🍑14🍑 PJ

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Menyatakan cinta dengan cara apapun tetap terasa romantis kalau mengungkapkannya tulus dari hati.

Happy reading 🍑

Freya pulang dengan hati yang senang karena yang mengantarkannya adalah Glan. Ah tidak benar-benar sampai di rumahnya karena Freya meminta Glan agar menurunkannya di perempatan dekat rumahnya. Sebelum mengantar Freya pulang, Glan mengajak Freya ke sebuah kafe dan membelikan Freya es krim. Glan benar-benar so sweet bagi Freya. Bahkan Glan sudah mengganti panggilan menjadi aku-kamu.

"Kenapa sih senyum-senyum baru pulang?" tanya seorang laki-laki paruh baya yang sedang duduk di sofa. Itu Admon Brama Pranaja, papa dari Freya. Admon adalah seorang jaksa di sebuah kantor kejahatan. 

Freya tersenyum sumringah melihat papanya yang pulang lebih awal. Freya langsung menghambur ke pelukan Admon.

"Papa kok tumben pulang siang?" tanya Freya heran sambil melepaskan pelukannya. Biasanya Admon akan lembur atau bahkan tidak pulang karena mengurus kasus-kasus kejahatan.

"Papa cuti seminggu. Lagi pingin santai," ucap Admon sambil terkekeh.

"Emang papa mau ngapain pengen santai?" tanya Freya lagi.

"Mau ngapelin mama kamu dong," ucap Admon sambil tertawa.

"Ih Papa, udah tua jugaan. Masih aja kayak ABG," ucap Freya sambil cemberut.

Jika Admon sedang di rumah, Admon dan Amri pasti akan berduaan terus seperti ABG yang baru pacaran. Freya kadang kesal melihat mereka yang selalu ingin berduaan dan tidak membiarkan Freya mengganggu mereka.

"Fisik boleh tua, tapi jiwa harus tetep muda dong," ucap Admon sambil menepuk dadanya bangga.

"Terus Mama mana?" tanya Freya.

"Itu di dapur lagi masak spesial buat Papa, kamu gak boleh minta ya. Itu khusus buat Papa," kata Admon lalu kembali menonton televisi. Admon benar-benar membuat Freya kesal.

"Nyebelin," ucap Freya kesal lalu beranjak pergi.

"Eh iya Papa lupa kalau Arun ada di kamar kamu tuh nungguin kamu dari tadi," teriak Admon. Freya mengangkat jempolnya dan segera pergi ke kamarnya dengan riang.

"Arun!" teriak Freya dengan riang.

"Ih Freya, lo kok teriak-teriak mulu sih? Kasihan telinga tetangga bisa rusak denger suara lo," omel Arun. Freya hanya menyengir dan menghampiri Arun yang sedang rebahan di kasur milik Freya.

"Gue lagi bahagia tahu," ucap Freya sambil tersenyum-senyum. Arun yang tadinya rebahan pun merubah posisinya menjadi duduk.

"Bahagia kenapa?" tanya Arun kepo.

"Gue baru aja..."

"Baru aja kenapa, Frey?"

"Baru aja..."

"Cepetan elah!"

"Baru aja jadian sama Glan huaaaaaaa!" teriak Freya girang. Ia langsung loncat-loncat di kasurnya karena saking girangnya. Arun sepertinya syok mendengar Freya yang tiba-tiba pacaran dengan Glan padahal tidak pernah PDKT.

"Frey," panggil Arun. Freya pun berhenti loncat-loncat dan duduk di depan Arun.

"Jadi selama ini lo suka sama Glan, Frey?" tanya Arun. Freya mengangguk antusias.

"Gue naksir dia sejak pertama kali sekolah di Nakula, tapi gue gak terlalu berharap bisa deket sama dia karena dia sombong sama gue," jelas Freya.

"Lo kenapa jadian sama dia sih, Frey? Lo gak mikirin perasaan Brishen? Kasihan loh Brishen udah ngejar-ngejar lo dari dulu. Dimana-mana tuh Brishen lebih baik dari Glan, Frey."

"Iya sih, Brishen baik sama gue, tapi gue gak suka sama dia."

"Gue harap lo gak nyesel udah milih Glan dan nyia-nyiain Brishen," ucap Arun datar. Ia beranjak pergi meninggalkan Freya.

"Arun! Lo mau kemana?" teriak Freya. Arun tidak menggubris Freya sama sekali dan pergi begitu saja dari kamar Freya. Freya menghela napas panjang.

🍑🍑🍑

Pagi ini Freya tidak terlambat sekolah karena ia harus bangun pagi-pagi dan menunggu Glan di perempatan dekat rumahnya. Freya masih belum berani mengenalkan Glan pada orang tuanya. Jadinya Freya tidak mengizinkan Glan menjemputnya di rumahnya.

"Glan, kita dilihatin," kata Freya kesal. Freya bukannya takut dengan tatapan mereka, ia hanya kesal jika melihat ada orang yang kepo padanya. Tatapan kepo dan juga bisik-bisik dari mereka membuat Freya merasa muak.

"Bodo amatin aja."

"Iya aku ngerti, tapi kesel aja lihat kekepoan mereka lihat kita," ucap Freya.

"Biarin aja, Frey. Kamu jangan terlalu peduli sama mereka," kata Glan sambil menarik tangan Freya agar cepat berjalan.

Di koridor, Freya dan Glan berpapasan dengan Arun yang sedang berjalan sendiri. Freya jadi ingat kejadian kemarin.

"Frey," panggil Arun sambil mendekati Freya.

"Arun," lirih Freya sambil memasang wajah memelas.

"Maafin gue, Frey. Kemarin gue ikut campur masalah pribadi lo. Gue harusnya gak ikut campur. Maaf ya," ucap Arun sambil tersenyum.

Freya memandang Arun terharu. Ia beruntung karena memiliki sahabat yang perhatian dan susah marah seperti Arun. Arun itu penyabar dan jarang sekali marah. Kalau marah pun tidak akan pernah lama.

"Maafin gue juga karena gak pernah cerita sama lo tentang itu."

Arun mengangguk dan tersenyum.

"Ngomong-ngomong selamat ya buat kalian berdua. Semoga langgeng," ucap Arun sambil menatap Freya dan Glan bergantian.

"Makasih, Arun!" pekik Freya sambil memeluk Arun dengan bahagia. Sedangkan Glan hanya tersenyum tipis.

"Ya udah, gue duluan ya," ucap Arun sambil melepaskan pelukan mereka. Freya pun mengangguk sambil tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Arun yang mulai menjauh.

"Nanti ketemu di kantin ya," ucap Glan sambil melambaikan tangannya. Kelas mereka berbeda arah, jadinya mereka berpisah di sini.

"Iya," balas Freya sambil melambaikan tangannya juga.

🍑🍑🍑

"Kantin yuk," ajak Neola.

"Gue mau sama Glan," ucap Freya sambil menyengir.

"Iya tahu yang baru jadian mah beda," sindir Blenda.

"PJ dong biar langgeng. Nih ya gue bilangin sama lo, setiap orang yang ngasi PJ ke gue itu bakalan langgeng. Itu Cavan sama Ralya buktinya dari SMP sampai sekarang langgeng banget," ceroscos Salwa sambil menunjuk Cavan yang sedang makan bersama Ralya.

"Apa lo nyebut-nyebut nama gue?" tanya Cavan saat merasa namanya disebut-sebut.

"GR lo! Gue gak nyebut-nyebut nama lo!" kata Salwa dengan nada nyolot. Ia memang sering sekali bertengkar dengan Cavan. Padahal mereka tinggal di tempat yang berdekatan dan juga satu sekolah sejak SD, tetapi mereka seperti Tom and Jerry. Kadang-kadang saja mereka akan akur.

"Kebetulan aja kali," ucap Freya sambil terkikik geli. Ia pun melambaikan tangannya dan pergi dari kelas dengan riang.

Sesampainya di kantin, ia melihat Glan yang duduk bersama Rangga dan Rion. Tidak hanya Rangga dan Rion, ada seorang perempuan yang tidak asing di mata Freya duduk bersebelahan dengan Glan. Freya benar-benar penasaran dengan perempuan itu.

"Glan!" panggil Freya sambil menepuk kedua pundak Glan dari belakang.

"Astaga, Frey. Kaget tahu," ucap Glan cemberut. Freya pun duduk di depan Glan sambil menyengir. Rangga dan Rion bengong melihat Freya dengan tampang bodohnya.

"Hari ini kalian gue kasih PJ," ucap Glan tiba-tiba.

"PJ?" tanya Rangga dan Rion kompak.

"Gue jadian sama Freya kemarin," ucap Glan sambil menatap Freya yang tampak malu-malu karena Glan mengungkap hubungan mereka.

"Yang bener lo?" pekik mereka kompak. Mereka sepertinya tidak percaya dengan yang mereka dengar sekarang.

"Iyalah. Setelah gue pikirin apa yang lo bilang, gue rasa lo bener, jodoh itu dikejar," ucap Glan sambil terkekeh.

"Gak nyangka gue. Kemarin lo nolak bantuan gue buat nembak Freya, eh tahunya sekarang udah jadian," kata Rion tak percaya.

"Pasti gak ada romantis-romantisnya lo nembak Freya. Ya kan?" celetuk Rangga.

"Menurut gue itu udah romantis kalau emang dari hati ngungkapinnya," sahut Freya sambil tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya.

"Tuh denger!" ucap Glan pada Rangga.

"Se-selamat ya, Kak," ucap Gravi gugup. Mereka sejak tadi asik mengobrol sampai lupa dengan keberadaan Gravi.

"Eh iya, makasih ya," ucap Freya sambil tersenyum.

"Oh iya, kita belum kenalan. Nama gue Freya," ucap Freya sambil mengulurkan tangannya.

"Aku Gravi, Kak," ucap Gravi sambil menerima uluran tangan Freya.

"Dia tetangga aku, Frey," ucap Glan.

"Oh pantesan kalian kayak deket," ucap Freya sambil manggut-manggut.

"Kamu mau makan apa? Biar aku pesenin," kata Glan.

"Terserah kamu aja."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro