【1/?】

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tepat di halaman belakang sekolah, daun-daun pohon berguguran ke tanah. Hal tersebut menandakan bahwa seakarang sudah memasuki musim gugur.

Di sana, sudah ada sepasang siswa laki-laki dan perempuan yang saling berhadapan satu sama lain.

"A...ano..." ucap seorang laki-laki tepat dihadapan (y/n). Ia terlihat sangat gugup.

"Iya?" tanya (y/n) penasaran.

"Aku sebenarnya.... menyukaimu, Kusanagi-san. Kumohon jadilah pacarku!" seru laki-laki tersebut sambil membungkukkan setengah tubuhnya.

(Y/n) pun terdiam sejenak.

"E...etto... Aku mungkin mengerti perasaanmu itu, tapi.... hontouni gomen ne. Aku tidak bisa membalas perasaanmu itu." balas (y/n).

Di sisi lain, tepatnya dari dalam kelas, ada dua orang gadis melihat (y/n) dan laki-laki tersebut dari balik jendela. Rupanya mereka berdua adalah sahabat baik (y/n).

"Yare yare... Ini sudah yang keempat kalinya ia menolak cinta dari anak laki-laki di sekolah" ucap salah satu gadis.

"Iya benar. Padahal (y/n) tidak memiliki kekasih. Kenapa ia selalu menolaknya, ya?" tanya gadis lainnya.

Salah satu gadis menghela nafas panjang.

"Entahlah... Aku tidak mengerti jalan pikirannya"

"Sebaiknya kita hampiri saja dia kesana"

"Um. Ayo!"

Kedua gadis itu pun berjalan keluar dari dalam kelas untuk menghampiri sahabat baik mereka, Kusanagi (y/n).

***

(Y/n) masih berdiri di tempat yang sama sedari tadi.

Karena cintanya ditolak, sudah tidak ada alasan lagi bagi laki-laki tadi untuk terus menerus berada di dekat (y/n). Sehingga laki-laki tersebut pergi meninggalkan (y/n) sendirian.

Daun pohon yang berwarna kemerahan berguguran tepat di atas kepala (y/n). Angin sepoi-sepoi menerbangkan beberapa helai rambutnya yang indah.

Suasana ini.... selalu mengingatkanku kepadamu, Mitsuya..., gumam (y/n).

***

(Flashback)

Musim gugur di 10 tahun yang lalu, tepatnya saat (y/n) dan Mitsuya masih berumur 7 tahun, dimana (y/n) pertama kali bertemu dengan seorang laki-laki pujaan hatinya, Takashi Mitsuya.

Tepat di halaman sekolah, tiga orang anak laki-laki tiba-tiba menyirami tubuh (y/n) dengan sebotol air secara tiba-tiba. Tubuh (y/n) pun menjadi sangat basah kuyup.

"Hahaha... Makanya, kalau kau tidak mau disiram seperti ini kau harus mandi dulu di rumah! Hahahah...!" ejek salah satu anak laki-laki kepada (y/n). Lalu kedua anak laki-laki lainnya ikut tertawa terbahal-bahak melihat (y/n )

Tak lama kemudian, (y/n) yang duduk tidak berdaya sambil bersandar di sebuah tembok langsung menangis terisak-isak.

Ternyata, ketiga anak laki-laki nakal tersebut sedang mem-bully (y/n).

Ya, semasa SD, (y/n) sering sekali menerima bully-an dari teman-teman sekelasnya.

Tak lama kemudian, salah satu anak laki-laki tersebut menyirami lagi tubuh (y/n). Hal tersebut membuat tangisan (y/n) semakin menjadi-jadi.

Tiba-tiba,

"Oi! Apa yang kalian lakukan?!" seru seorang anak laki-laki sambil berjalan kearah mereka berempat.

Spontan, ketiga anak laki-laki tersebut menoleh kearahnya. Begitu melihat anak laki-laki tersebut, merema langsung terlihat sangat ketakutan.

"Yaba! Anak itu!"

"Kalau tidak pergi dari sini kita bisa habis dipukuli oleh dia!"

"Kalau begitu ayo kita pergi!"

Ketiga anak nakal tersebut pun langsung kabur entah kemana.

Begitu mendekat kearah (y/n), anak laki-laki tersebut langsung berjongkok tepat di hadapan (y/n). Ia melihat (y/n) yang sedang menangis terisak-isak. Anak laki-laki tersebut merasa tidak tega melihatnya.

"Oi. Kau tidak apa-apa?" tanya anak laki-laki tersebut.

Namun, (y/n) tidak menjawab pertanyaannya tersebut dan terus menerus menangis. Hal tersebut membuat anak laki-laki tersebut semakin merasa kasihan kepada (y/n).

Tiba-tiba, anak laki-laki tersebut langsung memegangi kedua pipi (y/n). Spontan, (y/n) pun berhenti menangis.

(Y/n) bisa melihat dengan jelas wajah anak laki-laki tersebut dari dekat. (Y/n) menatap manik berwarna ungu lavender milik anak laki-laki tersebut dalam-dalam.

"Tenanglah, mereka sudah pergi sekarang" ucap anak laki-laki tersebut dengan ekspresi wajahnya yang dingin.

Itulah pertama kalinya (y/n) bertemu dengan Mitsuya. Mitsuya adalah orang pertama dan satu-satunya orang yang mau menolong (y/n) dari perlakuan jahil anak-anak nakal di sekolahnya.

(Y/n) pun megelap kedua matanya yang basah karena air mata dengan kedua tangannya. Dengan cepat, Mitsuya pun melepaskan tangannya dari kedua pipi (y/n).

"A...arigatou...hiks..." ucap (y/n) sambil sedikit terisak-isak.

Tak lama kemudian, Mitsuya pun berdiri sambil memandangi jaket (y/n) yang basah. Terlihat ada beberapa bagian jaket yang sobek-sobek. Dengan cepat, Mitsuya langsung melepaskan jaketnya dan memberikannya kepada (y/n).

"Eh?"

(Y/n) memandangi jaket yang diserahkan Mitsuya tersebut.

"Lepaskan jaketmu itu dan pakailah ini"

"T...tapi, ini kan jaketmu"

"Sudahlah, pakai saja. Kalau tidak, kau bisa kedinginan nanti"

"B...baiklah"

(Y/n) pun melepaskan jaketnya dan segera mengenakan jaket milik Mitsuya tersebut.

"Serahkan jaketmu itu"

"Eh? T-tapi untuk apa?"

Tiba-tiba, Mitsuya pun merebut jaket (y/n).

"Sudahlah. Besok pagi pasti akan kukembalikan"

"..."

***

Mitsuya dan (y/n) pun memutuskan untuk pulang bersama. Mitsuya berjalan sambil mendorong stang sepedanya. Ditemani oleh (y/n) yang berjalan tepat di sampingnya.

"A...ano... hontouni arigatou, Takashi-san..." ucap (y/n) malu-malu.

"Panggil saja aku Mitsuya" balas Mitsuya sambil tetap fokus menatap jalan.

"B...baiklah, Mitsuya-san"

Mitsuya pun terdiam sejenak

"Sesekali kau seharusnya melawan mereka, (y/n)-san"

"Eh? T...tapi..."

Mitsuya tiba-tiba menghentikkan langkah kakinya. Lalu ia menoleh kearah (y/n).

"Apa kau takut?"

(Y/n) seketika terdiam mendengar perkataan Mitsuya tersebut. Tak lama kemudian, ia pun menundukkan kepalanya.

"S...sejujurnya, iya..."

Mitsuya pun terdiam sejenak.

"Kalau kau mau, aku akan melindungimu"

Spontan, (y/n) kembali menoleh kearah Mitsuya.

"Eh? M...melindungiku?"

Tanpa membalas pernyataan (y/n) tersebut, Mitsuya langsung kembali berjalan sambil mendorong stang sepedanya. Sedangkan (y/n)
masih terdiam di tempat ia berdiri saat ini.

"C...chotto matte!" seru (y/n).

Spontan, Mitsuya pun menghentikkan langkahnya sambil menoleh ke belakang.

"Nani?" tanya Mitsuya dingin.

"Kenapa kau mau melindungi orang sepertiku?" ucap (y/n) sambil menundukkan kepalanya.

"Aku hanya tidak tega karena.... kau mirip  seperti adikku.  Itu saja alasanku"

"Eh? Adikmu?"

Mitsuya pun kembali melanjutkan langkah kakinya.

Tak lama kemudian, (y/n) kembali memanggil Mitsuya.

"A...ano!"

Mitsuya pun menghentikan kembali langkahnya.

"H...hontouni arigatou, Mitsuya-san..."

Mitsuya terdiam sejenak. Lalu ia kembali melanjutkan perjalanannya dan meninggalkan (y/n) begitu saja.

"Sudahlah. Sekarang kau pulanglah!" perintah Mitsuya sambil berjalan menjauhi (y/n).

(Y/n) hanya terdiam. Ia melihat punggung Mitsuya yang semakin lama semakin menjauh darinya.

Sikapnya memang dingin,
Tetapi entah mengapa....
(Y/n) bisa merasakan kehangatan hati Mitsuya yang sebenarnya.
(Y/n) bisa mengerti diri Mitsuya yang sebenarnya.
Sehingga...
Hingga saat ini, sosoknya yang dingin nan murah hati itu selalu (y/n) ingat hingga saat ini...

.
.
.
.
.
.
.

~↞Bersambung↠~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro