46. Bukan Akhir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

JANGAN SKIP DULU😡😡😡

BUAT KALIAN YANG MASIH SETIA DI LAPAK INI, NUNGGUIN CERITA INI DARI YANG UPDATENYA LAMAAAA BANGET JADI SECEPAT KILAT KAYAK GINI. AKU CUMA MAU BILANG MAKASI BANYAK, KARENA KALIAN YANG BIKIN MOOD AKU BALIK BUAT LANJUTIN CERITA INI.

BUAT PEMBACA BARU DI LAPAK AKU, SELAMAT DATANG! KALIAN MASIH BISA BACA CERITA-CERITAKU YANG LAIN, DAN KALAU CERITAKU DIAPUS, ITU ARTINYA UDAH JADI NOVEL! SEMUA NOVEL KU TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN TOKO BUKU ONLINE! INGET JANGAN BELI YANG BAJAKAN😡🙏🏻

AKU NGGAK MAU PISAH SAMA KALIAN DENGAN CUMA-CUMA KAYAK GINI, JADI BUAT KALIAN YANG MASIH PENGEN STAY DI LAPAK AKU DAN BACAIN CERITA-CERITAKU SELANJUTNYA, KALIAN BISA FOLLOW AKUN WATTPADKU KARENA AKU LIAT MASIH BANYAK PEMBACA DI SINI YANG NGGAK NGEFOLLOW AKUNKU😭😭

NAH SETELAH ITU KALIAN BISA FOLLOW AKUN INSTAGRAM YANG TERTERA DI BAWAH SINI.

AKU BAKALAN FOLLBACK 5 AKUN PEMBACA DI WATTPAD KHUSUS BUAT PEMBACA CERITA INII! KOMEN KALAU MAU YA!

KALIAN BISA CHAT WA AKU BUAT JOIN GRUP WA KARENA AKU PENGEN BANGET BERINTERAKSI SAMA PEMBACA AKU! KALIAN BISA CHAT WA AKU YANG SELALU AKU CANTUMIN DI HALAMAN PALING BAWAH! INGET ABIS JOIN HARUS NIMBRUNG, JANGAN JADI SIDERS!

DAN BAGI SIDERS DI SINI, MAU TANYA AJA. SESUSAH ITUKAH KAMU BUAT PENCET TOMBOL BINTANG DAN SEKEDAR MENINGGALKAN SATU DUA KOMEN? APA KALIAN AKAN MENINGGOY KETIKA MELAKUKAN HAL TERSEBUT? 😤💔

||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SELAMAT MEMBACA
FROM SCARLETA TO GERALDO
EMPAT PULUH ENAM : Bukan Akhir
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@aboutpinge
@reynald.geraldo
@zeeana.scarleta

"KAMU minta maaf buat apa?" tanya Zee.

Saat itu mereka sudah berada di atas sofa dengan posisi yang sama-sama duduk, namun tubuh Zee mencondong ke arah Rey dan kedua tangannya mengalung di pinggang lelaki itu. Sedangkan Rey, lelaki itu memeluk pinggang Zee dengan satu tangan, dan tangan satunya ia pakai untuk sesekali mengelus rambut istrinya.

Mendengar pertanyaan dari Zee membuat Rey terdiam. Bingung apakah ia harus menjelaskan kejadian tadi atau tidak. Ia takut jika Zee akan marah kalau sampai tahu aksi berlebihan yang ia lakukan keyika sedang cemburu.

"Buat semuanya, aku ngerasa banyak salah sama kamu," jelas Rey.

Zee mengangguk, "aku juga ngerasa gitu."

"Tadi." Rey mulai memberanikan diri untuk bercerita. "Tadi aku liat kamu pelukan sama Ertha, di depan pagar, itu kenapa?" tanya Rey.

"Di depan tadi? Kamu liat?"

Rey mengangguk, "iya aku liat, bahkan gara-gara itu aku nggak jadi pulang ke rumah."

"Kamu secemburu itu sama Ertha?" tanya Zee sambil menatap wajah Rey.

Lelaki itu kemudian memasang ekspresi cemberut sambil menganggukkan kepalanya, "cemburuuu ... banget," jawab Rey.

Zee terkekeh pelan, "iya sih makin ke sini Ertha makin ganteng," ucap Zee jail.

Mendengar hal itu membuat Rey mendelik, "terus aku nggak ganteng gitu?"

"Ganteng sih ... cuma udah bosen, mau ganti!" cetus Zee.

"Gue tabok lo ngomong gitu lagi!" ujar Rey marah.

Hal itu membuat Zee tertawa lepas, "aku nggak pernah liat kamu cemburu kayak gini. Dan aku nggak tau kalau kamu ternyata secemburu itu," jelas Zee.

"Ya karena lo nggak pernah deket sama cowok selain gue, Su! Makanya gue kesel liat lo deket sama Ertha. Bukan kesel, lebih ke takut, takut kalau Ertha sama spesialnya kayak gue. Karena gue tau cuma orang spesial aja yang lo kasi tempat buat masuk ke kehidupan lo," terang Rey.

"Makin ke sini aku butuh temen buat cerita, Rey," jelas Zee. "Mungkin karena aku sibuk membuat batasan-batasan sendiri sampai-sampai aku baru sadar kalau aku cuma punya sedikit orang yang bisa aku cari disaat aku kacau."

"Kamu ada aku, Su," ucap Rey.

"Tapi kamu juga punya temen-temen kamu kan, yang siap sedia pas kamu ajak kumpul. Circle kamu banyak banget, Rey! Circle SMA belum lagi geng terus kuliah terus tempat kerja, sedangkan aku nggak punya," jelas Zee. "Mungkin buat kamu punya temen adalah hal biasa aja, tapi bagi aku itu luar biasa. Karena aku nggak pernah ngerasain itu, sedangkan kamu selalu bisa bergaul di setiap tempat."

"Kamu pengen punya temen ya?" tanya Rey.

Zee mengangguk, "baru tau aku kalau temen itu penting."

"Tapi kenapa harus Ertha?" tanya Rey lagi.

"Kamu tau kan aku susah banget cocok sama orang. Aku susah nyaman berinteraksi sama orang, karena aku kebiasaan sendiri. Tapi pas ngobrol sama Ertha kemarin-kemarin itu, aku ngerasa plong aja. Nggak gugup, takut, canggung atau apapun itu," jelas Zee.

"Apa bedanya pas pertama kali ketemu aku?"

"Beda! Pas ketemu kamu aku malah ngerasa gugup, deg-degan. Ya ... kayak orang yang lagi jatuh cinta."

"Terus tadi kenapa pelukan sama Ertha?"

"Tadi aku nangis," ucap Zee dengan rengekan manja.

"Yah, kenapa?" tanya Rey ikutan dengan nada sedih.

"Aku disuruh mama kamu buat cuti sekolah." Mata Zee seketika langsung berkaca-kaca. "Karena saking capeknya aku debat sama mama kamu, aku jadi iyain suruhannya dia pagi tadi. Dan setelahnya aku nyesel," ujar Zee. "Maunya aku cerita ke kamu tadi, tapi aku pikir ya udah langsung di rumah aja. Tapi kamu malah beli baksonya lama banget. Terus tiba-tiba Ertha dateng. Aku nggak pikir panjang karena tangis aku di sana langsung pecah dan refleks aku meluk Ertha," jelas Zee.

"Jadi ... gitu." Rey merasa bodoh setelah mendengar penjelasan Zee tadi. "Aku cemburu liat kamu, makanya langsung pergi."

"Terus aku cerita sama Ertha tentang mama yang suruh aku cuti sekolah, dan kata dia mama ada benernya. Setelah itu aku mikir juga, apa aku harus beneran cuti kuliah?"

"Kamu maunya gimana? Aku terserah kamu aja, Su," ucap Rey.

"Iya, itu jawaban kamu sebagai suami aku, tapi kalau jawaban kamu sebagai calon ayah gimana?"

Rey mengarahkan tangannya ke perut Zee, mengusap pelan perut istrinya, "kalau itu sih aku setuju sama mama, aku gamau nanti kamu capek dan buat anak aku ikutan capek," jelas Rey.

Zee mengangguk, "aku juga mikir gitu."

"Jadi mau cuti?" tanya Rey.

Zee mengangguk lagi, "dengan terpaksa."

"Apa perlu aku bawa dosennya aja ke rumah? Biar kamu kuliah dari rumah?"

"Nggak usah banyak gaya gitu!" ujar Zee kesal. "Oh, iya, aku juga waktu itu pernah dikirimin foto sama anonim." Zee kini sibuk mencari ponselnya.

"Foto apa?"

Setelah Zee menemukan ponselnya, gadis itu segera membuka pesan chat dengan akun tak jelas itu. Ia langsung memperlihatkan pada Rey dari atas chat. "Itu ..."

Rey melihat layar ponsel Zee. "Kamu percaya ini?" tanya Rey sambil menatap ke arah Zee.

Zee menggeleng, "aku sih awalnya kesel, cuma ya udah aja, itu cara kamu berinteraksi sama orang-orang di sekitar kamu. Asal nggak lewat batas," jelas Zee. "Cuma setelah lama dia nggak ngirimin, dia ngirimin lagi satu foto terakhir, dan karena tadi mood aku lagi kacau, aku jadi nangis liat foto itu." Zee menyentuh layar ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto. Itu foto Rey dengan Summer.

Melihat foto tersebut membuat Rey menjadi teringat akan kejadian tadi. Sepertinya ia tak akan bisa tenang jika tidak meminta maaf kepada Zee secara langsung tentang kejadian tadi.

"Zee, aku minta maaf."

Jika Rey sudah memanggil nama Zee, itu artinya lelaki itu sedang serius.

Zee menatap ke arah Rey, "kenapa?"

"Kalau foto yang lainnya, itu memang cuma rekan bisnis dan temen-temen aku. Aku sama sekali nggak ada apa-apa sama mereka," jelas Rey.

"Terus?"

"Tapi kalau ini." Rey menunjukkan foto tadi. "Dia namanya Summer, aku ketemu dia di Venezuela. Waktu itu aku lagi di bar, perayaan keberhasilan kerja aku," ujar Rey. "Terus dia tiba-tiba dateng nangis-nangis sambil meluk aku."

"Dia mabuk?"

"Iya dia abis patah hati, terus aku nenangin dia," ucap Rey. "Dan setelah itu aku nggak ada kontakan lagi sama dia. Eh, aku ngasi kartu nama aku karena aku mikir dia cocok buat jadi model, apalagi dia bisa bahasa indonesia karena orangtuanya ada yang dari sini. Terus aku kaget pas tadi siang malah liat dia di kantor, katanya dia nyusul aku karena dia suka sama aku. Dan di sana dia ngajakin aku pacaran." Rey sengaja menjeda ceritanya untuk memastikan raut wajah istrinya. Zee masih belum terlihat marah, gadis itu malah terlihat menyimak cerita Rey dengan baik.

"Lanjut!"

"Terus ... dia ngajakin aku ..." Rey takut jika setelah ini dirinya akan tinggal nama.

"Tidur?" tanya Zee dengan polosnya.

Rey mengangguk, "iya."

"Kamu mau?"

Rey menggeleng, "aku nggak kepikiran buat itu! Bahkan aku nggak minat juga buat tidur bareng dia. Cuma dia kasi nomer dia dan aku simpen karena aku masih berharap dia bisa kerja jadi model aku," jelas Rey. "Tapi tadi karena aku liat kamu berduaan sama Ertha, aku langsung emosi, aku tanpa mikirin apa-apa langsung nelpon dia dan ngeiyain tawaran dia." Sampai di situ, wajah Zee mulai berubah. Gadis itu menatap Rey dengan wajah yang sangat berharap. "Nggak, aku nggak tidur sama dia."

Seolah menjawab pertanyaan yang ada di otak Zee, gadis itu menghela napas lega. Lega karena tak harus memarahi Rey lagi. "Dan setelahnya kamu sadar kalau itu nggak boleh, terus kamu jadi ngerasa bersalah dan sekarang kamu mau minta maaf ke aku?" lanjut Zee menyingkat semuanya.

Rey mengangguk, "dia juga yang bantu aku sadar. Dia bilang aku brengsek karena selingkuhin kamu," ujar Rey. "Padahal kan maksud aku nggak gitu ..."

"Tapi emang bener, kamu brengsek!" Zee kian memanas-manasi Rey yang terlihat bersalah itu.

"Maaf," rengek Rey kemudian memeluk Zee. Tiba-tiba tangis Rey pecah seperti anak kecil, "aku takut kamu minta cerai," lirihnya.

Zee menahan diri agar tidak tertawa karena saking gemasnya melihat tingkah Rey itu. Dia mengelus rambut Rey pelan. "Tapi kamu udah selingkuh, udah mau tidur bareng cewek lain, bahkan aku nggak kepikiran buat tidur sama yang lain."

"Nggak gitu maksud aku, Su. Aku ... aku tadinya cuma mau bales dendam karena kamu pelukan sama Ertha," jelas Rey. "Iya aku salah karena nggak bisa kontrol emosi, cuma ... jangan cerai dulu, nanti anak kita gimana?" Rey menatap ke arah Zee dengan wajah yang sangat memelas.

"Dia cantik?" tanya Zee.

"Dia siapa? Summer?" tanya Rey.

"Iya."

"Cantik banget," jawab Rey.

"Cantikan dia apa aku?" tanya Zee lagi.

"Kamu lah!" jawab Rey tanpa pikir panjang.

"Oke, dimaafin," ujar Zee dengan santai.

Rey mebelalak, "seriusan?"

Zee mengangguk, "iya."

"Kok segampang itu? Perasaan aku nonton di lazab suami tukang selingkuh itu ... istrinya gebukin suaminya dulu baru mau maafin. Atau nggak bakalan langsung ditalak tiga."

"Ya ngapain, capek-capek mukul badan kamu! Yang ada tangan aku sakit," ujar Zee.

"Seriusan kamu nggak marah? Dikit doang gitu?" tanya Rey.

"Kamu mau aku marah?"

"Bukan gitu ... cuma kamu nggak normal kalau nggak marah, minimal ngambek lah," ujar Rey.

"Buat apa Rey? Kamu udah bisa jujur aja aku udah seneng banget, itu artinya aku nggak salah buat percaya ke kamu selama ini. Kamu belum ngelakuin apa-apa, baru ada niatan kayak gitu dan kamu udah segitu nyeselnya sampai nangis ke aku. Itu artinya aku emang bisa percayain kamu tanpa khawatir kamu bakalan selingkuh," jelas Zee.

"Tapi ... kalau aku beneran selingkuh gimana?" tanya Rey.

"Ya itu beda cerita."

"Kamu tega gebukin aku, by?" tanya Rey.

"Gue mutilasi juga tega!"

"Serem bos!" ucap Rey sambil bergidik ngeri. "Tapi iya sih, selingkuh nggak enak. Rasa bersalah sebelum ngelakuin aja udah kerasa banget, apalagi kalau beneran ngelakuin," ujar Rey.

"Iya, gini aja kamu udah nangis bombay depan aku," ledek Zee.

"Aku kalau cemburu suka nggak mikir-mikir lagi buat ngelakuin sesuatu, langsung marah aja udah," ujarnya.

"Iya, dan aku kurang peduli sama sifat kamu yang itu. Seharusnya aku bantu kamu buat kontrol emosi kamu, atau paling nggak nenangin kamu. Bukannya malah makin bikin kamu emosi," ucap Zee.

"Kedepannya komunikasi kita jangan sampe rusak ya, Zee," ujar Rey. "Aku mau setiap sebelum tidur, kita punya waktu setengah jam untuk saling cerita. Cerita tentang apa aja yang udah kita alamin di hari itu."

Zee mengangguk, "aku juga mau dengerin masalah kamu! Nggak cuma temen geng kamu aja," ujar Zee.

Rey mengangguk, "dan kamu jangan mendem semuanya ya! Kamu boleh cerita ke Ertha, masalah yang nggak bisa kamu ceritain ke aku. Cuma jangan peluk-peluk kayak tadi!"

"Kamu peluk cewek boleh tuh!"

"Iya tau, cuma aku mau egois di sisi ini aja, boleh ya?" tanya Rey.

Zee nampak menimang-nimang, "karena aku udah egois di banyak sisi, untuk yang satu ini aku bolehin deh," ujar Zee. "Cuma kalau refleks aku nggak bisa janjiin!"

"Iya, kalau refleks aku maklumin deh."

"Nanti kalau kamu cemburu sama aku, kamu nggak boleh kemana-mana ya! Kamu harus langsung cari aku. Nanti aku bakalan meluk kamu," ujar Zee.

Rey mengangguk, "iya, aku nggak mau jadi bodoh lagi."

"Terus ... kamu juga nggak boleh asal ciuman sama cewek! Jorok tau kamu cium sana cium sini terus nanti kamu cium aku. Penyakitnya nular kemana-mana," ujar Zee.

Rey mengangguk, "iya nggak, kecuali kalau emang nyosor, kan aku nggak tau kalau itu."

"Ya udah nanti kalau ada yang nyosor aku, aku juga nggak tau ya, kan bukan aku yang minta," kata Zee.

"Itu sih nggak mungkin," ujar Rey. "Belum juga nyosor pasti udah ditampar duluan sama kamu."

Mereka pun sama-sama tertawa. Tangan Rey kembali terulur untuk mengelus rambut Zee. "Oh, iya," ucap Zee yang seperti teringat sesuatu. "Ertha tadi ke sini ngasi ini." Zee mengeluarkan memori yang ia simpan di saku celananya dan memberikannya pada Rey.

"Apaan ni?" tanya Rey bingung.

"Kata dia kamu udah mintain itu dari lama, dan baru ketemu sekarang," jelas Zee.

"Oh, ini!" Rey terlihat bersemangat. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan menuju ke televisi yang ada di hadapannya. Selang beberapa menit, Rey pun kembali ke posisinya semula dengan remot di tangannya.

"Apa itu?" tanya Zee.

"Kamu udah liat kan kamera yang aku kasi?" tanya Rey.

"Iya, udah, baru aja tadi."

"Udah tau kan kenapa itu penting?" tanya Rey lagi.

"Iya udah! Karena itu isinya barang bukti penguntitan," ujar Zee.

Rey mendengus, "itu namanya menganggumi dari jauh."

"Sama aja!" kata Zee. "Terus apa hubungannya sama memori ini?"

"Ini memori dari kamera Ertha, sebelum punya kamera, aku pake kamera Ertha buat motoin kamu," jelas Rey. "Dan aku juga minta Ertha untuk rekam pas aku nembak kamu di koridor kampus pake kamera ini."

"Jadi ... kejadian memalukan itu ada rekamannya?" tanya Zee. "Udah jangan diputer! Aku nggak mau liat!"

Namun Rey tak menggubris ucapan Zee. Lelaki itu tetap memutar video yang sudah lama ia cari-cari. "Mari saksikan kemesraan kita di jaman dulu!"

***

SAAT itu Rey sedang sibuk menata rambutnya dengan cermin yang ada di toilet kampus.

"Anjing lama bener, cepetan!" pekik Justin yang sudah tak sabar.

"Lo dandan kaya cewek dah," ucap Rafael yang merasa kesal.

"Gue capek anjing stand by depan pintu gini," ucap Leo yang berada di depan pintu toilet bersama dengan Ertha yang membawa kameranya.

"Iya sabar slur!" ujar Rey santai. Lelaki yang sudah merasa sangat tampan itu pun akhirnya keluar dari kamar mandi. "Mana surat gue?" tanya Rey.

"Neh!" Justin memberika kertas lecek milik Rey. Kertas itu berisikan puisi yang dibuat oleh Rey sendiri khusus untuk menembak Zee.

"Yakin bakalan diterima?" tanya Marchel.

"Yakin nggak yakin, gas aja lah! Lelaki itu dinilai dari mental dan keberaniannya!" ucap Rey.

"Alah, ntar juga ditolak lo nangis-nangis sama gue," ledek Leo.

"Jangan gitu dong bos, harus diterima ini!"

"Kata Mike diterima sih, asal lo nggak malu-maluin," ujar Marchel yang sedang berbalas-balasan chat dengan geng abstrax lainnya.

"Amin ya Tuhan!" pekik Rey.

Ertha yang sejak tadi memantau koridor kampus pun kemudian memberikan simbol kepada Rey. "Udah dateng, udah dateng," bisik Ertha sambil stand by di tempat kejadian.

Rey pun segera berjalan ke arah Zee. Dengan pakaian formalnya, Rey tersenyum ke arah Zee. "Su, gue mau bilang sesuatu sama lo," ujar Rey.

Seakan bisa menebak apa yang akan terjadi, Zee langsung menggeleng, "nggak, nggak."

"Susu!"

"Rey, nggak ah! Kan udah dibilang nggak usah nembak gue," kata Zee kesal.

"Susu, akan kubaca kan sebuah puisi bertulis tinta berwarna biru ini padamu!" Rey mulai bernada sok puitis.

"Hidup dan mati,
Langit dan bumi,
Semuanya tak berarti,
Kalau belum makan indomie.

Air sungai, air danau,
Di laut mereka bertemu,
Siapa yang tak mau,
Menjadi pacar gadis secantik dirimu.

Wahai burung-burung yang berterbangan,
Sampaikanlah pada kawan-kawanmu,
Kalau hari ini pangeran telah menemukan jodohnya
Seorang bidadari jatuh dari surga, dihadapanku, eaaaa ..."

Rey malah menyanyikan lagu coboy junior dan itu membuat orang-orang yang melihatnya menjadi tertawa. Sedangkan muka Zee sudah memerah menahan malu.

"Bego," komentar Marchel sambil menatap miris ke arah Rey. "Emang kalian nggak bacain surat yang dia tulis?" tanya Marchel.

"Baca," jawab Leo.

"Terus kenapa nggak dikasi tau?" tanya lelaki itu.

"Biarkan dia berkreasi," ujar Leo yang sepertinya sudah pasrah memiliki teman seperti Rey.

"Susu, apakah kamu mau untuk kembali memulai halaman baru bersama mantan terindahmu ini?" tanya Rey. "Kalau kamu mau, kamu bisa mencium pangeranmu ini. Tapi jika kamu menolakku, maka tamparlah wajah tampan ini," ucap Rey.

Tak perlu menunggu waktu lama lagi, Rey langsung mendapat satu tamparan di pipi bagian kanannya. Hal itu membuat Rey menatap Zee tak percaya, "lo nolak gue?" tanyanya.

"Menurut lo?"

"Ya ngapain tolak, bego?" tanya Rey kesal.

"Lo bikin malu tau nggak?" tanya Zee kesal.

"Apa malunya? Udah romantis juga." Sepertinya Rey ngambek.

"Romantis palalo!"

"Terus beneran ditolak ini?" tanya Rey.

"Siapa bilang gue nolak?" tanya Zee.

"Terus diterima?"

"Iya," jawab Zee pelan.

"Apa?"

"Iya, budeg!"

"Terus lo ngapain nabok gue tai!"

"Pengen aja, muka lo ngeselin soalnya," ujar Zee santai.

Tanpa aba-aba, Rey langsung mengecup bibir Zee cepat. Zee yang kaget pun langsung melotot ke arah Rey. "Bodo. Kita pacaran," ujar Rey tanpa dosa.

Zee menendang tulang kering Rey dengan kencang, "bodo. Kita putus," ucap Zee kemudian pergi meninggalkan Rey.

"Tidak!!!" kata Rey dramatis sambil berlutut di lantai.

***

TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN UNTUK PENGHUJUNG CERITA INI!

SELANJUTNYA AKAN ADA EPILOG YANG MENUTUP CERITA INI.

JADI AKU MAU KALIAN TULIS KESAN PESAN SETELAH BACA CERITA INI!

DAN AKU BAKALAN BUKA SESI QNA JADI TULIS PERTANYAAN KALIAN DI KOLOM KOMENTAR, NANTI BAKALAN AKU BUATIN PART KHUSUS QNA KALAU BANYAK YANG NANYA. PERTANYAAN BOLEH SEPUTAR ALUR CERITA, TOKOH, KONFLIK, DAN PERASAAN AUTHOR SAAT MENULIS CERITA INI.

BUAT KALIAN PEMBACA SETIA FROM SCARLETA TO GERALDO, CEPETAN FOLLOW INSTAGRAM @ABOUTPINGE KARENA DI SANA AKU POSTING QUOTES, GAMES, CUPLIKAN VIDEO TENTANG CERITA INI DAN JUGA CERITAKU YANG LAINNYA.

22-07-2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro