Found You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Radhi menjadi orang pertama yang keluar dari tempat tidur. Pagi yang sedikit mendung kali ini, Radhi membiarkan isterinya yang cantik itu berbaring lebih lama dari biasanya.

Pagi ini Radhi di temani secangkir kopi yang masih mengepul dari cangkir putih kesayangan. Cangkir itu berwarna putih porselen dengan gambar koin 500 hadiah dari Satrya dan Kinan yang sekaligus pengingat kejadian memalukan 2 tahun yang lalu. Sesaat, cangkir putih yang bertengger manis di tangan kanan Radhi beralih tangan. Aroma kopi khas perkebunan Aceh tersebut telah merebut sebagian perhatian isterinya.

Di luar sana hujan masih turun membasahi permukaan tanah. Matahari mulai menunjukan dirinya meski hanya sesekali. Burung-burung yang tadi berlindung dari derasnya hujan, kini mulai bercicit dan kemudian terbang entah kemana.

Saat Jakarta di selimuti oleh mendung dan udara dingin yang menggigit, saat itu Radhi malah bertemu dengan mataharinya.
Herannya, Radhi bukan tipe laki-laki yang serius dengan satu wanita, terlalu percaya pada takdir, percaya dengan adanya cinta pandangan pertama, dan selalu percaya dengan kisah-kisah novel yang bertemu jodoh di jalan.

And then I met you.

Radhi ingat betul bagaimana sosok bidadari itu melintas dengan rambut tergerai cantik, secantik dirinya, lekuk bibirnya dingin, sedingin es, mata tajam yang hangat, sehangat mentari saat sore hari dan kepulan asap rokok yang dihisap oleh sosok bidadari itu.

Koin 500 yang Radhi serahkan ke Ganesh saat itu merupakan bukti ditolaknya Radhi oleh sosok bidadari seksi tadi. Sayangnya otak Radhi memang kelewat waras. Mungkin ini yang disebut "gombal membawa berkah" karena berkat gombalannya waktu itu, meskipun Radhi mendapatkan predikat "pria recehan" karena mendapatkan koin 500 dari seorang gadis dan ditertawakan teman sekantornya, ia akhirnya mendapatkan hati gadis tersebut.

Gombalan yang dilemparkannya kepada sosok bidadari seksi itu tidak mempan, namun gadis itu masih mau menghargai usaha Radhi, menganggapnya sebagai hiburan dan memberikannya koin 500. Menyakitkan memang. Niat merayu malah dikira ngamen pake gombalan. Bagaimana mungkin gombalan Radhi mempan kalau ia malah membicarakan paha dan dada ayam trus modus makan ayam di depan gadis cantik nan seksi itu? Benar-benar recehan.

Otak Radhi sudah kelewat tidak waras. Mendadak, jantungnya seperti di remas, rahangnya mengeras dan matanya mengekor hingga gadis dengan segala keindahannya itu menghilang dari pandangan. Awalnya Radhi hanya merasa itu adalah perasaan sekedar kagum dengan visual dari gadis itu selintas. Maka Radhi hanya mengabaikan dan tidak memperdulikan keingintahuannya dan memilih untuk tetap menggoda anak-anak magang. Sayangnya, takdir memilih untuk membukakan jalan bagi Radhi kepada gadis cantik nan seksi itu.

Radhi kembali tersenyum mengenang kejadian itu, sesekali Radhi melirik cangkir kopinya yang perlahan-lahan mendingin, Radhi bersandar pada tembok kamarnya yang ber-wallpaper-kan strip hitam putih horizontal, itu permintaan dari bidadari seksi nya, dan sang bidadari itu masih setengah tertidur, masih terbuai mimpinya yang mungkin saja kini sedang berada di dunia antah berantah, bermain bersama profesor Agasa atau menjadi astronot wanita pertama di bumi.

Keduanya berada di dalam bidang pekerjaan yang sama. Lihatlah betapa banyak hardisk yang tergeletak diatas lemari pakaian, buku-buku tebal dan beberapa kardus bekas kerjaannya tahun kemarin tergeletak. Radhi harus bekerja ekstra saat komputer kantor yang mendadak mengharuskan pekerjaan kantor jadi pekerjaan rumah. Kamar Radhi yang tadinya di cat warna dominan hitam kini berubah menjadi warna-warna pastel oleh bidadari cantiknya. Meskipun Radhi tidak mengerti lagi kenapa bidadari cantiknya itu kini menetapkan dinding di dekat jendela sebagai tempat terlarang untuk Radhi, ia tetap merelakan dinding yang sesungguhnya space favorit untuk bersandar sambil menikmati wifi kamar, diubah menjadi tempat bidadarinya meletakan hasil tangkapan cahaya yang diambil dengan kamera Polaroid lengkap dengan caption yang di tuliskannya. 'apapun captionnya, aku menyukai apa yang sudah aku potret' begitu kata bidadarinya.

Radhi mengalihkan pandangan pada isterinya yang kini tertidur lagi, terlintas apa yang sedang di pikirkan isterinya, tidur tidak menghalangi imajinasi bidadarinya untuk bereksplorasi. Wajahnya tenang, garis bibirnya yang seksi. Kulit pucatnya terpapar matahari pagi sebagian. Bidadari dari surga, Radhi tersenyum kecil dan kembali melihat rintik hujan yang masih jatuh membasahi pekarangan rumahnya.

Entah apa yang membuat Radhi terus-terusan mengejar Arinka.

"kopi?" Radhi mencegat gadis itu saat dia baru akan masuk ke dalam lift.

"aku sibuk.."

"frappuchino Starbuck?"

".... Kayak punya duit aja"

"Ayolah......kopi?"

"Aku sibuk"

"aku yang bayar"

".... .... .... aku sibuk"

"bagaimana kalau di tambah dengan red velvet dan sedikit es krim vanilla?"

".... ...." Radhi masih menunggu jawaban gadis itu "jam tujuh!"
"jam tujuh" Radhi mengulanginya dengan nada bahagia.

Radhi sudah mengetahui siapa nama gadis itu, alamat rumah dan nomor hapenya, yahhh jelas dengan susah payahlah! tanya sana-sini, browsing ini-itu dan memecahkan kode yang diberikan Arinka-nama gadisnya- Untuk nama bidadarinya, Radhi tahu dari Satrya. Lagi-lagi takdir mempertemukan mereka. Gadis yang selama ini Radhi kejar adalah sahabat dari Kinan. Kinan sendiri adalah cem-ceman Satrya yang merupakah FRIENEMY Radhi. Sydney Arinka adalah nama lengkap sang bidadari yang waktu itu memberinya koin 500 dan hari ini, pukul tujuh dia akan bertemu setidaknya untuk menikmati secangkir kopi bersama di tengah padatnya kendaraan ibukota.

Radhi dan gadis yang kini telah di ketahui namanya itu berada dalam lingkup perkantoran yang sama walaupun beda gedung dan sudah pasti berita Radhi dekat dengan seorang perempuan dari kantor sebrang adalah berita yang cukup sensasional di kalangan teman-teman bermulut comberannya.

Tepat pukul tujuh Radhi sudah duduk di atas motornya dan menunggu gadis itu keluar dari gedung. Seperti pegawai kantoran lainnya, gadis itu terlihat sedikit berantakan dan lelah di sore hari..

Gadis itu mendekati Radhi, menyerahkan tasnya untuk dibawa Radhi dan ia tidak protes, dia menikmati bagaimana wajah gadis itu menggerutu dalam diamnya. "lembur?" tanya Radhi.

"enggak, tapi ada beberapa yang ga bisa diselesaikan dengan cepat." Radhi yang mendengar keluhan tersebut malah tersenyum. Ia selalu kagum dengan suara gadis itu yang begitu renyah, dan merdu dengan intonasi datar tidak di buat-buat.

Radhi kembali menyesap kopinya, lalu menunduk geli, ah, dia memang bertindak dengan random. Wanita bukan hitungan matematis yang pasti, tidak ada takaran yang pas untuk menakar pikiran wanita, mulut dan hati terkadang berbeda. Wanita selalu benar apapun dan dimanapun.

"APA?" gadis itu membelalakan matanya tidak percaya. "HEH! Katanya mau mentraktirku kan?"

"aku bilangnya, aku yang bayar, maksudnya bayar pesananku sendiri"

"Wah! Licik ya Mas Radhi" gadis itu menyebut namanya dengan sangat baik, intonasinya tepat dan terdengar semakin indah jika gadis itu yang mengucapkannya. Sekalipun sedang sinis. Bidadarinya memang terbaik.

"selamat pagi Mas Radhi" gadis itu menyapanya dengan suara yang disukai Radhi.
"selamat pagi Bidadari surgaku" Radhi menarik isterinya untuk mendekat lalu mengecup keningnya kilas. "jadi mimpi apa kamu malam ini?"

"aku?" gadis itu terlihat berfikir "aku pergi ke istana negara dan ketemu presiden. Aku protes kenapa harga bawang merah dan cabe rawit tidak pernah stabil. Padahal tanpa mereka, masakanku tidak akan menjadi lezat. Kemudian aku di usir oleh protokoler negara dan diasingkan ke China"

"presiden?" Arinka mengangguk "jadi kita adalah warga negara yang diasingkan, begitu?"

"begitulah" Arinka hanya mengenakan daster batik tanpa lengan dengan panjang tidak melebihi dengkulnya. Radhi tersenyum dan bangkit untuk membuka jendela kamarnya, membiarkan matahari yang mulai berani tampil untuk merayapi isi kamar mereka.

"kopi?" Radhi menyodorkan cangkir kopinya yang tadi sempat membangunkan bidadarinya bahkan belum berkurang setengah. Radhi masih mengenakan kaos yang ia jadikan baju tidur kesayangannya, meskipun ini sudah jam 9 pagi,

"Mas, gak kerja?" Radhi menggeleng "ya ampun, mas! Kita mau makan apa besok kalau kerja male-malesan gini?" matanya terbelalak seperti bocah yang permennya direbut oleh temannya.

Radhi tertawa sesaat "santai"

"santai kepalamu! Ini jam berapa?--- uh,oh! Ini dah jam 9 mas! emang libur ya?"
Radhi menepuk kepala gadisnya, kemudian membelokan pandangan Arinka menuju kalender yang terpasang di dinding kamar. "tanggal berapa sekarang?"

"31 Agustus" terdapat nada kebingungan yang menggantung disana.

"Hei eneng manis, kamu benar-benar lupa?" Radhi tidak sabar melihat ekspresi datar gadisnya yang selalu di tunjukan ketika dia lupa pada tanggal tertentu.

Arinka menyunggingkan senyuman miris di wajahnya, meminta maaf. "aku lupa".

Nafasnya mulai tersedu, sweater yang Radhi kenakan mulai basah. Arinka menangis, untuk pertama kalinya Radhi melihat gadis itu menangis.Ya, Arinkanya menangis. Dipeluknya tubuh Arinka tersebut. Saat gemetar tubuh Arinka mulai terkendali Radhi menjauhkan wajah Arinka dari dekapannya.

"mau cerita?"

"kamu tahu dimana Kinan?" Arinka melap air matanya dan mulai bicara "gak bisa dihubungi, aku takut dia seperti dulu lagi, mas! Aku takut dia mencelakakakn dirinya!" Arinka lagi-lagi harus melap air matanya.

"apa semuanya gara-gara aku terlalu percaya kalau Mas Satrya bisa diandalkan ya. Ah! Sialan!." Kali ini Arinka tidak melap air matanya lagi. Diulurkannya air mineral dari tangan Radhi, dipaksanya Arinka untuk minum "berengsek nomornya Mas Sat gak bisa dihubungi! Ini apa sih! Aku tuh lagi khawatirin Kinan, mas! Gak haus!" Radhi hanya mengangguk, "kamu tetep harus minum supaya tetep berpikiran jernih. Nah setelah itu, ayo kita cari ke rumah Satrya."

Radhi menarik Arinka keluar dari rumah mereka yang nyaman. Memaksakan diri untuk menghirup petrichor yang selalu ada setiap sehabis hujan turun. Berjalan di pekarangan rumah yang becek sambil menggenggam tangan.

"Waktu itu, aku juga panik karena Kinan hilang, tapi aku lebih panik kalau liat kamu nangis waktu putus"

"menikah denganku, dan kau bebas untuk memilih untuk meneruskan pekerjaan atau hanya duduk di rumah menungguku pulang"

Arinka yang single setelah putus dengan mantannya kini di hadapkan dengan pernyataan dari Mas Radhi. Lama Arinka berfikir. Hingga sebulan kemudian, Arinka merasa itu bukan ide yang buruk.

"Aku pikir saat kamu bilang mau bertemu di parkiran kantor sore itu, aku bakal ditolak" Radhi tersenyum kecut. "Habis wajah kamu berkerut-kerut gitu, pembalut aja antikerut!"

Tangan Arinka yang tadi menggenggam tangan Radhi langsung dilepaskan. "Kampret ya!"

Sebelum menjawab, Arinka berfikir sejenak. Jika aku menikah dengannya ayah tidak akan mengataiku yang tidak-tidak dan aku akan bisa dicintai bukan?

"apa setelah menikah aku masih boleh bekerja? bisa makan diluar sesukaku? Jalan-jalan sesukaku? Bangun jam berapapun??" Arinka bertanya.

"tentu. Selama itu tidak melebihi jam kerjaku"

"kita tidak selalu berbuat baik, atau benar, tidak juga untuk bersama. Tapi beberapa kesempatan, saat semuanya melebur. Aku percaya kita melakukan hal seperti itu. Apa yang baik dan benar untuk bersama. Tidak ada takaran yang pasti yang mengatur baik dan benar, Rinka. It's just love"

Sekarang Radhi tahu alasannya, kenapa mesti gadis cantik nan seksi itu yang datang. Radhi percaya cinta dan memegangnya bersama dengan Rinka, sang bidadarinya, meski kedengarannya agak geli dan sulit dipercaya tapi Radhi tetap berusaha mempercayai pemikiran keren gadisnya.

Arinka adalah mentari saat langitnya mendung, Arinka yang membuatnya penasaran dan datang memberanikan diri untuk mempersuntingnya di depan kedua orang tua. Semua yang dulu Radhi lihat adalah kelabu, kini apa yang dulu ia lihat sebagai Hitam dan putih mulai memancarkan cahayanya.

"Enjoy The little things in life, because one day you will back and realize they were the big things"

"Mas ...."

"ya?" Radhi yang berdiri di depannya menoleh.

"Aku hamil ...."

"HAH?"

**TAMAT**

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro