😥10. Anak Mami😥

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jangan mempertahankan ego. Saat kamu sudah kehilangan, baru kamu merasakan bagaimana pahitnya penyesalan."

-Ren-

_____


Sagitta membuka matanya dengan perlahan. Yang pertama kali ia lihat adalah sosok sempurna dengan pahatan yang indah. Tanpa sadar, ia tersenyum dan hendak menyentuh wajah itu.

"Weis!!"

Ren menepis tangan Sagitta yang hendak menyentuhnya. Sagitta kaget sehingga ia sadar dengan apa yang dilakukannya. Buru-buru wanita itu berdiri tegap dengan gugup.

"Pagi-pagi udah nonton drama Korea, mantul bener ...," celetuk Hani yang sedang duduk bersila di atas sofa. Ia bahkan mesem-mesem sendiri seperti orang gila. Sagitta menatap Hani dengan tatapan tajam.

"Malah bengong! Kamu ngapain? Mau kasih saya jampi-jampi kamu lagi? Saya udah sembuh!" seru Ren membuat Sagitta kembali menatapnya dengan cengiran.

"Bapak udah bangun, saya buatin bubur, ya," alih Sagitta hendak keluar dari kamar sang bos, tapi Ren segera menahan tangannya.

"Saya mau minta tanggung jawab!" ujar Ren membuat Sagitta memutar bola matanya dengan malas. Bosnya selalu meminta tanggung jawab darinya. Dinikahin baru tahu rasa.

"Apalagi, sih?" tanya Sagitta mulai jengkel.

Ren bangkit dari baringannya dan memposisikan tubuhnya duduk di atas ranjang. Ia lalu memindahkan rambut di depan keningnya. Sagitta meringis begitu melihat kening Ren yang berwarna merah.

"Ini kerjaan kamu, kan?"

*Flashback*

Sagitta bingung bagaimana cara membawa Ren pulang. Ia tidak bisa menyetir mobil karena trauma akan kejadian dua tahun yang lalu.

"Minta bantuan abang ganteng aja," saran Hani. Sagitta mencoba mengingat lelaki yang dimaksud Hani dan akhirnya ia tahu bahwa lelaki itu adalah Sean, sahabat bosnya.

Dengan antusias, Sagitta kembali merogoh saku jas Ren. Kali ini dia tidak mendapati benda yang diinginkannya.

Bingung. Akhirnya Sagitta menelpon bosnya untuk mencari tahu dimana handphone sang bos. Dering telpon terdengar jelas berada di dekatnya. Ternyata berada di saku celana sang bos.

Sagitta kembali bingung, bagaimana cara mengambil handphone si bos. Percuma ia membangunkan si bos, lelaki itu terlalu lemah hanya untuk membuka matanya.

Dengan perasaan gugup, Sagitta mencoba meraih handphone sang bos. Hanya saja ia merasa kurang nyaman saat harus melewati tubuh Ren. Hembusan napas yang terasa panas dari Ren bahkan menerpa wajahnya.

Akhirnya usaha Sagitta tidak sia-sia. Ia pun segera menelpon Sean dan menyuruh lelaki itu menjemput mereka.

Jangan kira Sean akan dengan senang hati menjemput mereka. Ia kesal ditelepon saat dirinya tengah bermimpi indah. Belum lagi harus berangkat jauh-jauh hanya untuk mengantar Ren sakit. Untung Sean masih bersimpati pada Ren. Walau bagaimana pun dia adalah sahabat Ren.

Selain itu, Sean beberapa kali harus menyembunyikan gerutuannya karena ia tahu bahwa Sagitta bisa saja memanggil hantu-hantu untuk mengancamnya jika ia menolak. Tidak tahu dia bahwa sepanjang perjalanan, Hani terus mencium pipinya.

Sagitta memaksa Sean untuk menjaga Ren yang sakit, tapi dia beralasan dipanggil orangtuanya untuk pulang. Padahal ia sengaja melakukannya karena ia tidak bisa menjaga orang sakit. Bisa-bisa Ren mati sebelum waktunya.

Lagipula Ren jarang sakit seperti ini. Atau memang ia tidak tahu jika Ren sakit? Kerjaannya hanya menganggu Ren. Pikirkan saja sahabat macam apa itu.

Akhirnya ia meninggalkan Ren agar dirawat oleh Sagitta. Katanya, Sagitta lebih berhak melakukan itu. Selain karena ia sekretaris Ren, ia juga berperan sebagai tetangga Ren.

Setelah menyeret Ren hingga ke dalam kamar, ia pun mengempaskan bosnya begitu saja di atas ranjang. Tenang saja, Ren tidak akan remuk, kok. Sagitta masih punya hati nurani dengan menjaga Ren semalaman. Ia bahkan berulang kali mengompres kening Ren.

Hanya saja, tengah-tengah malam ia dikejutkan dengan racauan Ren. Lelaki itu terlihat berkeringat. Sepertinya ia bermimpi buruk. Berulangkali ia membangunkan Ren, tapi lelaki itu tidak bangun juga.

Gelisah, Sagitta akhirnya menemukan cara agar Ren bangun. Ia pun mengangkat tangannya ke atas dan ....

Plak! Plak! Plak!

Berulangkali Sagitta menepuk kening Ren dengan keras. Alhasil, Ren akhirnya membuka mata. Nahasnya, saat itu Sagitta mendaratkan pukulan yang lebih keras dari sebelumnya sehingga Ren kembali menutup matanya.

*Flashback End*

Sagitta menyengir mengingat kejadian semalam. Lagian dia hanya membantu Ren agar terbangun dari mimpi buruknya. Sagitta tahu bagaimana mengerikannya jika terjebak dalam mimpi buruk. Karena ia sering mengalaminya.

"Maaf, Pak. Itu 'kan demi kebaikan Bapak juga," bela Sagitta tidak mau disalahkan. Ren memanyunkan bibirnya kesal. Wuih ... kissable!

"Pokoknya saya enggak mau tahu! Kamu harus tanggung jawab deng--"

"Pantes. Udah nggak panas lagi ternyata," sindir Sagitta memotong omelan Ren setelah tangannya menyentuh kening Ren. Lelaki itu terkesiap dan menepis tangan Sagitta dengan kasar.

"Jangan pegang-pegang! Saya risih!" cegah Ren saat Sagitta hendak kembali menyentuhnya.

"Kapan romantisnya, sih? Penonton kecewa," keluh Hani tiba-tiba melayang ke arah kedua orang yang sedang bertengkar itu.

Dengan senyuman jahil, ia pun mendorong punggung Sagitta hingga wanita itu hilang keseimbangan. Ren melebarkan matanya saat kepala Sagitta menubruk keningnya. Makin merah, deh!

"Ya ampun, Garren! Kamu lagi ngapain, hah?!"

Ren dan Sagitta sama-sama mengalihkan pandangan mereka ke depan pintu kamar. Di sana telah berdiri Ibunda Kanjeng Ratu dengan mulut yang menganga lebar.

Sial! Tertangkap basah.

***

Farah menatap sepasang manusia di depannya dengan tatapan mengintimidasi. Dia tidak yakin dengan ucapan putranya yang terus mengatakan bahwa apa yang ia lihat di kamar adalah kesalahpahaman.

"Saya sekretaris Pak Bos Ren, Tan. Tadi itu nggak sengaja kejedot dahi Pak Bos Ren. Saya juga tinggal di apartemen sebelah, kok. Kalau Pak Bos Ren nggak sakit, saya juga nggak ada di sini," jelas Sagitta mencoba meluruskan kesalahpahaman.

"Apa? Sakit!" heboh Farah seolah Ren sakit adalah sesuatu hal yang langka. Percayalah, Farah termasuk ibu-ibu rempong yang suka membesarkan sesuatu.

Sagitta memutar bola mata dengan malas tatkala Farah menghampiri Ren dan mengelus wajah putranya dengan raut wajah khawatir.

"Kamu sakit apa, Sayang?" tanya Farah seraya memeriksa tubuh anaknya.

"Demam, Mi. Terus kan Mi, Ren lagi sakit malah dianiaya sama dia. Lihat nih, dahi Ren," adu Ren dengan nada manja.

What? Bosnya ternyata anak mami. Tidak terlalu mengejutkan, sih. Hanya saja, bisakah lelaki itu bersikap layaknya lelaki dewasa normal?

Farah memeriksa kening putranya yang memerah akibat Sagitta. Di ujung ruangan, Hani cekikikan. Sedangkan Sagitta hanya menyengir kuda saat Farah menatapnya tajam.

"Dasar Pak Bos gak tahu diri! Udah dibantuin rawat semalam malah diaduin yang nggak-nggak. Memangnya sejak kapan aku menganiayanya?" gerutu Sagitta pelan.

Hani mendengar gerutuan Sagitta dan duduk di sebelahnya. "Rea, Pak Bos emang gak ada kapok-kapoknya, ya?" tanya Hani dengan nada kesal.

Sagitta langsung menghunuskan tatapan tajam pada Hani. Kesalahpahaman ini terjadi karena Hani. Sagitta tahu bahwa yang mendorongnya adalah Hani.

"Ngapain kamu dorong aku?" tanya Sagitta dengan nada kesal. Hani menyengir.

"Abis monoton banget drama live-nya. Aku 'kan mau liat adegan plus-plus," aku Hani membuat Sagitta berang. Hani pasti mencoba membuatnya mencium Ren. Dasar hantu kurang ajar!

"Nah 'kan, nah 'kan. Lihat tuh, Mi. Dia ngomong sendiri. Bayangin anak Mami selalu kerja sama cewek abnormal kayak dia," tuding Ren membuat Sagitta tidak jadi mengomel pada Hani. Hani menghela napas lega karena terselamatkan. Sebelum Sagitta berubah menjadi wanita ganas, ia pun segera menghilang entah kemana.

"Kalau kamu nggak mau dia kerja sama kamu ya dipecat aja," sahut Farah dengan nada santai.

Sagitta melebarkan matanya. Dipecat? Oh tidak bisa. Enak saja Sagitta dijelek-jelekkan. Awas saja jika Ren memecatnya. Seketika Ren menundukkan kepalanya saat Sagitta sesekali menatapnya. Percayalah, tatapan itu tanda bahaya.

"Eugh ... tapi kerjanya bagus, kok, Mi. Dia yang mencetus ide Ghosty Fun," ujar Ren dengan nada tidak ikhlas. Sagitta akhirnya melebarkan senyumnya saat melihat wajah Farah yang semringah.

"Oh, ya?" Farah berpindah tempat di sebelah Sagitta. "Berarti kamu pasti tahu rahasia Ren yang takut hantu, 'kan? Kamu berhasil buat dia jadi pemberani?" tanya Farah antusias. Sagitta mengernyitkan keningnya tanda bingung.

"Ren itu paling antisipasi dengan hal-hal berbau mistis. Saya sangat kaget saat mendengar CASSIOPEIA akan mengeluarkan produk berbahan baku Jasmine. Selama ini saya sangat suka aroma Jasmine, tapi karena CASSIOPEIA tidak mengeluarkan produk itu, jadi saya membeli produk dari perusahaan lain," ujar Farah panjang lebar.

"Mami pengkhianat!" celetuk Ren tidak menyangka bahwa sang ibu ternyata lebih memilih parfum dari perusahaan lain.

"Diem kamu!" bentak Farah membuat Ren menundukkan kepalanya dengan takut. Sagitta ingin tertawa keras, tapi karena ada ibunda ratu ia pun mengurungkan niatnya.

"Jadi, apa alasan yang membuat Ren menerima ide kamu? Saya yakin Ren bukan orang yang mudah menerima keputusan orang lain jika ia tidak menyukainya. Apa dia jatuh cinta sama kamu?" cecar Farah dengan nada semangat. Ren melebarkan matanya dan hendak menyanggah, tapi Farah langsung melotot padanya. Mau tidak mau, ia kembali diam.

"Iya, Pak Bos sudah jatuh cinta sama saya. Sayangnya saya enggak," sahut Sagitta dengan tatapan mengejek ke arah Ren. Lelaki itu melongo mendengar ucapan Sagitta.

"Wah, nggak heran, sih. Kesan pertama orang lain jika mengenal Ren adalah Garren Argon Granitama yang terlihat sempurna. Tapi jika kamu melihat bagaimana aslinya, kamu juga akan berpikir berkali-kali untuk jatuh cinta sama dia," tutur Farah menjelek-jelekkan putranya.

Kali ini Sagitta tidak menahan tawanya. Ia bahkan berani memeletkan lidahnya pada sang bos di depan Ibu Kanjeng Ratu. Sedangkan wajah Ren sudah merah padam karena malu.

Sekarang ibunya bahkan sudah berpihak pada Sagitta. Hancur sudah keinginan Ren untuk jauh-jauh dari Sagitta. Seharusnya ia tidak perlu mengatakan bahwa Sagitta pencetus ide Ghosty Fun.

"Mami ngapain sih ke sini?" dengus Ren kesal. Jika ibunya datang hanya untuk membela Sagitta maka lebih baik tidak perlu datang. Ia kesal ibunya diboikot oleh Sagitta. Lihatlah senyum lebar Sagitta, semakin menganiaya batinnya.

"Kamu nggak suka Mami datang? Biar apa? Biar berduaan aja sama sekretaris kamu? Dasar bucin!" marah Farah tidak menyangka ucapan putranya.

"Mami kok nuduh gitu?" ngambek Ren. Kenapa jadi tambah runyam begini? Ia tidak berniat untuk mengusir Farah agar berduaan dengan Sagitta. Bahkan lebih baik Sagitta yang menjauh darinya.

"Mami nggak mau tahu! Mami kesel! Kamu anak durhaka! Padahal Mami cuma ngunjungin kamu sakit, kata Sean," gerutu Farah pura-pura marah.

"Jadi Mami pasti tahu dong kalau Sagitta rawat Ren?" tanya Ren merasa ada yang ganjil dengan ucapan Farah.

"Siapa Sagitta?"

"Saya, Tante. Nama saya Sagitta Reananda Larissa, Tante," sela Sagitta.

"Mami, kalau Mami tahu ada Sagitta kenapa pura-pura marah?" cecar Ren belum puas.

Farah terlihat salah tingkah. Tentu saja ia tahu mengenai keberadaan Sagitta di apartemen anaknya lewat berita dari Sean. Ia hanya ingin melihat sejauh mana hubungan keduanya. Sedikit kecewa karena Sagitta tidak menyukai putranya. Farah jadi menyesal memiliki Ren. Padahal ia ingin memiliki cucu dari anak semata wayangnya.

"Mami ada arisan, udah telat. Karena kamu udah sembuh, jadi Mami pulang dulu, ya?" Pamit Farah mengambil tas bermereknya di atas meja lalu berjalan tergesa-gesa menuju pintu.

"Tapi, Mi ...." Ren merasa tidak rela saat Farah memilih cepat pulang. Padahal ia ingin bermanja dengan sang ibu.

Sagitta mengantar Farah sampai keluar dari apartemen Ren. Sementara itu, Ren ngambek di ruang tamu.

"Tan--"

"Panggil Mommy aja, ya?" pinta Farah memotong ucapan Sagitta. Wanita itu mengangguk.

"Kamu istimewa. Jadi tolong bantu Mommy," ujar Farah dengan nada sendu. Sagitta langsung mengangguk cepat.

"Jatuh cintalah pada Ren. Saya tahu itu berat. Tapi kasihan kalau dia jadi perjaka tua. Susah hadapin dia. Please," pinta Sagitta melebarkan matanya. Sejurus kemudian Sagitta mendengus.

"Saya udah dikutuk jatuh cinta sama Pak Ren, tinggal nunggu makan hati aja."

***
Tbc

Note:
Nah loh. Udah dikutuk dong wkwk


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro