. Waktu memang tersisa beberapa jam lagi. Setidaknya, masalah yang mereka hadapi hampir selesai.

🌲🌲🌲

Kedatangan para peri membuat seluruh jajaran pejabat Forwis terkejut. Tidak biasanya, para peri mengunjungi asrama Forwis seperti ini.

Kak Haruka beserta pejabat lainnya menundukkan kepala mereka, memberikan hormat kepada empat peri cantik yang kini berada di hadapan mereka. "Ada hal bahagia apa yang mengundang para peri datang kemari, mengunjungi asrama Forwis?"

"Tidak ada apa-apa, Kepala Mayor Forwis. Kedatangan kami kemari hanyalah untuk kembali menghidupkan harapan para penduduk Forwis," kata Peri Allura.

"Harapan penduduk Forwis?"

"Kami akan membantu kalian menghias pohon Forwis dengan sihir kami."

"Benarkah, Peri Allura? Kalian bersedia membantu kami? Tapi, mengapa semuanya terkesan mendadak?"

"Tidak mendadak. Para anak-anak berhati mulia inilah yang telah menemui dan meminta tolong kepada kami," jawab Peri Lin Lin.

"Suatu kehormatan yang sangat luar biasa pada penduduk Forwis untuk dapat dibantu oleh para peri cantik." Sekali lagi, Kak Haruka menundukkan tubuhnya untuk memberikan hormat kepada para peri.

"Kalau begitu, dimana pohon Forwis kalian? Bukankah waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sementara, acara permohonan akhir tahun akan dilangsungkan pukul 10. Kita tidak punya banyak waktu," ujar Peri Elle.

Kak Haruka dan jajaran pejabat lantas membawa keempat peri tersebut menuju sebuah pohon yang akan dipakai guna menggantikan pohon Forwis yang bersinar sebelumnya.

"Selagi kami menghias pohon, jangan ada yang membuka mata."

Begitu pesan Peri Allura yang langsung dipatuhi oleh seluruh penduduk Forwis. Dan, dalam hitungan menit saja ....

Kilauan cahaya yang begitu terang memasuki penglihatan mereka.

"Pohon Forwis kembali bercahaya!" Begitu sorak seluruh penghuni Forwis. Senyuman cerah benar-benar ditampilkan. Akhirnya, mereka tidak akan kehilangan agenda permohonan akhir tahun karena pohon Forwis yang hilang.

Pohon Forwis yang berdiri megah di depan mereka seolah menjadi saksi betapa sihir itu nyata. Pohon yang awalnya tampak biasa-biasa saja tanpa adanya suatu hiasan dan cahaya apa pun, kini tampak berkilau. Masing-masing bagian pohon dipenuhi oleh kue, cokelat, balon berwarna-warni dan mainan-mainan kecil yang identik dengan kepribadian setiap peri.

"Terima kasih, Peri cantik!"

"Sama-sama, Anak-anak. Sekarang, kalian bisa meminta satu permohonan di depan pohon penuh keajaiban ini," ujar Peri Allura.

"Tapi, belum saatnya, Peri," celetuk Ical yang berdiri di barisan paling belakang.

"Let's count the time together!" perintah Kak Haruka yang langsung diangguki oleh para penduduk Forwis.

Mereka lantas mulai menghitung waktu guna mengusir kebosanan yang melanda sembari memikirkan wish apa yang akan mereka panjatkan kali ini.

Ketika waktunya tiba, Kak Haruka lantas memberi aba-aba. "Let's wish together!"

Setelahnya, ribuan harapan-harapan kecil dilambungkan oleh para penduduk Forwis di hadapan pohon Forwis.

Forwis Tree ... pohon penuh pengharapan. Sudahkan kalian semua menaikkan harapan kalian di pohon Forwis?

🌲🌲🌲

Publish : 27 Desember 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro