0. Kondom

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

No one:

Literally no one:

Not even a soul:

"Re?"

"Hmm?"

"Temenin gue."

"...."

Rena langsung noleh. Dia lihat Joshua natap dia dengan tatapan yang Rena-kenal-banget itu tatapan setan jenis apa.

Senyum tipis-cenderung kayak smirk, tatapan excited, dan kondisi muka persis lagi hoki dapat santapan lezat malam ini.

Rena langsung masang ekspresi "kagak mau gue, anjeng!" sebelum menjawab, "Maksud lo-"

Joshua nyunggingin sudut bibir, tersenyum. Cowok itu mengangguk tanda tebakan Rena persis kayak apa yang dia mau.

Rena auto ngangkat sebelah telapak tangan ke depan wajah Joshua. "No. Thank you."

"Gue traktir pizza."

"Nggak."

"Sama martabak manis sultan." Joshua menego.

Rena pun sama kekehnya. "Nggak mauuuu!"

"Kita beli amer sekalian."

"NOT TODAY, SATAN!"

Kenyataannya, Rena akhirnya luluh.

Bukan luluh juga, sih. Gara-gara Joshua terus-terusan memaksa dan berjanji nanti membelikan ini-itu bla bla segala macam buat nyogok Rena, akhirnya Rena iyain aja sekalian. Kalau sudah begini, biasanya memang Joshua beneran serius mau beli sarung buat persiapan.

Rena sih nggak masalah, sebenarnya. Cuma tiap menemani Joshua mencari barang itu, pasti berakhir begini.

"Nggak ada, Re."

Padahal ini tuh udah toko ke sekian. Kalau Rena nggak salah hitung, harusnya ini toko kelima yang dia datangi bareng Joshua.

"Masa?" Rena sudah lelah, capek, dan lunglai berinisiatif melongok melihat-lihat sendiri sesi perkondoman pria di depannya. Diambilnya satu kotak acak lalu diserahkannya kepada Joshua. "Ini nggak muat?"

"Lo bercanda?" Joshua tanpa banyak ba-bi-bu langsung menaruh kotak kondom di tangan kembali ke asal habitatnya. "Itu setengahnya juga nggak muat, Re. Kayak lo nggak tau aja."

"Ya emang gue nggak tau, anying," salak Rena. "Ngeliat aja gue nggak pernah."

"Mau liat?" Joshua memasang gestur siap membuka risleting celana.

"TOBAT LO, ANYING!" Rena langsung menjitak Joshua, membuat yang dijitak refleks mengaduh. "Lambemuuu."

Joshua menyugar rambut sebentar. "Ya lo juga nggak ngotak. Udah sering nemenin gue nyari sama check out kondom tapi masih nggak tau ukuran gue seberapa." Cowok itu geleng-geleng, heran.

"Siapa tau punya lo mengerut gara-gara keseringan nyodok Nami." Rena mencibir.

Joshua mendelik. "Ya kali."

"Bukan salah gue nih, monmaap." Rena juga masih tidak terima disalahkan barusan. "Onderdil lo, noh, yang melebihi ukuran manusiawi cowok. Di mana-mana paling gede itu di toko ginian ya XL. Mana ada size X-nya sampai tiga kali."

"Dua kali." Joshua meralat.

"Tahun depan kalau sampai lo nyari yang X-nya tiga, gue nggak bakal kaget." Rena memutar bola mata jemu.

Joshua berdecak kecil. "Ya udahlah. Nggak usah nyari lagi."

"Yeeeeu! Gitu aja ngambek."

"Ada baiknya lo ngaca."

Dibilangin begitu, Rena langsung ngerogoh tas yang dia bawa dan ngeluarin cermin. Ditatapnya pantulan diri sendiri beberapa detik sebelum setengah berseru, "CANTIK BINGBING!"

Joshua menghela napas, setengah pasrah. Setengahnya lagi tidak habis pikir dengan kelakuan Rena.

Melihat Joshua sudah hampir putus asa, Rena malah terkekeh. Ditepuk-tepuknya sebelah pundak Joshua sementara tangan yang lain nyimpen lagi cermin ke dalam tas. "Jangan cemberut gitu, lo jelek. Gue temenin nyari ke toko yang lain, deh. Siapa tau ada ye kan?"

Di luar dugaan, Joshua malah menggeleng. "Nggak usah."

"NGAMBEK BENERAN KAH!?" Rena ternganga, sedikit tidak menyangka seorang Joshua bisa merajuk juga.

"Lo butuh usaha lebih keras buat bikin gue ngambek." Joshua nyentil kening Rena, yang mana langsung bersambut suara aduhan dari si kena sentil.

Rena ngerengut. Sebelah tangannya ngusapin dahi. Nggak sampai lima detik, ekspresinya berubah jadi (sedikit) serius. "Lo serius? Kalau sampai muncrat di dalam gimana? Wah, wah. Nggak bisa ini. Bisa geger satu kampus kalau sampai iya."

Joshua malah terkekeh kecil.

"LO MALAH KETAWA, ANJIR!" Rena langsung menemplok wajag Joshua. "Gue serius. Lo mau tanggung jawab emangnya?"

"Emang gue ada bilang mau ngewe malam ini?" sahut Joshua sembari menepis tangan Rena dari wajahnya.

"Terus ngapain lo nyari kondom, Joshua Sayaaaang?" Rena langsung memberi lawan bicaranya ekspresi "are you fucking kidding me?". "Apalagi selain buat ngewe? Mau koleksi, kah?"

"Ya ... rencananya emang begitu," jelas Joshua. "Berhubung kondom gue habis dan susah nyari ukuran gue di sekitar sini, nggak jadi. Mungkin nanti gue mau cuddle aja."

Rena mencibir. "Cuddle aja apaan kalau jari juga masuk."

"Cuddle and more." Joshua menjawab kalem.

"Cuddle and muncrat lo mah. Mamam noh sepre banjir."

Joshua tertawa. "Yang penting nggak ngewe tanpa pengaman."

"Suka-suka lo, deh."

Rena lantas menyisir keadaan sekitar dengan cepat, sekadar mencari-cari apakah dia butuh sesuatu yang perlu dibeli atau mungkin ada yang menarik buat dirampas lalu dibayar ke kasir. Hanya sebentar karena setelahnya cewek itu mencebik. Nggak ada yang dia perlukan atau menarik mata. Alih-alih mendapat sasaran barang, tatapannya malah jatuh ke kasir yang kelihatan banget menguping ocehan Rena dan Joshua.

Yak, persis kayak yang Rena duga. Drama kumbara mencari, berdebat, dan misi membeli kondom selalu jadi perhatian orang-orang sekitar. Untung toko lagi sepi pengunjung, jadi yang curi-curi dengar cuma si kasir.

"Re?"

Suara Joshua membuatnya menoleh kembali ke arah cowok itu. "Apaan?"

"Mau beli sesuatu?"

Rena menggeleng. "Nggak ada yang menarik. Cus lah weh keluar aja kita. Noh, kasirnya udah merah mukanya gara-gara dengerin kita nyerocos." Cewek itu memberi isyarat dagu kepada Joshua.

Pandangan Joshua beralih ke arah yang ditunjuk Rena sebelum kembali menatap Rena dan mengangguk. "Oke."

Rena berjalan duluan ke arah pintu keluar, diiringi Joshua di belakangnya yang cuma berjarak beberapa langkah. Begitu keluar dari toko, hawa dingin AC langsung berganti menjadi terik matahari siang. Rena mendongak, mendapati langit siang ini bersih dari awan.

"Langsung pulang?" tanya Joshua setelah menyejajarkan langkah dengan Rena.

Rena mengiakan. "Udah nggak ada kelas lagi hari ini. Ya, harusnya ada sih satu matkul lagi. Tapi dosennya nggak bisa hadir. It's time to get a comfy nap session, beibeeeeh!" ujarnya riang.

"Good for you."

"Lo langsung nyamperin cewek itu? Labaan yang mana, nih? Baru kenal atau pemain lama sebelum ketemu Nami?" Giliran Rena yang bertanya.

"Belum. Dia masih kelas. Jam dua baru kelar," sahut Joshua dengan tatapan melirik jam tangan yang dia kenakan. "Yang kedua," katanya lagi.

"Kirain kenalan baru. Gue kenal nggak sama orangnya?"

"Kenal, mungkin."

"Bukan geng gue, kan?" Rena memicingkan mata, memperingatkan.

"Nope. Kecuali, kalau mereka duluan yang ngedeketin gue." Joshua menenangkan.

"It'll never happen. For sure."

"Perhaps." Joshua mengangkat bahu. Sebelah tangannya menyugar, membuat rambutnya menjadi terkesan sedikit messy. Alih-alih jadi burik, Joshua justru terlihat lebih seksi. Jauh dari kata keburikan dan kerusakan ditanggung garansi.

"Mmm." Rena memberi isyarat agar Joshua mengikutinya ke arah tempat duduk di bawah pohon. Setelah duduk di salah satu kursi dan mendapati Joshua juga melakukan hal serupa, baru dia melanjutkan. "Main di mana? Apartemen? Hotel?"

"Kos-kosan."

"KOS-KOSAN, ANJEEEER!" Rena menimpuk Joshua dengan tas tangannya yang dengan sigap ditangkap si sasaran. "Yang bener aja lo! Turun kasta apa bangkrut, nih?"

Joshua balas melempar tas di tangan kembali ke empunya. "Hotel, mungkin. Gue juga nggak tau. Dia yang atur."

"Enak bener lo. Jadi cowok modal dikit kek."

"Modal genjot udah cukup bikin dia klepek-klepek." Joshua menyeringai.

"FAK! STOP NGERACUNI PIKIRAN GUE!" Rena menutup kedua telinga, sok dramatis menghentikan Joshua. Ada jeda beberapa saat sebelum Rena duduk tegak dan menatap Joshua serius. "Gue kira habis putus sama Nami, lo tobat. Eeeeh ternyata oh ternyata. Nggak nyampe tiga hari udah nyosor aje lu kayak angsa haus mangsa."

Dengan santai, Joshua menyandarkan punggung ke sandaran kursi. "Dia yang chat gue duluan terus ngajak. Kebetulan gue butuh afeksi. Kenapa nggak?"

Rena memutar bola mata jemu mendengarnya. "Jangan sampai bablas lo."

"Iya."

"Jangan gesek-gesek juga. Kalau sange mah gesek-gesek ujungnya masuk juga."

"Iya, Re."

"Jangan sampai digrebek warga."

"Iya, Sayang."

"NAJIS!" Rena refleks mengumpat.

Joshua tertawa. Cowok itu lantas berdiri, menepuk-nepuk kedua belah paha. "Gue duluan. Masih ada satu kelas lagi." Sebelah tangannya menyodorkan sebotol teh dingin ke arah Rena. "Nih."

"Eh buset!" Rena menerima pemberian Joshua dengan takjub. "Kapan lo bayarnya, etdah? Perasaan tadi lo keluar bareng gue."

Joshua tersenyum tipis. "Seakan-akan lo nggak kenal gue." Setelahnya, Joshua berbalik. Berjalan ke arah mobilnya yang terparkir di depan toko.

Tatapan Rena terus tertuju ke arah Joshua sampai cowok itu masuk ke mobil, memutar balik, dan cus pergi.

Baru Rena akan membuka tutup botol teh dingin pemberian Joshua, ponselnya bergetar. Chat dari Lisa,

"Nami nyariin lo. Muka menornya udah kayak mau siap-siap ngobarin perang sampai kampus runtuh."




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro