🍑10🍑 Peace

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di dekatmu membuatku seperti orang bodoh karena salah tingkah.

Happy reading 🍑

"Heh! Kalian gak denger bel ya? Ini udah jam masuk dan kalian malah di sini pacaran," omel Glan.

Freya dan Brishen mengerutkan keningnya bingung. Mereka melihat jam tangan mereka bersamaan.

"Belum bel masuk kali, Glan," ucap Brishen.

"Lo ngapain sih, Glan? Ganggu aja."

"Gue cuma mau ngingetin kalau gak baik berduaan di tempat sepi. Awas ada setan, mampus kalian," ucap Glan sambil melipat tangannya di dada.

"Lo setannya! Lagian apa urusannya sama lo sih? Lo kok betah banget ngurusin hidup gue? Sana pergi hus hus!" kata Freya sambil mengibaskan tangannya tanda agar Glan cepat pergi.

"Frey, ikut gue bentar yuk!" ajak Glan yang tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.

"Lah kemasukan apaan lo? Setan?" tanya Freya. Glan berdecak kesal karena Freya malah bercanda. Glan langsung menarik tangan Freya agar ikut dengannya.

"Lo mau bawa Freya kemana?" tanya Brishen sambil menarik tangan Freya yang satunya.

"Bukan urusan lo."

"Jelas urusan gue."

"Udah deh gak usah tarik-tarikan kayak gini. Gue mending pergi," ucap Freya sambil menghempaskan kedua tangannya sehingga genggaman Glan dan Brishen terlepas. Freya pergi dengan cepat meninggalkan mereka berdua.

"Frey! Tunggu!" teriak Glan sambil berlari menyusul Freya. Sementara Brishen hanya diam memandang kepergian Freya dan Glan.

"Lo katanya gak mau berurusan sama gue. Sekarang ngapain lo deket-deket gue? Pergi sana yang jauh kalau bisa," ucap Freya sambil mengibaskan tangannya.

"GR lo! Siapa yang mau deket-deket sama lo coba? Gue cuma mau— MAMA!"

Glan tiba-tiba berteriak dan melompat ke kursi panjang yang kebetulan ada di depan gudang penyimpanan yang mereka lewati. Freya bahkan sampai ikut naik ke kursi itu karena terkejut mendengar Glan berteriak.

"Astaga! Tikusnya gede banget!" teriak Glan dengan histeris lagi. Glan langsung memeluk Freya yang sangat terkejut mendapat perlakuan seperti itu dari Glan.

"Glan! Apaan sih?" jerit Freya sambil mendorong tubuh Glan hingga Glan keseimbangan dan hampir jatuh. Untungnya Freya menarik kemeja Glan sehingga Glan berdiri dengan seimbang lagi.

"Lo kok dorong gue sih?" protes Glan.

Krek

"Apaan tuh, Glan?" tanya Freya. Glan buru-buru turun dari kursi itu. Tak lama kemudian Freya terjatuh karena kursi tempatnya berdiri tadi rusak.

"Aduh!" jerit Freya sambil memegang paha kirinya yang terasa sakit. Glan malah tertawa melihat Freya yang sedang kesakitan.

Freya bangun perlahan dari jatuhnya. Freya mengusap-usap pahanya lagi untuk meminimalisir rasa sakitnya. Glan bukannya menolongnya malah terus menertawakannya hingga keluar air mata.

"Sialan nih kursi pakai acara roboh segala!" pekik Freya sambil menendang-nendang kursi yang sudah tidak berbentuk itu.

"Lo jahat banget, Glan. Lo malah turun sendiri, gak ngajak-ngajak," ucap Freya kesal.

"Lah gue mana tahu kalau itu kursi mau roboh. Gue perlu bukti dulu baru gue ngasih tahu lo kalau kursi itu mau roboh. Kalau enggak roboh kan gue dikira ngasih tahu berita hoax," jelas Glan dengan polosnya. Glan tidak tahu kalau penjelasan Glan itu malah membuat darah Freya semakin mendidih.

"Bego! Males deh gue sama lo."

"Iya deh, maafin gue, Frey. Gak gitu lagi deh," ucap Glan sambil menyatukan dua tangannya di dada dan menatap Freya memelas.

"Lo kenapa sih, Glan?"

"Kenapa apanya, Frey?"

"Ya gitu, lo kayak beda gitu," ucap Freya bingung. "Ada tikus!" teriak Freya sambil menunjuk ke arah kaki Glan. Glan langsung berteriak histeris dan memeluk Freya.

"Freya! Hilangin tikusnya! Tolong! Please, singkirin tikusnya!" teriak Glan sambil memeluk Freya erat.

"Ih Glan! Apaan sih? Enggak ada tikus. Lepasin gue!" pekik Freya sambil mendorong-dorong tubuh Glan agar menjauh darinya.

"Lo modus ya biar gue bisa meluk-meluk lo?" tuduh Glan.

"Enak aja! Yang ada lo tuh yang ngambil kesempatan dalam kesempitan. Lagian lo jadi cowok lemah banget. Masa sama tikus aja takut," balas Freya.

"Gue gak takut sama tikus kali. Gue cuma gak suka lihatnya. Sama kayak gue gak suka lihat lo," ucap Glan sambil memasang wajah jijiknya.

"Lah Glan! Bego banget sih! Kenapa bilang gitu coba?" batin Glan protes.

"Lo gak suka lihat gue Glan?" tanya Freya terbawa perasaan.

Glan bermaksud bercanda, tetapi Freya terbawa perasaan dan membuat Freya tersinggung dengan ucapan Glan. Glan juga salah sebenarnya. Glan tidak bisa membedakan mana candaan mana tidak.

"Frey, bukan gitu. Gue bercanda elah. Jangan dimasukin ke hati, Frey," kata Glan membujuk Freya.

Freya sepertinya tidak mempan dengan bujukan Glan. Freya perlahan pergi meninggalkan Glan yang dilanda rasa bersalah dan juga penyesalan.

"Frey," lirih Glan.

🍑🍑🍑

"Freya mana?" tanya Glan pada teman sekelas Freya yang kebetulan ada di luar.

"Ada di dalam. Mau masuk atau gue panggilin?" tawar Cavan.

"Gue masuk aja deh. Boleh kan?"

"Boleh kok."

Glan pun masuk ke kelas Freya dan melihat Freya sedang menidurkan kepalanya di atas tangannya. Glan menepuk bahu Freya. Entah sejak kapan Glan mulai berani seperti ini pada Freya.

"Frey," panggil Glan. Glan bertanya pada Neola apakah Freya tidur atau tidak menggunakan bahasa isyarat. Neola menggelengkan kepalanya.

"Frey, sorry. Jangan ngambek dong," ucap Glan. Sejak kapan Glan berani peduli pada Freya? Apa yang membuat Glan menjadi berani seperti itu?

"Frey,"

"Glan, maaf ya. Gue kebawa perasaan," ucap Freya tiba-tiba setelah mengangkat wajahnya.

"Wajar kok, Frey. Gue keterlaluan," lirih Glan. Glan benar-benar merasa bersalah pada Freya.

"Enggak papa, Glan. Lo cuma bilang gak suka lihat gue aja masa gue marah sih. Lagian banyak kok yang gak suka sama gue."

"Gue gak bermaksud bilang gue gak suka lihat lo kok. Lo kan tahu kalau gue ngomong emang gak disaring dulu."

"Kalian ada apa nih?" tanya Neola yang sejak tadi memandangi mereka bingung.

"Apanya, Ne?" tanya Freya bingung.

"Perasaan kalian berantem mulu deh. Kok tiba-tiba baikan?" sahut Blenda yang ada di belakang Freya.

"Freya!" panggil seseorang dari luar kelas. Freya pun bergegas keluar dari kelasnya untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Ada apa, Bri?" tanya Freya. Ia sudah memutuskan untuk tidak bersikap judes pada Brishen dan menerima Brishen sebagai teman karena bagaimanapun juga Brishen punya hati yang harus dijaga perasaannya. Tidak enak bukan rasanya selalu diacuhkan ?

"Nanti pulang bareng gue mau? Kita mampir ke kedai es krim. Ada kedai baru loh," kata Brishen sambil menyengir. Freya langsung tergiur mendengar tawaran Brishen.

"Mau mau!" kata Freya antusias.

"Sampai nanti, Frey!" ujar Brishen sambil melambaikan tangannya. Freya pun melambaikan tangannya juga sambil tersenyum ceria.

"Berdua doang?" tanya Glan dengan nada tidak suka. Freya tidak mungkin menyadari itu karena tidak terlalu kelihatan kalau Glan tidak suka.

"Iya. Mau ikut?" tawar Freya.

"Boleh?" tanya Glan.

"Boleh dong."

"Satu dong, Frey. Masa dua sih? Rakus amat lo," celetuk Cavan.

"Iri lo, Kain Cavan!" 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro