19. Sebelum

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rizal melihat lelaki botak muncul dari arah hutan bersama keempat temannya. Ini terjadi dari waktu pagi saat regu dua bersantai bebas.

Rizal melesat masuk menembus wilayah orang-orang itu.

"Kita akan mengambil poin dari orang-orang Indonesia ini. Mereka  ini mudah sekali dibodohi. Ingat kalian harus bersikap baik kepada mereka, karena mereka itu mudah dibohongi. Lihat saja mereka lebih bersantai seperti itu ketimbang kita yang berusaha mati-matian menyelesaikan ujian ini. Aku sungguh tidak menyukainya."

Adik si botak langsung menepuk lembut tangan kakaknya. "Kak, bisakah kita kembali ke dimensi kita sendiri? Ini termasuk sebuah pelanggaran dan kejahatan."

Teman si botak tetiba saja menegurnya. "Juan, kau tidak dapat mengerti apa itu permainan. Kita bisa masuk ke sebuah permainan saat si pengatur permainan membolehkan kita masuk. Anggap saja kita diizinkan ikut serta ke dalam server mereka."

Si botak tersenyum. "Benar katamu Frey. Sekarang yang harus kita lakukan hanyalah bersifat baik lalu membuat orang-orang itu memberikan poin mereka kepada kita."

Juan menggeleng tidak terima. Frey menepuk kepala pelan.

"Juan, ikuti perkataan Leonardo. Dia adalah ketua kita. Perintahnya tidak dapat dibantah."

Juan tersenyum kecil. Dia sudah siap apabila harus menerima didiskualifikasi oleh panitia.

Leonardo menyilangkan lengannya. "Baiklah, karena kalian sudah siap, kita akan melakukan rencana untuk membuat orang-orang itu menerima kekalahan di tangan kita. Malam ini kita akan muncul."

Rizal melemparkan batu ke arah Leonardo. Dalam sekejap orang itu marah-marah, berbicara kotor, dan mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak boleh diucapkan seorang murid akademi. Padahal sudah dijelaskan kalau berbicara yang tidak sesuai peraturan akan dikenai sanksi tegas.

Rizal berlalu pergi menuju teman-temannya lagi. Dirinya merencanakan hal lain agar orang itu tidak dapat merebut poin regu dua dengan mudahnya.

Dari balik sakunya pemuda itu mengeluarkan sebuah peta yang sama seperti yang dipegang Widya. Rizal memencet regu empat. Dia tahu ada seseorang yang dapat dia andalkan untuk saat ini.

Pesan regu: Dua

Halo regu empat! Bawalah Rehan ke sini untuk menjemputku. Aku ingin dia membawaku menuju regu tiga.

"Woi! Kau disuruh membantu regu dua. Ayo cepat pergi sana." Perintah Milki.

Rehan yang diterima diperlakukan seperti itu hanya berdecih. "Aku bukan hewan. Kau saja yang pergi sana. Aku ingin tidur."

Milki menunjukkan kepalan tangan kepada Rehan. "Kau mau mati huh?"

Dila dan Chita hanya tertawa-tawa saat Rehan dimarahi oleh wakilnya sendiri. Dila melempar bola salju, Rehan hanya bersikap sabar saat bola salju itu menghantam kepalanya.

"Jiahh! Suami kok takut sama istri!" teriak Dila.

"Iya tuh! Kuy kabur." Kata Chita.

"Kuy!"

Rehan dan Milkita langsung melihat dua orang itu dengan sinis. Rehan menghela nafas kasar karena Milkita tetap ingin Rehan pergi dari hadapannya.

"Kau harus pergi bukan karena aku mengusirmu. Ja-jangan salah paham dulu yah, aku ini pasti akan menjaga regu empat kok. Oh iya kau tidak boleh berpikir aku ini mengemis ingin dipercaya. Sana pergi!"

Rehan berlalu pergi dengan tampang masa bodonya. Milkita memeluk Lays yang sedang latihan menggunakan pedang.

"Lays! Rehan pergi Lays!"

Lays memajukan bibirnya. "Kau yang mengusirnya Milk, jangan salahkan aku."

Milkita terduduk lesu dari bekas pohon yang sudah dibelah Lays menggunakan pedangnya. Dia memegang kedua pipinya. Pikiran negatif muncul lalu dirinya halau dengan pikiran positif.

Aku nggak khawatir, tapi hanya berpikir kemungkinan-kemungkinan lainnya saja. Ahh, semoga dia selamat dalam perjalanannya. Batin Milki.

Di sisi lain Rehan melewati hutan. Tentu saja tidak santai, dia membakar habis setiap serangga yang dia lalui.

Kenapa Rehan bersikap seperti itu kepada serangga yang tidak berdosa? Itu karena masa lalu Rehan yang benar-benar kelam. Dirinya waktu itu masih kecil dan makan santai di meja makannya. Lalu sebuah kecoa terbang melesat maju dan mendarat tepat di kepalanya.

Rehan yang ketakutan tiba-tiba saja mengeluarkan kekuatan apinya hingga membakar habis ruang makan. Orang tuanya yang baru pulang seketika marah kepadanya. Ibunya juga terus mengomeli selama satu minggu.

Setiap berpapasan dengan ibunya, Rehan selalu dikatakan takut kepada kecoa. Rehan akhirnya berguru kepada seorang anak lelaki di kelasnya.

Hari pertama hingga satu minggu Rehan tetap takut kepada serangga yang dibencinya. Tapi ketakutannya tidak bertahan lama, teman Rehan membuatnya menjadi benci kepada kecoa. Hingga pada suatu saat Rehan akhirnya lulus dan membanggakan diri di hadapan orang tuanya.

Rehan selalu ingin tertawa jika mengingat masa lalunya itu. Kelam sekaligus keren.

Rehan terhenti saat dirinya sudah benar-benar sampai ke tempat regu dua selama satu hari--karena kelelahan jadi penuh istirahat. Dia tidak salah tempat, tapi dirinya merasa aneh. Rizal muncul dari belakangnya dan Rehan yang ketahuan menguntit langsung diberi beberapa pertanyaan.

Mulai dari Bintang yang bersikap aneh dan teman regu dua lainnya. Rizal yang sudah mendapat jawaban langsung mengajak Rehan pergi menunjukkan jalan menuju regu tiga.

Perjalanan dilalui lagi oleh mereka berdua. Akhirnya di malam hari mereka sampai di tempat regu tiga. Mereka semua bertemu dan berkumpul. Fiaa yang mempunyai kekuatan kertas mencoba mengetahui keadaan regu dua menggunakan kekuatannya. Fiaa yang khawatir langsung meminta permohonan pada Rizal.

Senyum di wajah Fiaa luntur seketika. Rizal menolak ajakan Fiaa untuk menyelamatkan regu dua. Padahal kini temannya sedang dalam kondisi cukup gawat. Rizal merobek peta di hadapan Fiaa dan membuat Fiaa hampir saja menampar pemuda itu.

Rehan menahan lengan Fiaa. "Rizal, tolong jelaskan kenapa kau merobek peta itu. Jangan membuat suasana menjadi kacau seperti ini."

Yoga salah satu anggota dari regu tiga terdiam. Dia bersikap netral sekarang dan tidak ingin membela salah satu pihak.

Rizal menggeleng lemah. "Peta ini tidak akan berguna lagi jika kau mementingkan ego dan tidak berpikir dua kali sebelum bertindak. Ingat peraturan yang sudah aku sebutkan dulu. Kekuatan tidak boleh digunakan jika kita masih bisa berpikir."

Rehan menyuruh Fiaa untuk duduk. Mereka berempat duduk untuk saling berbagi pendapat. Berbeda dengan Dhana, Bahamud dan Bayu yang terdiam karena mendapatkan firasat buruk mengenai regu dua.

"Kalian mempunyai kekuatan yang dapat digunakan. Sekarang aku mempunyai beberapa rencana yang dapat digunakan. Oke! Yang pertama adalah saat aku sudah menemui si botak, Fiaa kau lancarkan serangan ke beberapa titik di tubuhnya agar dia tidak dapat bergerak.

Rencana kedua adalah saat aku sudah melepaskan Yuma, si botak akan marah dan bakar dia menggunakan api yang panas. Ternyata seragam olahraga kita tidak dapat menahan api.

Lalu rencana ketiga adalah serang si kacamata saat aku membuat adik si botak aku cuci otaknya.

Yang terakhir adalah menyelamatkan teman-teman kita dari regu siluman rubah itu."

To be continued..

Aye! Aye! Lanjut kuy!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro