4. Minho Has A Flashback

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Psst, Minho!" bisik Newt kecil. "Lihat apa yang kutemukan!"

"Hati-hati," Alby memperingatkan. "Keamanan sayap ini lebih ketat dibanding yang lain."

"Terdengar seperti sebuah tantangan," balas Minho ceria, hati-hati agar suaranya tidak terlalu kencang. "Ayo, Newt, tunjukkan jalannya."

Newt membawa mereka melintasi koridor demi koridor, dengan ahli telah menghafal titik-titik buta kamera-kamera dari sayap fasilitas itu. Newt memimpin mereka ke sebuah lorong yang kosong selain sebuah pintu polos dengan jendela kaca tunggal, mengajak Minho dan Alby untuk mengintip dengannya.

Ruangan di balik pintu itu gelap, tapi cahaya lampu dari lorong tempat mereka diri cukup untuk mereka melihat sebuah ruangan luas yang sama bersih dan rapinya dengan semua hal di fasilitas tempat mereka tinggal. Ada tiga ranjang, lebih besar dari milik para anak-anak laki-laki juga sofa dan bantal-bantal yang kelihatan empuk. Kelihatannya sangat mewah jika dibandingkan dengan perabot simpel yang diberikan pada para anak laki-laki.

Kamar itu kosong.

"Di mana mereka?" Newt bertanya sendiri, bingung. "Kurang dari sepuluh menit lalu aku bersumpah ada tiga—AAH!"

Sebuah wajah mendadak muncul dari balik kaca, tepat menatap ke arah ketiga anak yang sedang mengintip itu. Ketiganya menjerit, mundur tersandung-sandung. Ada suara kikikan dan pintu kamar itu terbuka.

"Masuklah," kata sebuah suara. Seorang anak perempuan. "Kami tidak menggigit. Biasanya." Suara kikikan lagi.

Minho menatap kedua temannya sebelum mengambil keputusan dan melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Tanpa keraguan, Newt dan Alby membuntutinya di belakang. Sesuatu berbunyi klik dan mendadak ruangan itu terang benderang, putih cerah.

"Jangan khawatir, tidak ada penjaga di sekitar sini dan Mother tidak mengizinkan kamera," kata suara itu lagi.

Minho berkedip, menemukan tiga gadis kecil sedang duduk di lantai, mendongak memandangnya dan berkedip balik. Mereka kelihatan mirip, dengan rambut pirang stoberi dan mata gelap. Yang paling kecil terlihat berumur sekitar delapan, yang dua lagi mungkin sebelas atau dua belas, sama dengan Minho dan teman-temannya.

"Kalian dari Grup A!" seru gadis terkecil, tersenyum berseri-seri pada mereka.

"Annie, jangan menakuti mereka," salah satu gadis yang lebih tua memberitahunya, nyengir pada Minho. "Yang satu ini sudah kelihatan sepucat hantu."

"Mana ada!" Minho memprotes.

"Apa yang kalian lakukan di luar sini?" tanya gadis satu lagi, membuka mulut untuk pertama kalinya. "Aku tidak berpikir mereka memberi izin bagi kalian untuk berkeliaran di tengah malam."

"Oh, kami tidak perlu izin," dengan arogan Minho menginformasikan ketiga gadis kecil itu. "Siapa kalian? Kenapa kalian tidak bersama dengan anak-anak perempuan lain di Grup B?"

"Kami harap," desah salah satu dari gadis yang lebih tua. Mereka berdua terlihat begitu mirip, Minho tidak bisa membedakan mereka sama sekali. "Aku Cath. Ini adik-adikku, Elle dan Anne."

"Cathy dan Elly adalah kembar!" Anne mengumumkan dengan ceria. "Dan mereka membosankan. Kalian tidak kelihatan membosankan. Kuharap aku bisa masuk ke Grup A!"

"Annie, Mother bilang kau tidak boleh bilang begitu," Cath menegurnya. 

Elle tertawa. "Dan ya, kurasa kami berdua memang membosankan. Tidak banyak hal menarik yang bisa dilakukan di sekitar sini." Dia menatap ketiga anak laki-laki di depannya dengan penasaran. "Apa yang kalian biasanya lakukan sepanjang hari? Kalian punya pelajaran, bukan?"

"Tidak mengasyikkan sama sekali, percayai aku," Alby menggerutu. "Bagaimana kalian tidak mendapatkan pelajaran? Bahkan Thomas dan Teresa harus ikut pelajaran."

"Siapa Thomas dan Teresa?" Cath bertanya.

"Subjek seperti kami, kupikir. Tapi mereka istimewa. Atau seperti itulah bagaimana mereka bilang," Newt menjawab.

"Kami juga Subjek Istimewa," dengan ceria Anne menginformasikan. "Mother bilang begitu!"

"Annie, kau tidak boleh memberi tahu sembarang orang itu—"

"Bisakah kalian menceritakan pelajaran-pelajaran kalian? Dan apa yang ada di luar sana? Please, please?" Annie mengabaikan kakaknya, meloncat-loncat penuh semangat.

Minho melirik senyum di wajah Newt. Teman pirangnya itu sudah terbiasa dengan anak-anak kecil, semua karena adiknya Lizzy. Newt sudah kelihatan menyukai Anne.

"Kalian tidak pernah keluar?" Alby bertanya pada Cath. "Tapi kenapa?"

"Aku tidak tahu. Hanya Mother yang pernah datang ke sini, tapi kami tahu ada anak-anak lain di luar sana. Kami tidak pernah diizinkan bertemu mereka," jawab Cath. 

"Kalian punya ibu?" Mata Newt membesar.

"Ya?" Anne membalas, lebih seperti bertanya. "Tidakkah semua orang?"

"Shh, Annie," kata Elle lembut. 

Ada keheningan sejenak. Minho menggigit bibirnya. Jika dia pernah punya orang tua, WICKED telah menghapusnya semua ingatan tentang mereka bersamaan dengan nama lahirnya. Minho ingat pernah dipanggil dengan nama lain, tapi dia tidak bisa mengingatnya sekeras apa pun dia mencoba. 

"Kami bisa menjadi temanmu," Newt menawarkan. Newt lebih parah lagi darinya, Minho tahu itu. Newt melupakan namanya sendiri, tapi dia ingat pernah memiliki seorang ayah dan seorang ibu, seekor anjing, dan juga nama asli dari adiknya, Lizzy, yang berada di Grup B. Lizzy tidak ingat namanya sendiri, WICKED memberinya nama Sonya. "Mungkin kita bisa menemukan kenapa kalian istimewa."

Dan begitulah, dalam satu malam, sebuah pertemanan terbentuk. Berbulan-bulan, nyaris setiap malam tanpa absen, Minho bersama dengan Newt dan Alby menyelinap masuk ke kamar dua gadis kecil itu untuk mengobrol dan bercerita. Minho, Newt, dan Alby bersahabat erat dengan Cathy dan Elly, Annie melekat kuat ke sisi Newt pada setiap saat. Teman Minho itu sama sekali tidak keberatan ditempeli oleh Annie.

Lalu, beberapa lama setelah malam itu, Minho dan kedua temannya bangun dan mengendap-endap keluar kamar mereka, melalui jalur yang sudah familiar untuk mereka menyeberangi fasilitas WICKED itu untuk mencapai kamar ketiga bersaudari itu.

Kamar itu kosong.

Kali ini, tidak ada wajah salah satu dari ketiga gadis kecil itu yang muncul mendadak di balik kaca untuk menakut-nakuti mereka. Tidak ada Annie yang berseru-seru antusias. Tidak ada tatapan lembut Elle atau teguran Cath.

Namun, plat kosong di sebelah pintu kini ditempeli sebuah label yang seperti dipasang WICKED di sana untuk mengejek mereka. Minho, Newt, dan Alby pura-pura tidak melihatnya, terus kembali ke kamar itu setiap malam, tapi mereka tidak pernah melihat lagi Elle, Anne, dan Cath lagi.

Dan hari demi hari, tulisan di label itu terus menghantui ketiga anak laki-laki itu sampai detik ingatan mereka dihapus.

Catherine, Eleanore, and Anneliese Paige

Kembali ke masa kini, Minho bangun, mengap-mengap karena dadanya terasa sesak. Matanya panas, tergenang air mata.

Dia pertama kali melihat wajah salah satu gadis yang dikenalinya dari memori yang baru didapatkannya kembali. "Annie," dia memanggil, Minho mengenali gadis kecil itu, yang kini tidak sangat kecil lagi. Suaranya serak. Dia tidak peduli. Semua ini terlalu menyakitkan, dia tidak bisa memercayainya. Sialan, dia benar-benar tidak bisa memercayainya.

"Annie," ulang Minho, hampir pecah saat itu juga. "Bagaimana bisa dia melakukannya? Ava Paige. Bagaimana bisa dia melakukan ini pada anak-anaknya sendiri?"

20 September 2021

Rye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro