24. Deep Secret

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku dan Myron masih diam dalam perjalanan pulang kami. Karena aku pikir tugasku hampir selesai di sini, aku memberitahu asal dan misiku. Setelah itu ia tetap diam walaupun mengatakan akan mengantarku.

"Um, sudah sampai," kataku sembari menghentikan langkahku.

"Oh, iya. Baik. Kalau begitu selamat malam. Ah, maksudku sore," kata Myron yang sepeti salah tingkah lalu berbalik pergi begitu saja.

"Selamat sore dan terima kasih," kataku yang melihat punggungnya berlalu pergi.

Memang bukan hal yang mudah mendengar seseorang yang kau percayai menyimpan rahasia yang besar. Apalagi kalau dia berasal dari negeri yang di cap jelek. Aku masuk ke dalam toko yang melayani tamu yang masih tersisa.

Setelah selesai rasanya aku ingin cepat-cepat tidur dan menganggap semua ini hanyalah mimpi. Walau pun sebenarnya aku sangat tahu itu tidak mungkin terjadi. Saat melayani tamu aku berusaha keras untuk mengabaikan pikiranku yang mulai kalut, atau sangat kalut ini.

Akhirnya tamu yang terakhir sudah keluar, Taka langsung membersihkan meja kotor dan melajutkan membersihkan lantai. Sedangkan aku membersihkan etalase roti dan kembali mengingat hal yang ingin aku ingat sama sekali. Aku menghela nafasku. Kira-kira apa yang ada di pikiran Myron ya?

"Melamun lagi." Aku tersentak karena tiba-tiba Taka ada di dekatku. "Lagi-lagi kak Revia memikirkan sesuatu, bahkan sampai menghela nafas," kata Taka yang masih membawa sapu di tangannya.

"Begitu ya? Uhm, sekarang ini isi pikiranku bertambah dan semakin bertambah," kataku sambil menenggelamkan kepalaku di kedua lengan.

"Memangnya apa yang sedang kakak pikirkan?" tanya Taka.

Aku kembali mengangkat kepalaku dan melihat Taka. Di pikiranku terus memilih antara aku memberitahu kepadanya atau tidak. Saat aku masih berpikir tiba-tiba saja pintu toko terbuka lebar dengan cepat.

BRAK!!

Aku langsung menegakkan tubuhku untuk melihat siapa yang masuk walau papan di depan sudah bertuliskan tutup. Seseorang menunduk dengan nafas yang panjang-pendek. Tak lama ia menaikan wajahnya dan terlihatlah Myron yang langsung menunjukkan kertas di tangannya.

"Ini ... ini jawabannya," kata Myron dengan nafas yang msasih terengah-engah.

Aku bingung dengan maksud perkataannya, jadi aku berjalan mendekatinya. Tanganku mengambil kertas yang ada di tangannya.

"Itu jawaban yang ada di halaman belakang. Sekaligus jawaban mengapa negara ini tidak, maksudku, bertahan untuk berdiri sendiri," kata Myron dengan tatapan serius.

"Buku, buku harian itu maksudmu?" tanyaku tidak percaya yang dibalas dengan anggukan oleh Myron.

Mataku mulai membaca kertas itu dan tak percaya dengan apa dengan deretan tulisan di kertas.

______________--------_________________--------_______________

tanggal xx, bulan xx tahun x20

Kami mengalami kebangkrutan. Ini adalah masa-masa sulit yang tak pernah aku pikirkan. Memang selama ini aku sudah memikirkan hal terburuk yang pernah ada, yang tidak terpikirkan bahwa ancaman yang ada lebih besar lagi. Ditambah Elizar kini datang dengan senyuman menyebalkannya. Mau tidak mau aku harus menerima bantuannya karena ini adalah negara kecil yang baru melewati musibah. Entah apa yang akan terjadi nantinya, aku hanya berharap rakyat dan keturunan bisa hidup dengan damai.

tanggal xx, bulan xx tahun x24

DIA MENIPUKU!! SUDAH AKU DUGA IA TIDAK BAIK!!
Rakyatku tidak boleh tahu hal ini! Mereka tidak perlu memikirkan hal ini lebih lagi. Cukup aku saja yang merasakan hal ini. Walau pun aku tahu mereka bersungut-sungut karena pajak yang tinggi. Maafkan aku. Kalian sudah berjuang keras.
Ini demi rakyatku. Hanya demi mereka. Untuk masa depan, maka aku harus melakukan hal ini. Maafkan aku.

tanggal xx, bulan xx tahun x25

AKU TIDAK PERCAYA DIA MENGGUNAKAN KAKAKKU SEBAGAI ANCAMAN! APA DIA SUDAH TIDAK WARAS?!
Tidak mungkin aku memohon kembali kepada kakak. Tidak jika bukan karena dia! Aku akan melakukannya sendiri. Kakak tidak boleh terkena hal ini. Ini adalah urusanku. Tidak boleh ada yang tahu. Walau pun itu artinya aku harus membuat mereka membenci kakak. Apa pun aku lakukan, tanpa perlu melibatkan mereka semua.

______________--------_________________--------_______________

Aku cukup tercengang membaca kertas yang ada di tanganku. Walau hanya negara baru, ia sudah berjuang dengan keras.

Tiba-tiba aku memikirkan sesuatu dan melihat Myron yang masih ada di depanku.

"Kenapa? Kau sudah selesai membaca?" tanya Myron bingung.

Aku mengangguk. "Ada yang mengganggu pikiranku."

"Apa itu?" tanya Myron.

"Si Elizar, mengapa ia ingin menghancurkan negara ini? Memangnya dia punya dendam?" tanyaku bingung.

"Apa ia ingin menguasai kerajaan ini dan sebelah karena luasnya?" tebak Myron.

"Apakah itu selalu menjadi masalah setiap kerajaan?" tanyaku sambil melirik Myron.

"Kalau tidak ada surat damai, hal itu akan terus berlanjut. Tetapi Elizar di sini bukanlah orang yang baik," kata Myron yang berjalan di sampingku sambil melihat kertas di tanganku.

"Apa aku boleh tetap di sini?" tanya Taka yang membuatku menoleh ke arahnya.

"Kau boleh kok tetap di sini dan ikut dalam pembicaraan. Lagi pula kau penolongku satu-satunya," kataku tersenum senang.

Akhirnya aku, Myron, dan Taka duduk di salah satu meja dengan kertas tadi di tengahnya. Kami duduk diam dalam hening sejenak, sebelum Myron bersuara.

"Kau mengatakan bahwa tugasmu untuk menyelamatkan negaramu?" tanya Myron yang aku balas anggukan.

"Apa ... maksudnya?" tanya Taka sambil melihatku.

"Taka," panggilku pelan. "Aku bukan berasal dari negara ini. Aku datang dengan misi untuk menyelamatkan negara asalku dari kehancuran. Maafkan aku menyembunyikan hal ini," kataku sendu.

"Negara mana?" tanya Taka.

"Negara sebelah. Entah kalian menyebut negara itu dengan sebutan apa," kataku mencoba menyiapkan diri dengan balasan Taka.

"Lalu apa yang kalian lakukan dengan kertas ini?" tanya Taka yang mulai mengambil kertas di tengah meja.

"Kau tidak kaget?!" seruku yang hampir berdiri.

"Sejujurnya aku cukup kaget tetapi selama ini aku bekerja dengan kakak dan tidak ada masalah. Sedangkan di dalam negeri ini juga banyak orang jahat, jadi tidak ada bedanya dengan di luar sana," kata Taka yang membuatku terharu.

Aku tersenyum senang lalu kembali melihat kertas di atas meja. "Apa ada yang tahu si Elizar ini melakukan apa?" tanyaku sambil melihat Myron dan Taka bergantian.

"Sesuatu yang berkaitan dengan rakyat?" tebak Taka.

"Rakyat? Beliau memang sangat memikirkan rakyatnya, tetapi apa yang dilakukan oleh Elizar?" tanya Myron.

"Myron, apa menurutmu yang paling fatal jika berkaitan dengan rakyat?" tanyaku melihat Myron.

"Hm, bisa menyandra rakyat yang akan menjadi budak, membunuh rakyat satu per satu, semuanya disekitar itu. Ada juga yang memberi racun pada air atau tanah agar tumbuhan, hewan, bahkan rakyat keracunan," jelas Myron.

"Baiklah, anggap saja begitu. Sayangnya beliau tidak mengatakan secara langsung apa yang terjadi. Jadi kita hanya bisa menebak-nebak. Rasanya aku ingin masuk ke negara sana," kataku pelan pada kalimat terakhir.

"Revia!" seru Myron sambil memukul meja yang membuatku melompat kecil. "Jangan sekali-kali kau melakukan hal seperti itu," kata Myron dengan amarah.

"Tetapi aku tidak bisa berdiam diri!" seruku sambil berdiri. "Negaraku dalam bahaya dan negara ini yang disalahkan. Mereka tidak tahu apa-apa dan aku diutus untuk meluruskan hal ini. Hal itu membuatku tak bisa berdiam diri," kataku perlahan.

"Tetapi apa itu artinya kau harus melakukan hal berbahaya?" tanya Myron sengan nada sendu.

Aku menutup mataku perlahan, menenangkan diri. "Iya," kataku menatapnya serius.

Myron menghembuskan nafasnya dan kembali duduk. "Walau pun aku melarangmu keras tetap akan kau lakukan bukan?" tanya Myron.

Aku kembali duduk dengan senyuman kecil. "Terima kasih."

"Aku dengar katanya di negara kakak lebih mementingkan sihir," kata Taka.

"Iya, entah mengapa di sini aku hampir tidak melihat orang yang menggunakan sihir. Sedangkan di negara asalku hampir semuanya menggunakan sihir dalam kehidupan sehari-hari. Walau ada juga yang tidak bisa menggunakan sihir," kataku sambil mengingat-ingat.

"Lalu, apa sihirmu?" tanya Myron penasaran.

"Sebenarnya aku cukup ragu jika di bilang sebagai sihir, tetapi ...." Aku menunjukkan sayapku. Ada perasaan lega setelah membuka kembali sayap ini.

Mataku melihat Taka dan Myron yang terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka, ke arahku. Sebenarnya aku cukup malu melihat ekspresi mereka.

"Indah sekali," kata Taka masih dengan ekspresi yang sama.

"Terima kasih, aku belum pernah melihat siapa pun yang mempunyai sihir atau kekuatan yang sama," kataku sambil melihat sayapku sendiri.

"Satu pun?" tanya Taka tak percaya.

Aku menjawab dengan gelengan. Mataku melihat Myron yang masih belum berbicara. Tak lama kemudian ia tersadar, ia mengedipkan matanya dan mengembalikan ekspresi mukanya.

"Apakah aneh melihat ini?" tanyaku perlahan.

Myron menggeleng. "Cantik kok," katanya sambil memalingkan wajahnya. Entah mengapa aku bisa melihat warna merah pada telinganya.

"Terima kasih," kataku sambil tersenyum dan Myron kembali melihatku dengan ekspresi yang mulai normal.

"Ada hal lain lagi yang belum kau beri tahu?" tanya Myron.

"Sudah semua aku rasa, ah, selain Ethan adalah naga," kataku sambil melihat Ethan yang sedari tadi ada di sampingku.

"Woof!" Ethan berseru ceria dengan ekor yang bergoyang.

"Apa?!" seru Myron dan Taka bersamaan.

.
.
.
.
.
.

AKHIRNYA.... SE-LE-SAI!!!!

Setelah berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu memikirkan konflik yang ada di cerita ini. Yah memikirkan ini sudah mencapai angka 24, mungkin selesai 30'an??

Lebih lama dari pada dugaanku deh :v

Untuk selanjutnya saya usahakan lebih cepat, karena saya sudah merangkum konflik yang akan terjadi. Semoga saja tidak mandep lagi haha......

See you next chapie~

-(22/10/2019)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro