-[10] : Dive in the Blue

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •

Mimpi melangit dengat kaki yang membumi

00line

•~~•

"TOBAT LO?!"

"ITU MULUT MINTA DISUMPAHIN EMANG! YANG SOPAN!" Haechan hampir digampar bolak-balik sama Jaehyun , beruntung Jaehyun inget kalau lagi di depan warung nasi kuning mana banyak bocah main game online sambil minum power-F, yang Jeno yakini akan menjadi bahan omel dengan kalimat andalannya 'ES TEROSSSSSSSSSS'.

"Kata Mama, pagi-pagi gak boleh ngamuk pa, nggak barokah"

"Makanya kalian gak usah bikin emosi, biar barokah kaya warung nasi"

"Pa Jamal kesambet hidayah darimana mau nganterin kita?"

Jaehyun menarik nafasnya panjang "Di suruh Yuta"

"Oh kirain ada inisiatif"

"Kalian gak ada inisiatif buat ngurangin kurang ajarnya gitu?"

"Gak ada pa, soalnya belum dikasih mie ayam"

"Cah gemblung!"

"OH SAYA TAU" seru Jaemin seraya menjentikkan jarinya.

"Tau apa?"

"Tau bulat"

"TAHU BODOH TAHUUUUUUUUUUUU" Renjun yang dari tadi cuman ngelamun sambil liatin kucing garong lagi maling bala-bala di sebrang jalan sana akhirnya ikut bersuara.

"Kesel banget hidup gue pagi-pagi udah ketemu makhluk modelan lu pada"

"Bersyukur harusnya Jun, hidup Lo jadi lebih berwarna kaya rainbow cake"

"Kebanyakan warna jadi amburadul gue hampir edan"

Jaehyun kembali memijat pelipisnya dengan lelah.

"Jadi kalian mau saya antar atau diem aja disini jadi patung pancoran?"

"Kayanya kita kalau jadi patung pancoran pasti bawa untung Pa"

"Iya soalnya muka Jeno bawa hoki"

Jaehyun kini membuang wajahnya lelah.

"Weh bre! meragukan kegantengan seorang Jeno dia!"

"Liat pa! Jeno paripurna ganteng setengah modar!"

"Terus saya harus cium jidat Jeno gitu?!"

"Ewh.."

"Serem banget"

"Cih, ini siasat Pa Jepri kan mau ketemu Kakak Cantik"

"Gak usah isengin Yeeun"

"Adeuh adeuh... uhuy Mamang Jamal si lakik gentle"

"Merk sabun cuci baju?"

"Rinso?"

"Bukan, itu produk wardah ada gentle-gentlenya gitu bukan sih pa?"

"BODO AMAT!!" Jaehyun kembali mengusap wajahnya kuat, mencoba untuk menenangkan diri.

Sabar Jae, ini anak orang, Jaehyun membatin, gak ini anak setan.

"Bisa gak? kalau lagi sama saya gak usah ngajak adu mulut gitu?"

Pertanyaan Jaehyun tadi justru membuat keempat anak itu memberikan ekspresi yang sulit untuk Jaehyun jelaskan.

"DOSA PA ALLAHU AKBAR!"

"UDAH GAK BENER NIH SI JAMAL"

"DI AZAB PA JADI BATU!"

"KITA MASIH MAU IDUP PA"

"BUKAN ADU MULUT ITU BOCAH KAMPRET!!!!!!!"

"SUMPAH PA KALAU ADA MASALAH CERITA AJA PA JANGAN GINI"

"EOMMAAAAAAA"

"KITA MASIH SUKA LAWAN JENIS PA JANGAN PAKSA KITA"

Tolong dong! ada yang bawa kapak gak? Mau Jaehyun lempar ke ini anak-anak beruk.

Renjun, Jeno, Haechan dan Jaemin yang ribut tidak jelas menimbulkan tanda tanya dari beberapa tukang dagang yang sedari tadi memperhatikan kelakuan lima makhluk yang masih terus mengoceh.

Ada yang sibuk memperhatikan wajah kelimanya karena beranggapan terlalu ganteng untuk berdiri dengan mulut yang sesekali penuh dengan baso tahu panas yang mereka beli beberapa saat lalu, ada juga yang kini mengenyit ngeri karena tak sengaja mendengar obrolan tidak berguna dari Jaehyun, Renjun, Jeno, Jaemin dan Haechan.

"Kasep-kasep gareuring jelema teh"

"POKOKNYA KALAU KALIAN MASIH MAU BACOT SAYA GAK MAU NGANTERIN KALIAN!"

Seketika Renjun, Jeno, Jaemin dan Haechan menjadi bungkam dan segera memasuki mobil Jaehyun dengan super rusuh.

To : BandarAmerYuta

Bro, kalau besok gue mati stress tolong sampein wasiat yang ada di laci lemari gue ya

•~~•

Jaehyun baru saja membiarkan Renjun, Jaemin, Haechan dan juga Jeno untuk memasuki kamar Taeyong yang masih terlihat sama ketika terakhir kali mereka datang kemari.

"Saya ada urusan sama Yeeun, kalian ngapain aja kek disini terserah, kalau bisa sekalian bersih-bersih, tapi kalau gak mau gak usah"

"Mana sapunya?"

"Pake vakum cleaner aja, ada di lemari bawah deket rak—kalau ada apa-apa bilang"

Jaemin mengacungkan jempolnya yang dibalas dengan anggukan dari Jaehyun sebelum akhirnya tubuh laki-laki itu hilang dibalik pintu, Jeno dan Haechan kini sama-sama berjalan untuk mencari vakum cleaner yang dimaksud Jaehyun tadi, menghampiri sebuah nakas berwarna abu-abu yang memiliki beberapa laci.

"Kaga ada bre!"

"Kata Pa Jaehyun disitu"

"Kaga ada ucokkk! vacum cleaner tah yang bentukannya kaya gajah kan?"

"Gajah?"

"Itu kaya ada moncongan gitu lah naon sih kaga tau aing"

"Belalai pinter"

"Hooh dah itu"

"Mana sini gue liat" Renjun yang gemas sendiri kini menghampiri Haechan dan Jeno yang masih sibuk mencari-cari benda pembersih tersebut, diikuti oleh Jaemin yang berjalan menyusul.

"Awas!—" Teriakan Renjun tadi membuat Jeno menggeser tempatnya, membiarkan tubuh Renjun berjongkok "—Ini?"

Renjun mengacungkan sebuah benda bulat mirip piring yang kalau kata Haechan tebalnya udah mirip kaya kue ulang tahun yang kurang lilin.

"Oh ini gue tau! pernah liat gue di iklan Yutub!" Seru Jaemin yang langsung mengambil benda tersebut dari tangan Renjun, matanya menilik segala bagian dari benda tersebut seraya membolak-balikannya dengan tangan.

"Nah ada tombol on-offnya—Tinggal nyalain"

Dengan senyum yang cerah Jaemin meletakkan benda bulat tersebut dilantai membuat Haechan, Jeno dan Renjun jadi ribut dengan mata yang berbinar, seolah menemukan nasi setelah seminggu berkelana dalam hutan rimba.

"LAH JALAN SENDIRI! GOKILLLLLLLLL"

"WAH PERWUJUDAN TEKNOLOGI MASA DEPAN!"

"YANG GINI NIH YANG HARUS ADA DI KELAS!"

"JEN CUBIT GUE JEN INI PASTI TITIK AWAL BUAT KITA UNTUK MEWUJUDKAN MASA DEPAN YANG CERAH"

"Terharu banget gue" Renjun bahkan sampai berlutut seraya menutup mulutnya dengan tangan secara dramatis.

Secara beberapa lama bersorak tak karuan benda tersebut kini hanya dapat terdiam dipojokkan ruangan membuat keempat anak itu berlari secara bersamaan dengan ekspresi wajah yang panik secara mendadak.

"Loh kok mati?!"

"Elu sih!"

"Gue dari tadi kaga ngapa-ngapain sumpah"

"Hayo loh rusak"

"Gue gak pegang"

"Bukan gue yang nyalain ya"

"Jaem itu rusak gimana woy?"

"Lah kenapa jadi nyalahin gue?!"

"Udah kaga ada sampah cuk" Jeno berucap seraya berjongkok didepan vacum cleaner tersebut, disusul dengan ide cemerlang Renjun yang langsung memegang bahu Haechan penuh dengan keyakinan "Chan! Chan! Upil lo Chan coba jatuhin!"

"Ok—Ok gue coba"

Haechan sempat bingung sebentar tapi tetap mengikuti saran Renjun membuat Jaemin dan Jeno harus mati-matian menahan gelak tawanya.

"Anjayyyyy jalan lagi"

Jaemin sama Jeno yang dari tadi tersiksa menahan tawanya kini memecah suasana dengan gelegar ngakak yang kalau di emoji udah guling-guling sampe nangis, Renjun dan Haechan jadi ikut tertawa ketika mendengar Jaemin sama Jeno ngakak, padahal mereka gak tau apa yang lagi di ngakakin.

Setelah adegan saling menertawai ekspresi wajah yang tak terkontrol satu sama lain, keempat anak itu memilih untuk kembali menyelesaikan pekerjaannya, dengan perut yang udah kaya nahan sakit maag di akhir bulan.

"Nah bersih"

"Gelar karpet coba disono" titah Jaemin yang berujung pada serang sikut antara Haechan dan Renjun yang rebutan untuk menggelar karpet.

"Jen"

"Bawa jurnal Pa Taeyong?"

"Bawa, kenapa?"

"Sini gue pinjem"

"Mau ngapain?"

"Mau baca lah—Jun Chan buru!"

"Kemarin gue sempet baca-baca beberapa lembar dari jurnalnya Pa Taeyong"

"Terus?"

"Kayanya Pa Taeyong sempet bikin-bikin lagu—"

"—Wah?" Haechan mengernyit bingung setelah merapihkan ujung karpet yang Renjun gelar.

"Hooh, ada barcodenya juga"

"Bisa emang? digambar?"

"Ditempel lah, kaga di gambar begitu, ada di lembaran-lembar tengah cari coba"

"Lah iya ada" Ucap Jaemin seraya membuka lembaran yang Jeno maksud

"Setel satu"

"Sini gue coba" Renjun mengeluarkan ponselnya diikuti Jaemin yang mengulurkan buku jurnal yang ia pegang "Yang mana?"

"Pake jampe coba"

"Ya-allah-ma-na ja-wa-ban-yang-be-nar" ucap Renjun seraya menunjuk satu-satu dari beberapa barcode yang tertempel disana "Nah ini—Judulnya Dive in the blue"

"Tentang paan dah?"

"Kaga tau, nyalain aja coba"

https://www.youtube.com/watch?v=LhJo8x2ztlQ

•~~•

Ketika mendung kembali menutupi rangkaian langit siang ini Renjun seolah diwarnai dengan kelipan cahaya baru, ada yang kembali terisi setelah beberapa hari lalu terhempas hilang entah kemana, anak itu ikut untuk duduk lesehan bersama Jaemin dan Jeno yang sedang mengotak-atik kunci gitar berwarna hitam yang awalnya terletak di ujung ruangan.

"PUNTENNNN~ GOPUTTTTTTTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Suara lantang Haechan dibalas dengan lemparan sebuah pulpen yang tepat mendarat pada wajahnya.

"IDUNG GUE! WAH SIALAN LO"

"Haechan—" Jeno menepuk lantai seraya tersenyum "—Shit down"

Perlakuan Jeno tadi membuat Renjun dan Jaemin tergelak, gelak tawa yang semakin keras ketika Haechan menuruti ucapan Jeno.

"Nurut lagi"

"Pinter banget peliharaan gue" Jeno mengelus tengkuk Haechan penuh tenaga.

"Nih, dari Pa Jamal"

"Apaan?"

"Kopi"

"Buset dah udah cosplay bapak-bapak ronda sarungan gue disuguhin kopi"

"Kata Pa Jepri kopi arab gitu lah kaga ngerti gue, siapa tau lo pada agak mancungan lagi kaya orang arab" Haechan membagikan gelas-gelas kopi yang ia bawa kepada Renjun, Jeno dan Jaemin.

"Pa Jamal kemana?"

"Lagi ada urusan sama si Teteh Bidadari,ngobrol gitu lah, serius kayanya"

"Wah Jen kalah gercep lo"

"Tenang Jen, gak dapet teteh bidadari dapet dede kayangan" Renjun merangkul Jeno untuk menyemangati.

"Nyanyi lah bre—nyanyi"

"Lagu apa?"

"Satu nama"

"I-kan atau G-ajah?"

"Ngeri gue makin sini si Jaemin isi kepalanya jadi benyek apa gimana sih?"

"Judul lagu ge Satu nama, gue ngasih tau judul lagu bukan nyuruh lo nyari nama hewan yang cuman punya satu huruf"

"Kebanyakan nyemilin micin kan lo? kata emak gue jangan kebanyakan makan micin nanti bodo"

"Lo sering makan micin Chan?" Renjun menatap Haechan dengan wajah polos.

"Kaga paling diganti pake—"

"Kok Bodo?"

Belum sempat Haechan menyelesaikan ucapannya kini kedua matanya nampak nyalang menatap Renjun yang sedang tersenyum manis.

"Sialan banget ni beruk"

"Eits..gak boleh ngatain nanti sama malaikat dibalikin ke lo—hayo maneh jadi beruk Chan"

"Buruan nyanyi paan?"

"Tadi kan gue udah bilang, satu nama"

"Yang nyanyinya sapa dah kok gue kaga tau?"

"Makanya jangan koplo mulu lo dengerin"

"Weh! Kalau lo hajatan juga pakenya koplo"

"Kaga lah—gue mau pake lagu Bon Jovi"

"Versi gendang?"

"Yoi"

"Sama aja dodol!"

"Yo siap, Lo pada nyanyi biar gue yang main gitar"

"Bentar woy! Gue kaga tau lagunya!"

"Nanti juga Lo inget, kalau lupa santuy kita punya speaker auto bunyi"

"Punya?"

"Haechan"

"Gueee Mulu gue!—lagu naon tadi Jen?"

Jeno memutar bola matanya dengan jengah.

"Satu Nama dari Jeremy"

"Lah, beneran galau maneh?!"

"Lagi pengen lagu itu aja—Ok, satu...dua...tiga"

Jeno mulai memetik senar gitarnya untuk melakukan intro diikuti Haechan dan Renjun yang sudah ancang-ancang untuk mengeluarkan suaranya.

"Mungkinkah aku yang pertama
Untuk mendapatkan hatinya?
Ataukah aku yang kedua
Untuk mendapatkan cintanya?"

Renjun memulai lebih dahulu setelah mendapatkan lirikan batin dari Haechan, sedangkan Jaemin masih mencoba untuk mengingat-ingat lirik selanjutnya.

"Dia yang menentukan
Antara aku (atau dirimu)
Yang t'lah kutunggu lama
Dia jadi milikku"

Haechan menyahut santai, membuat Jaemin membelalakkan matanya, memberikan tanda bahwa ia mengingat lagu apa yang sedang dinyanyikan oleh teman-temannya ini.

"Dia jatuh hati bukan hanya denganku
Ada satu nama selain diriku
Cintaku ini terlalu besar untukmu
Tuhan, tolonglah dirinya jadi milikku"

Di pertengahan lagu, akhirnya Jaemin ikut untuk sama-sama bernyanyi, sesekali diselingi dengan suara berat Jeno yang seolah menjadi penyanyi latar dari harmoni vokal yang dilakukan ketiga anak tersebut.

"Ahay! Galau Mulu ganti-ganti"

"Ngopi Napa ngopi"

"Bawa santuy lah"

"Request-request"

"Gue-gue!"

"Jaemin"

"Adera, Catatan kecil"

"Bentar gue cari chord nya dulu" Jeno meraih ponselnya sejenak, mencari sebuah chord yang akan ia mainkan dari salah satu aplikasi pencarian dalam benda pipih tersebut.

Alisnya mengerut serius selama beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk dan kembali bersiap dengan gitar di pangkuannya.

Jaemin memulai lagu diikuti oleh Renjun dan Haechan secara bergantian.

"Bila dunia membuatmu kecewa
Karna semua cita-citamu tertunda
Percayalah segalanya
Telah diatur semesta
Agar kita mendapatkan yang terindah

Impianmu terbangkanlah tinggi
Tapi slalu pijakkan kaki di bumi
Senyumlah kembali
Bahagiakan hari ini
Buatlah hatimu bersinar lagi"

Rintikan hujan diluar sana kini ikut serta untuk mewarnai wajah tawa keempat anak itu, di temani kebulan asap yang keluar begitu saja dari gelas kopi atau suara petikan gitar yang terdengar begitu menyenangkan menghiasi candaan ringan di antara mereka, seakan kembali mewarnai kelamnya cerita yang telah lalu, baik Renjun, Jeno, Jaemin dan Haechan, keempatnya sama-sama melepaskan sejenak ruang kesendirian yang begitu erat memeluk mereka belakangan ini, menikmati setiap detik untuk rasa bahagia yang terlihat sederhana.

"Bakalan lebih seru kayanya kalau Payong ada disini—iya gak?"

•~~•

Jika saja Jaemin tahu bahwa hidup memang serumit dan seberantakan ini, dia akan bertekad untuk memilih terlahir menjadi ulat saja, oh mungkin jadi kupu-kupu saja? ulat terlalu sering dikatakan sebagai hama. namun kupu-kupu juga memiliki hidup yang terlalu singkat bukan?, Bagaimana jika jadi tanaman saja? tapi tanaman tidak akan pernah bisa pergi dari tanahnya.

Ya, hidup adalah sebuah antagonis paling kejam yang pernah tercipta.

Di antara gemericik hujan yang terdengar begitu tenang disertai bau tanah basah yang dengan ajaibnya mampu mengalihkan suasana ramai yang beberapa saat lalu bergema dalam ruangan ini, keempat anak itu sama-sama terlelap di atas karpet berbulu yang tepat berhadapan pada jendela besar di kamar Taeyong, suasana damai saat ini seakan ikut mengiringi rasa lelah yang telah tertimbun pada hiruk-pikuk dunia mereka belakangan ini.

Jaemin memilih untuk terbangun lebih dahulu, termenung kala suara tetesan air di luar sana begitu menyesakkan untuk dirasakan, seakan mengasihani dirinya yang berlahan dihantam rasa menyedihkan, netra hitamnya beralih memperhatikan ketiga temannya dengan seksama, ada satu pertanyaan yang terlintas begitu saja dalam benaknya kini,

Apa mereka baik-baik saja?

Rasanya terlalu egois, jika Jaemin hanya terus menerus mengutuk kehidupannya sendiri, tanpa menahu jika orang-orang disekitarnya justru sedang merasakan pedihnya cara dunia menguji mereka.

"Sebagian orang bilang, hidup itu adalah sebuah pilihan, sebagian lain berkata hidup itu hanya perlu dinikmati"

"..."

"Ada yang malam ini sedang menangis hampir gila dengan merutuki dunia, ada juga yang sedang tersenyum penuh syukur dengan apa yang dunia beri padanya malam ini"

"..."

"Kamu tau Jaemin, terkadang memang harus ada sebuah hal menyedihkan disetiap cerita bahagia, dan akan selalau ada cerita bahagia untuk akhir yang menyedihkan"

Jaemin mengangguk.

"Kita membuat pilihan, dan memang harus kembali menikmati riuhnya dunia, agar kita mampu untuk belajar, logika manusia itu luar biasa, tapi yang kamu lihat, hati mereka tidak pernah berhati-hati"

"..."

"Paham apa maksud saya?"

Jaemin kembali tersenyum miris, setiap ceramah yang Taeyong berikan akan selalu berujung kepada sebuah pertanyaan yang sama

'Paham apa maksud saya?',

Satu pertanyaan yang justru memaksa kepalanya untuk kembali berpikir dan menimbulkan ribuan pertanyaan lain yang hanya mampu berputar-putar dalam benaknya, tanpa satupun jawaban yang dapat ia temukan.

Anak itu terkekeh kala menatap Haechan yang merubah posisi tidurnya membuat tubuh mungil Renjun seakan tertutup habis dengan kedua tubuh bongsor Jeno dan Haechan.

Apa bahu Haechan masih kokoh seperti biasanya?

Apa Jeno masih akan selalu memperlihatkan garis lengkung di matanya?

Atau Apakah Renjun masih bisa berdiri tegak setelah dibanting berkali-kali?

Jaemin berjalan pelan melewati tubuh ketiga temannya untuk berdiri di depan deretan foto polaroid yang pada saat itu Jaemin tatap dengan begitu lekat, tangannya terulur untuk mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya, anak itu meraih sebuah spidol hitam sebelum akhirnya menuliskan sesuatu di atas foto tersebut.

Foto yang menunjukkan wajah ceria Renjun, Jeno, Jaemin dan Haechan yang sedang mengapit tubuh Taeyong yang terlihat sama bahagianya saat itu.

Jika Taeyong berdiri disini sekarang, kira-kira apa yang akan ia katakan? kira-kira nasihat apa yang akan Jaemin dengarkan? suatu hal apa yang akan Taeyong ungkapkan dan kembali menghantam pikirannya?

Jaemin hanya bisa berandai.

'Dive in the blue with you'

•~~•

• From home •

•~~•

ToBeContinue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro