27. Lebih Dewasa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SELAMAT MEMBACA
FROM SCARLETA TO GERALDO
DUA PULUH TUJUH : Lebih Dewasa
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@aboutpinge
@reynald.geraldo
@zeeana.scarleta

SEPERTI janji kemarin, Bonet dan Ertha hari ini akan datang ke rumah Rey. Mereka pun memastikan janji itu lewat grup chat yang mereka punya.

HOT NEWS! REY HAMIL (3)

Bonet😎 : bosque

Bonet😎 : jd ga hari ini?

Bonet😎 : jenguk korban persetubuhannya Rey

Ertha. : hahaha bangsat korban persetubuhan

Rey : sirik ae lu pada yg blm pnya bini

Rey : jdi lah sini

Rey : susu udh masak2 buat nyambut klian

Bonet😎 : asekkk mkn gratiss

Rey : gratisan mlu anj, kerja ngapa

Bonet😎 : istirahat bntr bos, bsk mo nguli lagi💪🏻

Ertha. : org kaya mah beda

Rey : udh kaya trs gtg lgi

Rey : sp yg kg demen

Bonet😎 : alah bacot gue bilangin zee kl lu msh demen nyari link

Rey : bgst cepu

Ertha. : msh sk nglirik cwe sna sni jg

Ertha. : i known that

Rey : jomblo gsh sirik

Rey : mndng cari cwe ae lu

Rey : tp jan rebut bini gue

Bonet😎 : keras bos kerassss

Rey : jakartakerasss hahahaha

Ertha. : tai

Rey memutuskan untuk menghentikan obrolannya di grup tersebut. Ia merasa suasana mulai memanas karena emosinya yang selalu saja naik tiap kali melihat Ertha. Ya wajar saja Rey masih emosi karena kejadian rumah sakit itu. Walau seberapa pun Rey berusaha melupakannya, namun mengetahui Ertha yang menemani Zee pergi cek kehamilan untuk pertama kali, membuat Rey merasa marah. Tapi walaupun seperti itu, Rey masih berusaha meredam emosinya dan bersikap dewasa. Ia bukan lagi bocah remaja yang harus berantem hanya karena masalah seperti ini.

Iya, Rey tahu masalah ini bukanlah masalah sepele. Namun, bukannya Rey mempercayai kedua orang tersebut. Lagian Zee dan Ertha adalah dua orang terdekatnya, jadi sudah seharusnya Rey tidak memperpanjang masalah kemarin.

***

"ANJING, kaget gue tai!" umpat Rey ketika berjalan menuju ruang tamu dan menemukan Bonet sedang duduk di sana sambil asik menyomoti kue yang ada di toples. "Masuk ke rumah orang salam dulu kek, ketuk pintu, pencet bel, ini malah nyelonong ae," ujar Rey kemudian duduk di sofa satunya.

"Laper bos, tadi gue udah berkali-kali mencet bel nggak dibukain, ya udah gue masuk aja," kata Bonet dengan nada santai.

"Untung gue lagi kaga ngapa-ngapain sama Susu di ruang tamu. Coba kalau gue begituan, kan kaga lucu diliat lo," ujar Rey ambigu.

"Woi, jangan membangkitkan fantasi orang yang nggak punya bini, bisa-bisa bini lo gue sikat," ujar Bonet.

"Ertha udah gitu, lo jangan lah," kata Rey.

"Sebut merk bos?"

"Au lah bodo anjing," umpat Rey.

"Lo masih mikirin masalah itu?" tanya Bonet.

"Ya kali ilang gitu aja."

"Ya udah jujur aja sama bini lo, bilang lo masih kepikiran. Bilang juga sama Ertha buat jaga jarak sama istri lo. Daripada lo kesiksa sendiri gini," ujar Bonet.

Sebenarnya Bonet tahu masalah ini karena diceritakan oleh Ertha. Waktu itu dengan panik Ertha nyerocos ngalor-ngidul, sedangkan Bonet yang baru saja bangun tidur hanya menganggap cerita Ertha sebagai angin lalu. Namun, keesokan harinya Bonet mendapatkan telpon dari Rey. Rey menceritakan hal yang sama seperti Ertha kemarin. Bedanya, cerita Rey terdengar seperti sangat frustasi.

Bonet yang dua hari berturut-turut mendengarkan cerita tersebut dari dua sisi jadi ikutan pusing memikirkannya. Ia takut jika masalah ini akan meluas nantinya. Belum lagi Rey masih menyimpan emosi dan Ertha yang masih menyimpan rasa bersalah. Padahal diantara mereka bertiga, Ertha dan Rey jauh lebih dekat. Tapi sekarang mereka berdua malah bertengkar secara batin, dan di sini batin Bonet ikut tertekan.

Ia tidak mau memihak salah satunya, karena keduanya adalah temannya. Tapi berkat curhatan Rey membuat otaknya terdoktrin sendiri kalau yang salah di sini adalah Ertha. Namun ketika melihat Ertha dengan segala sifatnya, Bonet jadi tidak yakin kalau Ertha benar-benar sejahat itu.

"Au ah, gue juga pusing," keluh Bonet pada akhirnya. Ia tak kuat dengan isi kepalanya yang terus saling serang. "Udah Rey jangan curhat sama gue dulu, kasi gue makan dengan tenang," kata Bonet sambil kembali memakan kuenya.

Tak ada balasan dari Rey. Bonet pun menoleh ke samping. Ternyata Rey sudah tak ada di sana. Lelaki itu sudah pergi sejak tadi. Apa di sini cuma Bonet yang pusing sendiri dengan masalah Ertha dan Rey? Sedangkan yang empunya masalah, terlihat seperti biasa-biasa saja.

***

"WOW," ucap Bonet takjub saat melihat istri temannya, Zee turun dari tangga. Untuk pertama kalinya Bonet melihat Zee berdandan seheboh ini. Tidak menor namum cukup membuat gadis itu terlihat menakjubkan.

Rey menatap ke arah Zee bingung. "Mau kemana Su?" tanya Rey. Tak biasanya gadis itu berdandan seperti ini, terlebih lagi jika hanya untuk di rumah. Ke kondangan saja Zee terkadang tak memakai high heels.

"Mmm ... di rumah aja. Kenapa emangnya? Dandanan aku kurang bagus ya? Apa badan aku kegendutan?" tanya Zee sambil mengecek penampilan.

Bonet dan Rey saling bertukar tatap. "Fiks, gue yakin, istri lo beneran hamil," ucap bonet. Lelaki itu kemudian berjalan mendekati Rey dan menghamburkan pelukannya. "Selamat bro, lo jadi papa muda sekarang." Bonet menepuk-nepuk punggung Rey.

Sedangkan Rey masih membeku, antara kaget dan terpesona melihat penampilan Zee yang berbeda dari biasanya. "Cantik bat istri gue astaga," gumam Rey sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Bonet melepaskan pelukannya dan duduk di sebelah Rey. "Iya, seksi bohay aduhay lagi," sahut Bonet sambil ikutan menatap ke arah Zee.

Dengan sigap Rey menabok wajah Bonet yang sedang menampakkan ekspresi mupeng. "Bangsat lo! Bini gue ini," protes Rey.

"Mama muda body nya memang ughhh ..."

Rey bangkit dari duduknya dan mendekati Zee. Lelaki itu memblokir akses Bonet untuk melihat istrinya. "Kamu kenapa tiba-tiba pake kayak gini?" tanya Rey sambil memegangi pundak Zee.

"Ihh ... kenapa? Jelek ya."

"Nggal. Cantik kok, cantik banget malah. Cuma kenapa tiba-tiba? Kamu ngidam jadi princess Su?" tanya Rey.

"Apaan ngidam kayak gitu. Ini aku pake karena kamu yang beliin dan aku belum sempat pake. Sayang kan kalau nanti perut aku udah gendut terus aku nggak bakalan bisa pake baju ini," jelas Zee.

"Oh, jadi gitu." Rey manggut-manggut. "Tapi bisa dipake pas sama aku aja, kenapa hari ini dipake nya? Aku nggak suka Bonet mupeng ke kamu, apalagi ntar Ertha juga ke sini," ujar Rey.

"Gue bisa denger woi!" teriak Bonet yang sedang asik makan kue dari toples yang kini sisa seperempat dari isi semula.

"Bacot jangan ganggu!"

"Ya nggak papa, bagus dong mereka muji aku," kata Zee. Entah ada apa dengan mood-nya. Rasanya setelah hamil mood Zee jadi gampang naik turun. Bisa tiba-tiba sedih kemudian senang, kacau, stress, bingung, manja dan banyak lagi. Dan saat ini, ia sangat ingin mendapat pujian dari teman Rey. Ia ingin dilihat cantik oleh semuanya.

"Ya udah nggak papa deh," kata Rey mengalah.

"Ertha mana? Kenapa belum dateng?" tanya Zee.

"Kenapa emang?"

"Dia udah janji bakalan dateng lebih dulu. Mau bahas soal naskah aku soalnya, siapa tau dia tertarik buat sutradarain kan," kata Zee dengan semangat.

"Kamu chat-chat an sama Ertha?" tanya Rey.

Zee mengangguk santai. Gadis itu berjalan menuju sofa yang ditempati Bonet dan duduk tak jauh dari lelaki itu. "Hai!" sapa Zee sambil melambaikan tangan ke arah Bonet. Sungguh tidak seperti Zee pada biasanya.

Dengan kikuk Bonet ikut membalas lambaian tangan Zee, "hai Zee," ujar Bonet. "Btw selamat ya atas jebolan pertama lo."

"Hah?"

"Anak maksud gue," kata Bonet.

Mendadak Rey duduk di tengah, membatasi mereka berdua. Lelaki itu menghadap ke arah Zee, "kenapa aku nggak tau?" tanya Rey tiba-tiba.

"Mepet-mepet kek anjing mau kawin," ujar Bonet sambil menggeser duduknya menjauh dari Rey.

"Kenapa kamu harus tau?" Zee balik bertanya. "Emang aku harus kasi tau semua orang yang aku chat ke kamu?"

"Iyalah, aku suami kamu," jawab Rey.

"Emang kamu ada ngasi tau siapa aja yang kamu chat? Kenapa harus aku aja? Egois banget jadi orang," kata Zee.

"Skakmat," gumam Bonet.

"Tapi kan ..." Rey berusaha mencari alasan lain agar ia bisa mengetahui chat antara Zee dan Ertha.

"Apa?" tanya Zee galak. Gadis itu kemudian bangkit dari duduknya, "udah ah males sama kamu." Zee kemudian berjalan menuju dapurnya dengan raut wajah yang cemberut.

"Haa ... haa ... haa ... haa ..." ledek Bonet dengan nada seperti di serial Upin Ipin. Lelaki itu menunjuk-nujuk ke arah Rey.

"Muka lo kayak jarjit," balas Rey kesal. Laki-laki itu bangkit dari duduknya dan berjalan menyusul Zee.

***

BEL rumah Rey berbunyi berkali-kali.

"Masuk aja!" teriak Bonet yang malas bangkit dari duduknya.

Ertha yang sejak tadi sabar menunggu di depan pintu pun akhirnya membuka pintu tersebut sendiri. "Permisi," ucapnya sopan sambil berjalan masuk ke dalam. "Rey sama Zee mana?" tanya Ertha pada Bonet yang duduk bersila di atas sofa sambil memainkan game di ponselnya. Bak tuan rumahnya, Bonet bahkan sudah berganti toples jajan lainnya.

"Lagi berantem," jawab Bonet. "Gara-gara lo," lanjutnya.

"Lah kenap gue?" tanya Ertha bingung.

Bersamaan dengan itu, Zee datang ke arahnya. Untuk sejenak, Ertha terpukau melihat penampilan Zee yang begitu cantik.

"Jangan diliatin, belakangnya ada pawang tu. Salah-salah lu kena jontos mati bekas anak geng, mau?" kata Bonet yang membuyarkan lamunan Ertha.

"Tha, gue udah nungguin daritadi," kata Zee. Sedangkan beberapa jarak di belakang, Rey seperti sedang mengawasi gerak-gerik Ertha.

Ertha mengangguk kikuk. Niatnya ke sini kan mau menyelesaikan masalah kemarin. Tapi kenapa perasaannya jadi tak enak. Seperti akan ada sesuatu yang lebih besar setelah ini.

"Ya udah mana naskahnya?" tanya Ertha. "Tapi nanti dulu gue bacainnya, gue mau bahas project bareng Rey dulu," kata Ertha kemudian berjalan mendekati Rey. "Gue udah bawa file-file nya, ada kontrak juga yang harus lo tanda tanganin, tapi diliat dulu apa lo setuju atau nggak sama perjanjiannya," kata Ertha.

Rey mengangguk. "Ke ruang kerja gue aja," ajak Rey.

Melihat itu membuat Bonet menggeleng-geleng keheranan. Jika menyangkut soal pekerjaan, keduanya memang menjadi dua orang yang berbeda, sangat profesional. "Emang gila kerja tu anak bedua," kata Bonet sambil memakan kue kering dari toples.

***

REY meneguk minuman bersodanya hingga kandas. Pandangannya menuju ke arah ruang tamu, dimana Ertha dan Zee sedang asik berduaan. Bonet yang berada di samping Rey pun menyadari perubahan sikap lelaki itu.

"Udah, bilang aja, lo cemburu," usul Bonet.

Rey menggeleng, "ngapain cemburu, kayak bocah baru gede aja," kata Rey. Lelaki itu kembali menuangkan minuman bersoda ke dalam gelasnya, namun pandangannya tetap lurus ke arah ruang tamu. Hal itu membuat minuman yang hendak ia tuangkan jadi tumpah ke atas meja.

"Tumpah woi," ucap Bonet menyadarkan Rey.

Rey yang tersadar pun buru-buru mengelap meja tersebut membuat gelas di atasnya tersenggol dan pecah. Suara pecahan kaca yang nyaring membuat seisi ruangan menjadi mengalihkan perhatiannya.

"Rey, kamu kenapa?" tanya Zee sambil buru-buru mendekat.

"Jangan ke sini, banyak kaca," ujar Rey. "Lo juga ngejauh, biar gue bersihin," katanya pada Bonet.

"Kamu nggak papa kan?" tanya Zee khawatir.

"Iya gapapa, lanjut aja," ujar Rey.

"Ya udah, hati-hati," kata Zee kemudian kembali duduk bersama Ertha dan Bonet di sana.

Melihat Zee yang langsung berlari ke arahnya, membuat Rey merasa cukup tenang. Emosinya tadi seakan hilang karena perhatian kecil yang gadis itu berikan. Ya sepertinya Rey memang harus mendewasakan diri lebih lagi. Ia tak mau membuat Zee risih karena sifatnya yang overprotektif.

***

450 KOMEN FOR NEXT!

JANGAN JADI SILENT READERS DONG. BACAIN KOMEN KALIAN ITU BUAT AKU SEMANGAT NGETIK. JADI TOLONG TINGGALIN KOMENTAR YA!

26-06-2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro