18. Adu Mulut

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SELAMAT MEMBACA
FROM SCARLETA TO GERALDO
DELAPAN BELAS : Adu Mulut
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@aboutpinge
@reynald.geraldo
@zeeana.scarleta

JAM menunjukkan pukul satu pagi. Zee masih terduduk di sofa ruang tamu. Wajahnya terlihat cemas sambil sesekali melihat layar ponselnya yang ada di atas meja. Sudah tak terhitung berapa kali Zee menelpon dan mengirim pesan kepada Rey. Tapi tak sekali pun lelaki itu memberikan respon.

Mata Zee perlahan tertutup, kantuk yang sejak tadi ia tahan perlahan mulai datang kembali. Bersamaan dengan itu, terdengar suara seseorang yang memasuki rumah. Hal itu membuat Zee terbangun, buru-buru ia berlari menuju pintu utama rumahnya. Dan benar saja, Rey yang sejak tadi ditunggu kini masuk ke dalam rumah dengan penampilan yang urakan.

Tubuh Rey lunglai dan rubuh di pelukan Zee. Rey memeluk wanitanya dengan erat, dengan suara serak lelaki itu berkata, "eumhh ... harum banget," kata Rey sambil mencium rambut Zee berkali-kali.

Bau alkohol yang menyengat seketika masuk ke dalam indra penciuman Zee, "abis minum?" tanya Zee spontan.

Rey tak menjawab dan masih memeluk Zee dengan erat. Gadis itu pun berusaha melepas pelukan dari Rey. Tapi bukannya terlepas, Rey justru makin mengeratkan pelukannya, sambil mendorong tubuh Zee hingga jatuh ke atas sofa. Tubuh Rey menindih tubuh gadis itu, membuat Zee akhirnya menyerah dan membiarkan Rey melakukan apapun yang dia inginkan.

Rey menatap Zee, wajah gadis itu terlihat benar-benar kesal. Rey yang setengah sadar mencium bibir Zee, gadis itu menolaknya dengan mendorong bahu Rey pelan. "Mulut kamu bau alkohol, aku nggak suka," ucap Zee.

Rey tetap bersikeras untuk mencium bibir Zee. Lelaki itu menekan tengkuk Zee agar ciumannya lebih dalam. Dengan sekuat tenaga Zee mendorong tubuh Rey dan langsung bangkit. Gadis itu menatap Rey sengit. Sedangkan yang ditatap malah menutup mata dan tertidur pulas.

Zee menghela napas berusaha meredakan emosinya. Gadis itu menggoyangkan tubuh suaminya pelan untuk membangunkannya, "Rey, tidur di dalem, jangan di sini," ucap Zee. "Rey!" Zee kembali mengguncangkan tubuh Rey.

Bukannya tersadar, lelaki itu justru mengubah posisi tidurnya agar semakin nyaman. Zee yang geram pun memutuskan untuk meninggalkan Rey di sana. "Bodo amat lah!" gerutu Zee kesal kemudian berjalan menuju kamar tidur.

Namun beberapa saat kemudian Zee kembali keluar dengan sebuah bantal dan selimut. Walaupun saat ini Zee merasa sangat marah kepada Rey, tetapi tetap saja ia tidak bisa untuk tidak memedulikan lelaki itu. Bagaimana pun juga, Rey adalah suaminya, mana mungkin Zee bisa cuek seperti dulu.

Zee memberikan bantal di bawah kepala Rey, kemudian menyelimuti lelaki itu. Secara tiba-tiba Rey memeluk tubuh bagian bawah Zee yang sejajar dengan lelaki itu. Lelaki itu memeluk Zee erat seolah tak ingin ditinggal. Zee pun menjongkokkan tubuhnya ke arah Rey. Ia menatap wajah Rey yang terlelap. Tangan Zee terulur mengelus rambut Rey kemudian mengecup kening Rey.

***

SUASANA di ruang makan kali ini terasa sangat berbeda. Rey sejak tadi mengalihkan pandangannya agar tidak bertatapan dengan sorot mata Zee yang tak pernah lepas darinya. Karena Rey, semalam Zee bergadang dan bahkan tak bisa tidur. Kepala Zee rasanya ingin pecah karena terus-terusan memikirkan Rey.

"Semalem kamu kemana?" Akhirnya Zee menanyakan pertanyaan itu yang sejak kemarin terus terputar di otaknya.

Rey menghentikan kegiatan makannya, "ada," jawab Rey sekenanya.

"Kemana?" tanya Zee sekali lagi.

"Ke klub sebentar aja," ucap Rey pada akhirnya.

Zee berdecak, "lo kan udah janji buat nggak ke klub lagi!"

"Maaf Su, kemarin aku diajakin."

"Sama siapa?"

"Leo."

"Dia lagi, dia lagi. Kalau temen kamu ngasi pengaruh negatif terus, mending nggak usah ada temen sekalian," cetus Zee.

"Bukan gitu Su. Kemarin aku lagi ada masalah, jadi dia ngajakin aku minum biar lega dikit."

"Nggak usah banyak alasan, kamu selalu gini setiap kali ada masalah. Kamu nggak pernah sama sekali cerita ke aku tiap kali ada masalah."

"Aku cuma nggak mau kamu jadi ikutan pusing sama masalah aku," jelas Rey.

"Terus kamu nyari pelariannya dengan ke klub? Di umur kamu yang udah segini? Nggak malu?"

Rey menatap ke arah Zee kesal, "umur gue masih muda Su! Lo seharusnya ngertiin gue, gue udah berusaha buat ngeubah kebiasaan gue demi lo! Tapi lo sama sekali nggak pernah puas. Gue cuma ke klub sekali dan lo permasalahi itu."

"Iya lo masih muda! Tapi lo udah nikah, ngerti nggak?"

"Tapi gue masih pengen have fun sama temen-temen."

"Ya udah sana! Tau gitu nggak usah ngajak gue nikah!" Beberapa detik kemudian Zee baru sadar dengan apa yang dia katakan. Ia kini merasa menyesal tidak bisa mengontrol perkataannya.

"Lo nyesel nikah sama gue?" tanya Rey. Kali ini nada suaranya terdengar serius. Bahkan Rey menatap tepat di manik mata Zee.

Zee terdiam. Terkunci dalam tatapan tajam itu. Dalam hati ia terus merutuki kebodohannya yang membuat suasana pagi ini menjadi benar-benar hancur.

Rey memejamkan mata sejenak kemudian menghela napasnya. "Jangan dilanjutin, gue berangkat ke kantor lagi. Nanti kita omongin kalau udah sama-sama tenang," ucap Rey pada akhirnya. Lelaki itu bangkit dari duduknya, mengambil kunci mobilnya dan mendekati Zee. Walaupun ia sedang emosi, lelaki itu tetap mengelus rambut istrinya dan mengecup puncak kepala Zee, "aku berangkat dulu."

***

NEXT? 100 KOMEN!

FIKS ABIS INI BAKALAN ADA KONFLIK YANG LEBIH MENEGANGKAN LAGI. KUATKAN HATI KALIAN YA!

13-05-2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro