16. Losing My Mind

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

“Cinta itu sebenarnya simpel asal kamu tahu cara penggunaannya.”

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)


Uang menipis, hati terkikis, hingga dosen yang menjulidinya dengan sinis. Lengkap sudah penderitaan minggu ini. Di saat kondisi kritis seperti ini, tak ada yang membutuhkan jasa matchmaker-nya. Mencari pekerjaan sampingan pun tidak ada lowongan. Satu-satunya cara adalah dengan menjual lukisan. Sayang, belum ada yang berminat. Akhirnya, ia harus mengutang pada sahabat yang menjengkelkan itu.

“Nye, jangan lupa bayar utang, ya. Mekdi selama sebulan penuh sebagai bunga!”

Kan kampret!

Anyelir ingin sekali berlari ke arah gadis itu dan menjitaknya habis-habisan. Sayangnya ia tidak bisa menyerbu gadis itu karena ia tidak mungkin keluar dari kamar kos dengan handuk. Bisa-bisa handuknya melorot dan memberi tontonan baru untuk anak kos lain.

Perihal mandi, sebenarnya Anyelir tidak mau melakukannya. Berbeda dengan Restika--setelah mendapat kabar dari teman angkatannya, langsung meluncur ke kamar mandi. Katanya ia punya acara mendadak. Sedangkan Anyelir --terpaksa-- mandi karena bahan pewarna yang menggores kulitnya.

Jangan lupakan omelan Restika karena cat-cat yang tak berdosa itu mengotori lantai. Itu ulahnya. Inilah sebabnya mengapa ia jarang melukis di indekos. Seketika hasrat ingin memiliki studio sendiri kembali menggelora.

Seperginya Restika dari kamar, menyisakan keheningan. Tak heran, anak-anak indekos lainnya juga pasti sudah pergi. Me-refresh otak mereka yang sempat berasap selama enam hari sebelumnya.

Merasa tidak memiliki kepentingan, bosan yang menyerang, Anyelir memilih rebahan di kasur. Meraih handphone untuk mengisi kekosongan. Selain aplikasi Whatsapp, Instagram dan Twitter pun ia jelajahi. Memanjakan mata dengan objek yang disebut 'cogan'.

Tidak peduli dengan rambut yang membasahi seprai. Nikmat rebahan mengatasi segalanya. Sempat berguling beberapa kali--dengan tawa cekikikan-- karena melihat video viral yang lucu--menurutnya. Namun, sebuah notifikasi memadamkan tawanya.

~Antariksa

Lo di mana? Gue udah nungguin di mall beberapa menit yang lalu.

Anyelir mengernyit. Antariksa tidak salah menghubungi orang, kan? Memilih mengabaikan pesan Whatsapp tersebut, ia kembali beralih ke akun Instagram-nya.

Namun, baru beberapa detik kemudian, Antariksa malah meneleponnya. Diabaikan beberapa kali, lelaki itu tetap belum menyerah. Kesal, akhirnya Anyelir menggeser ikon berwarna hijau. Menerima panggilan.

"Maaf nomor yang anda tuju sedang di luar jang--"

"Enggak usah jadi mbak-mbak operator, ya. Buruan ke sini!"

Anyelir menjauhkan handphone-nya. Lelaki itu begitu ganas hingga meneriakinya seperti itu. Salahnya di mana?

"Apaan, sih? Nelpon marah-marah. Salah sambung kali lo. Ini gue Anye--"

"Anyelir Sweetenia Lovata. Gue tahu nama lo."

Mengusap dada, ia tidak tahu apa yang merasuki Antariksa hingga seperti itu. Lelaki itu bahkan seenaknya saja memotong pembicaraan orang lain. Bad attitude!

"Santai dong,Bambang. Apaan sih rese amat. Nge-date yang bener sono," decak Anyelir. Kali ini ia beringsut turun dari kasur, berjalan ke lemarinya dan berkaca di depan cermin.

"Nah, justru itu. Lo datang ke sini. Mau nyomblangin kok seperempat. Buruan, bentar lagi Stefanye datang."

Ini satu lagi. Pemaksaan. Antariksa yang berkencan dengan Stefanye. Kenapa juga ia harus ikut? Ia rasa Antariksa tidak sebodoh itu untuk merencanakan kencan hebatnya. Lagipula ia membantu Antariksa untuk mendapat kesempatan berdua dengan Stefanye. Lelaki itu memang menyebalkan!

"Plis, deh. Gue masih kerja. Lo tahu kan kalau gu--"

"Gue bayar. Kali ini."

Seculas senyum terbit. Anyelir mulai tertarik dengan pembahasan ini. Uang memang segalanya, bukan?

"Berapa?"

Walau agak gengsi, Anyelir harus tahu berapa tarif yang ditawarkan Antariksa. Kesempatan bagus untuk mengumpulkan isi rekeningnya.

"Sesuai kinerja lo. Di atas 200 ribu, gimana?"

"Oke. Gue siap-siap. Share loc."

Dua ratus ribu, tidak perlu pikir ulang. Uang sejumlah itu setidaknya bisa menjamin beberapa harinya. Atau bisa ia gunakan untuk simpanan selanjutnya. Untuk bayar hutang Restika, tungga ia kaya saja. Hehehe.

Tanpa basa-basi, ia mematikan telepon sepihak. Melempar benda pipih di kasur, lalu membuka pintu lemari lebar-lebar. Tak perlu waktu lama. Kaos hitam bertuliskan "Love = Home" dengan paduan riped jeans selesai dikenakannya. Mengikat rambut pendeknya dan memoles bedak secara asal. Tidak lupa memakai liptint milik Restika. Ingatkan dia untuk mengatakannya nanti.

Dengan sepatu berwarna putih ditambah tas punggung berwarna merah muda milik Restika--pada beberapa barang, ia menganut paham 'milik teman adalah milik kita juga'. Oke, abaikan.

Ia memesan ojek online, sekalian mengecek lokasi yang dikirimkan Antariksa beberapa menit yang lalu. Berbekal uang pas-pasan, ia sudah siap untuk 'bekerja'!

***

"Beliin popcorn dan pepsi sana. Biar gue yang pesenin tiketnya."

Dan akhirnya inilah yang terjadi. Jadi babu, ternyata. Dengan wajah kesal, Anyelir memutar balik tubuhnya, membeli pesanan yang diinginkan Antariksa.

Lelaki pembual bermulut besar itu telah menipunya habis-habisan. Padahal janji kencan Antariksa dan Stefanye pada jam 13.00 WIB, tetapi ia harus menemani lelaki itu untuk dua jam yang lalu. Untungnya lelaki itu mau menanggung makan siangnya, jika tidak, ia pastikan untuk membuat lelaki itu menyesali perbuatannya.

Katanya, Stefanye sedang dalam perjalanan. Tugasnya dalam kencan itu adalah untuk menjadi pemisah antara Stefanye dan Baskara. Sungguh miris, Antariksa mengajak Stefanye kencan, tetapi Baskara malau ikut dengan dalih mengantar gadis itu. Ia tidak ingin berkepo ria perihal bagaimana sejarahnya Baskara mengantar Stefanye. Yang pasti, ia ditugaskan mengawasi Baskara agar tidak menganggu kencan keduanya. Dalam arti, bersedia menjadi pasangan Baskara hari ini.

Ingin menangis rasanya ketika ia harus membawa dua cup popcorn porsi besar dan empat cup minuman.

Namun, tak disangka-sangka, Baskara malah muncul. Mengambil dua cup popcorn dan menyisakan minuman-minuman tersebut untuk dibawa oleh Anyelir.

"Kalau butuh bantuan, bilang aja."

Bolehkah Anyelir meleleh? Baper? Bolehkah? Bolehkah?

"Padahal enggak perlu repot-repot."

Masih saja ia jual mahal. Lantas Baskara hanya memberinya sebuah senyuman manis. Keduanya berjalan bersisian, menuju pasangan yang menunggu mereka di depan pintu masuk.

"Jadi nonton film apa?" tanya Baskara.

"Kuntilanak," sahut Antariksa dengan ketus.

Jika tidak salah, wajah Baskara menjadi pucat pasi. Sebuah senyuman sinis tercetak di bibir Antariksa. Sementara itu, wajah Stefanye malah menyiratkan kekhawatiran. Dugaannya, Baskara takut film hantu, benar 'kan?

"Kamu yakin, Bas?" tanya Stefanye.

"Kamu pasti pengen nonton itu 'kan? Aku baik-baik aja."

Antariksa mendecih, menarik tangan Stefanye. Mendahului Anyelir dan Baskara. Tidak mau ketinggalan, Anyelir ikut menyusul dengan menarik lengan Baskara.

Mereka tiba di dalam dan mencari kursinya masing-masing. Mereka duduk di tempatnya masing-masing. Dimulai posisinya dari Baskara, lalu Anyelir, Antariksa dan berakhir di Stefanye.

Menurut pengamatan, Antariksa memang sengaja menjauhkan Stefanye dan Baskara. Lelaki itu ternyata memiliki kecemburuan tingkat tinggi.

Anyelir mencari posisi yang nyaman, ia berniat untuk tidur selama bioskop ditayangkan. Bukan takut, tapi ia tidak suka menonton film yang sama dua kali. Sebelumnya, ia dan Restika sudah lebih dulu menontonnya.

Suasana menjadi hening, ketika bioskop mulai ditayangkan. Baru saja hendak memejamkan mata, Anyelir dikagetkan dengan dua genggaman sekaligus. Ditolehnya kepala secara bergantian pada kedua lelaki yang mengapitnya. Di sisi kiri, dalam keremangan dapat ia lihat raut wajah Baskara yang tampak ketakutan. Sementara di sisi kanan, raut wajah Antariksa tidak bisa ditebak.

Berusaha melepaskan tangan Antariksa, lelaki itu malah semakin mengeratkan genggamannya. Lalu sebuah bisikan membuat bulu kuduknya meremang.

"Gue juga rada takut sama film hantu. Biarin tangan lo jadi tempat gue menyalurkan ketakutan gue. Gue enggak mau kelihatan lemah di depan cewek."

Dan lo pikir gue bukan cewek?!!

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)


Note:
Maaf ya, telat update karena akhir-akhir ini agak hectic sama kerjaan. Sebagai gantinya, aku double up y. Thanks


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro